Nah ... sekaranglah saatnya yang paling aku dan Oca tunggu-tunggu ...!
Cerita tentang gelas menjadi TV ... di era pasar piringan hitam mulai tergerus oleh reel celluloid dan cartridge audio ...!
Tiba-tiba Oxy berdiri ... lalu setengah berlari berusaha untuk meninggalkan kami berdua di gudang.
Untung kerah bajunya sempat kutangkap. Kami paksa dia untuk melanjutkan cerita tentang gelas menjadi TV. Tapi dengan cerdik dia menjawab ...
"Kan aku tidak minta radio sepeda, aku cuma minta sticker sepeda!" ujar Oxy mengklarifikasi.
"Lho ... apa maksudnya?" Oca bingung bertanya.
"Sticker sepeda untuk suara siksa kubur, radio sepeda untuk cerita gelas jadi TV kan?! tegas Oxy lagi.
"Eh ... kamu itu anak Serdadu bukan anak pedagang!" ujarku mengingatkan Oxy sambil tertawa.
"Aku bukannya gak mau cerita," ujar Oxy tiba-tiba mulai terlihat menyerah.
"Tadi hatinya Sinshe ngomong kalo aku hanya boleh cerita ke Mami," ujar Oxy perlahan menjelaskan alasannya.
"Wuiiiihhhh ... anak kecil ini mau ngomong dia bisa telepati?!" Aku bergumam sambil mikir.
"Nanti aku kasih tau kalian kalo aku udah ceritain ke Mami," ujarnya lagi.
"Maksudnya?" tanya Oca.
"Ya kalian tanya aja ke Mami, jadi aku gak disalahin Sinshe tadi," jawab Oxy.
"Kalo ternyata ceritanya bikin Mami sedih, gimana?" sergap Oca.
"Ya mending ceritakan dulu kepada kami," ujarku meyakinkan Oxy.
"Cuma Mami yang tau itu bakal sedih atau gak," ujar Oxy.
"Bukan tentang setan atau hantu kan?" Oca coba memastikan keselamatan Mami.
"Bukan kok ... tapi manusia berhati setan," jawab Oxy tanpa beban.
"Rumit nih ...!" aku membathin.
"Occaaa ... Odeeeee ... Oxyyyy ... ayo mandiii!" suara Mami tiba-tiba terdengar memanggil kami bertiga.
"Aduh ... kamar mandi itu lagi," keluhku singkat.
"Hantunya bukan di bak mandi kok," ujar Oxy tiba-tiba.
"Tapi di kamar mandi, kan?" tanyaku minta kepastian.
Haddeeehhhhh ... @#%$!!!!!**&????*****!!!