Chereads / ANTON HANTU KEPALA TERBANG / Chapter 7 - Gedung Residen Bangka

Chapter 7 - Gedung Residen Bangka

Ketika akan menyeberangi perempatan jalan, Oxy meminta kami agar berbelok ke kiri saja, melintasi bangunan Residen Bangka, begitu dulu kami biasa menyebut bangunan yang dulunya bernama Residentshuis Te Pangkalpinang Op Bangka itu.

Aku tak pernah lupa bahwa bangunan berarsitektur Belanda tersebut sudah berdiri kokoh sejak tahun 1840 ...!

"Oddeee boleh belok kiri aja?" tanya adikku.

"Caaaa ... Oxy minta belok kiri nih!" ujarku setengah berteriak ke arah Oca.

"Yaaaa kita belok kiri," ujar Oca dan Vivi menyetujui permintaan Oxy.

Bangunan berupa rumah kapal perlahan tertinggal dalam kegelapan taman di belakang kami.

Beberapa saat kemudian ...

Oxy menghentikan laju sepedanya. Dia terlihat mulai merasakan suatu kejanggalan ...!

Benar saja, seketika dia berteriak menunjuk-nunjuk ke arah atas, dan pandangan kami semua mengikuti kemana jari telunjuknya mengarah ...!

"Liat ... liat itu ... ada orang terbang!" pekik Oxy dengan panik.

Dalam sekejap terjadilah time wrap ... dimensi waktu seakan terikat ... alam sekitar terasa hampa tanpa narasi ... tak ada desir angin ... hanya keheningan yang janggal ... menghambat aktivitas setiap reseptor syaraf sensorik ... diikuti perlambatan gerak visual yang begitu luar biasa ... ribuan frame per detik ...!

Beberapa bola cahaya terbang melintas hanya beberapa meter di atas kami. Bukan seperti orbs yang biasa terlihat dalam referensi metafisik populer ... yang kami lihat kali ini benar-benar bola cahaya tiga dimensi bergerak lurus ke satu arah dengan spektrum warna silih berganti dari merah menjadi kuning, lalu berubah menjadi hijau dan warna lainnya.

Gerakan terbangnya yang perlahan terasa sangat mistis. Setiap jengkal jarak yang ditinggalkannya menyisakan jejak-jejak cahaya.

Entah berapa lama kami semua tertegun menatap kejadian misterius di langit fajar itu.

Objek bercahaya tetap terbang pada ketinggian dan arah jelajah yang sama. Melintasi garis diagonal di atas Lapangan Merdeka, ia bergerak menuju perumahan milik sebuah institusi perbankan di seberang lokasi rombongan kami berhenti saat itu.

Kami semua masih terpaku ketika objek tersebut mulai terbang merendah dan menghilang di balik sekumpulan pepohonan dan atap rumah pemukiman.

Perlahan neuron pengendali alam sadar kembali bekerja, saat itulah kami mulai mendengar nafas Oxy memburu kencang ... dan dia mulai bersuara terbata-bata ... ternyata apa yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang dia saksikan, meskipun berada dalam dimensi waktu dan ruang yang sama.

Jangan-jangan ...?!