Chereads / ANTON HANTU KEPALA TERBANG / Chapter 8 - Anton

Chapter 8 - Anton

"Hhhhhahhhh ... hhhhhhhihhhhhh ... itu tadi hantu," ujar Oxy ketakutan.

"Hhhhgggggrrrrrrrr ... kepala orang terbang," lanjut Oxy yang masih gemetar.

Apa yang baru saja terbang di ketinggian yang hanya terpaut beberapa meter di atas kami, menurut Oxy adalah sebuah kepala dengan sejumlah organ dalam tubuh manusia ...!

"Ada darah-darahnya ... gak ada badan, gak punya kaki ... ngeriiiiii!" Ujar Oxy masih ketakutan.

Oca langsung mendekati dan menenangkan Oxy.

"Udah gak usah takut ... kan udah gak ada apa-apa sekarang," ujar Oca membujuk Oxy.

"Ini sisa takut yang tadi tau!" balas Oxy nampak kesal.

"Iya gak apa-apa Oxy ... wajar kok kamu ketakutan," ujar Indra coba memahami posisi Oxy.

Andri lalu bercerita bahwa menurut masyarakat setempat hantu kepala terbang tadi disebut hantu Anton. Tapi maksudnya bukan manusia bernama Anton yang meninggal lalu menjadi hantu penasaran di dunia. Entahlah darimana penamaan hantu lokal tersebut berasal, yang pasti itu hantu!

"Basah ... berkilat ... memancarkan warna-warna yang muncul silih berganti ... dari berbagai sela pertemuan organ serta setiap lekuk di bagian kepala dan leher," ujar Andri memberi gambaran paling mendekati yang barusan disaksikan oleh Oxy.

"Gitu sih ... menurut kepercayaan setempat," tambah Andri.

"Hoeksss ... menjijikkan ... menakutkan ...serraaaammmm ...!" aku membathin rusuh.

Semua perasaan campur aduk, tapi anehnya tak satu pun dari kami yang berusaha lari meninggalkan lokasi kejadian itu. Sekujur tubuh terasa berat untuk digerakkan. Rasa takut luar biasa justru muncul setelah kami mendengar penjelasan Andri.

Indra kemudian menambahkan penjelasan Andri tadi ...

"Anton atau Kulung adalah manusia yang mempelajari ilmu hitam, dan mengincar bayi-bayi yang baru dilahirkan sebagai tumbalnya," jelas Andri.

"Lho mereka itu manusia atau hantu?" tanya Oca penasaran.

"Mereka itu manusia," jawab Indra singkat.

"Masak ada manusia yang bisa memisahkan kepala dengan badan mereka?" cecar Oca semakin penasaran.

"Ya karena mereka mempelajari ilmu setan, mereka diperalat oleh setan untuk menghisap darah bayi yang baru lahir," jelas Andri lagi.

"Emang hantunya gak bisa menghisap sendiri seperti nyamuk, Kak?" tanya Oxy.

"Itu cara mereka membodohi manusia saja," sergah Lili yang nampak diam sejak tadi.

"Minta rokok, minta bunga, minta wewangian, sekarang ada pula yang minta darah!" ujar Vivi menukas kesal.

"Ngapain manusia mau memanjakan mereka?" ujar Oca bertanya logis.

"Gak setiap manusia kok ... hanya manusia setan aja yang mau begitu," jawab Andri.

"Jadi manusia setan itu manusia bodoh ya, Kak?" tanya Oxy yang nampak berpikir keras mencerna pembicaraan para seniornya.

"Cocok deh udah bodoh, manja, pemalas, setan pula!" tukas Oca.

"Tapi bisa terbaannngggg lho ... Ca," ujar Oxy.

"Pesawat DC-3 juga bisa terbang bawa banyak orang, lengkap dari kepala sampe kaki!" Oca membalas sengit membangun logika adiknya.

"Pakek darah?" tanya Oxy.

"Paket ticket Oxxxyyy ...!" jawab Oca mulai gerah.

"Yang menghisap darah itu cuma setan, penjajah, dan rentenir!" ujar Vivi sambil tertawa menyaksikan pembicaraan Oca dan Oxy.

"Nyamuk, lintah, pacet juga ... Kak," ujar Oxy.

"Hehehehe ..." Alan yang pendiam ikut tertawa mendengar tanggapan Oxy.

Sotoy lagi ...!!!

Wujud setan bisa apa saja namanya dan bisa berwujud apa saja, tergantung batas imajinasi dan rasa takut manusia yang mengalaminya. Ada Anton di Pangkal Pinang dan sekitarnya. Tapi ada pula spesies sejenis di Kalimantan, namanya Kuyang. Di Bali pun ada Leak dengan spesifikasi yang serupa. Palasiak atau Palasik di legenda masyarakat Minang juga memiliki cara kerja serupa.

Tapi yang membuatku gak habis pikir adalah, mengapa tadi Indra menjelaskan bahwa di Pulau Bangka ini jika ada yang baru melahirkan selalu diletakkan gunting kecil di sekitar bayinya, dan di luar kamar bayi setiap malamnya selalu dinyalakan obor.

"Bukannya si Anton justru jadi terbantu dengan obor sebagai lampu pendaratan? Lalu diberi gunting pula untuk memudahkan mereka melukai bayi?" Ah sudahlah itu pertanyaan awamku saja.

Tanpa sadar sejak tadi tiga dari delapan sepeda tergeletak di antara aspal dan rumput tepi jalan, tapi sedikit pun tak terdengar suara saat tadi sepeda terlepas dari tangan dan terjatuh ke tanah ...!

Sesaat kemudian barulah kami meninggalkan lokasi tersebut, dan saling berpesan agar jangan ada yang terpisah dari rombongan ...!

Oxy dan anggota rombongan lainnya yang menggunakan sepeda single speed, kami atur jalan lebih dulu di depan. Kami pun meneruskan perjalanan bersepeda dengan formasi 2X4, masing-masing berpasangan dalam satu baris.

Pilar-pilar putih yang mencuat tinggi di rumah Residen nampak pucat di kiri kami.

Di depan terdapat pertigaan yang saya dan Oxy biasa lalui setiap pergi ke sekolah. Kami berbelok ke kiri, membelakangi arah jalan ke SD Budi Mulia dan lokasi menghilangnya objek bercahaya di perumahan institusi perbankan tadi.

Selepas tikungan di pertigaan tadi, rombongan kami menyusuri jalan raya yang lurus dan lebar.