Yu Xe tersadar dari tidurnya dan melihat dirinya sudah ada diranjang paviliunnya. Ketika ingin bangun tak ada tenaga untuk menggerakkan tubuhnya, apalagi dibagian bawah tubuhnya ia amat sangat kesakitan, jangankan untuk bergerak membuka matanya saja ia tak bisa.
"Bagaimana tabib ??"tanya putra mahkota Li Xui disisinya ada Yan Ning yang perutnya terlihat sudah mulai membesar.
"Maafkan hamba yang mulia, janin yang ada didalam rahim Li Wangfei sudah meluruh hanya saja dirinya kehilangan banyak darah jika beliau lebih cepat ditolong mungkin takkan seperti ini... hanya masalah waktu saja beliau..."jawab tabib tak mampu lagi berkata-kata.
"Astaga..."bisik Yan Ning syok.
"Pengawal bawa Pangeran Li Bai kemari"ucap Putra Mahkota Li Xui tegas.
Pangeran Li Bai yang sudah berpakaian lengkap dihadapkan didepan putra mahkota tanpa rasa bersalah diraut wajahnya.
"Kenapa kejadian ini bisa terjadi ... kau tau dirinya istri sah mu !!... apakah kebiasaan bejat mu itu masih berlanjut ??!!..."kata putra mahkota tegas.
"Bukan salahku kenapa dirinya mau datang ke paviliun selatan... semua orang sudah memperingatinya agar jangan datang kesana"jawab pangeran Li Bai acuh tak acuh.
PLAKK
PLAKKKK
Terdengar dua tamparan keras dari kedua pipi pangeran Li Bai dan pelaku utamanya adalah permaisuri kerajaan Li.
"Apakah selama ini dirimu tak punya tata krama hingga kau berbuat bejat dan bajingan layaknya binatang picik"kata permaisuri Li, wajahnya memerah sempurna dengan sorot mata tajam.
"Ibunda apa... apa maksudmu ??!"kata pangeran Li Bai kaget.
"Bawa Consort Qing kemari ...."perintah permaisuri Li dingin.
"Ibunda apa yang akan ibu lakukan ??!!"kata pangeran Li Bai panik mendengar permaisuri akan memanggil ibunya, jika sudah begini seharusnya dari awal dirinya lebih memilih menyelamatkan nyawa istrinya.
Consort Qing yang dibawa paksa dengan dua orang pengawal di kedua sisinya hanya diam saja ketika ia digiring kearah istana milik putranya. Disana ada permaisuri yang sudah menunggunya, wanita yang paling ingin ia lengserkan mungkin sedang bersuka cita atas kemalangan anaknya yang bodoh serta ceroboh itu.
"Selir ini menyapa yang mulia permaisuri"kata Consort Qing lembut.
"Kau tau kenapa kau kupanggul kemari !"tanya permaisuri tegas.
"Hamba tidak mengetahuinya yang mulia tapi dari apa yang saya dengar Li Wangfei terluka parah karena pangeran"jawab Consort Qi masih sopan.
"Bersimpuh sekarang !!"permaisuri tegas.
"Apa salah selir ini sehingga harus bersimpuh yang mulia"tanya Consort Qing dengan mimik muka yang dibuat rapuh serapuh mungkin.
"Inilah yang aku benci dari mu yang hanya seorang selir.... kenapa kau harus terus bertanya dan mengelak disaat kau tau aku penguasa enam istana ini"kata permaisuri lagi dengan tegas.
Dua pengawal yang mendengar itu langsung berkeringat dingin dan dengan paksa menundukkan Consort Qing agar bersimpuh.
"Tii..tidakk kita harus menunggu yang mulia kaisar"kata Consort Qing mulai goyah dan melirik pangeran Li Bai.
"Apa kau tak mendengar apa yang baru ku katakan tadi !!!... lihat apa yang dilakukan putramu sekarang ini !!!... seharusnya aku yang merawat anak ini sedari dulu tapi mengingat kita sesama perempuan dan seorang ibu aku masih memberimu toleransi dan sekarang lihat dengan matamu apa kau senang hah !!!!"kata permaisuri dengan suara yang sedih sekaligus tegas.
"Itu bukan salah hamba yang mulia"jawab Consort Qing tegas.
"Hahaha bukan salahmu ??... perlukah aku sebagai permaisuri menunjukkan bukti-buktinya yang terdahulu ??"kata permaisuri yang sukses membuat Consort Qing terdiam bisu tak bisa menjawab.
Sedari dulu sudah menjadi aib didalam lingkup keluarga kekaisaran akibat ulah pangeran Li Bai yang menyukai kecantikan entah itu lelaki atau perempuan selalu saja ia kumpulkan didalam sebuah bangunan yang ia buat menjadi haremnya sendiri.
Permaisuri memaklumi jika pangeran Li Bai mempunyai banyak selir tapi ini lelaki cantik yang ia kumpulkan diantara wanita-wanita itu. Hal itu sama saja mencoreng nama baik kerajaan mereka sampai akhirnya beberapa tahun belakangan yang lalu ketika pangeran Li Bai mulai mengenal putri selir dari kediaman Lu, permaisuri berfikir bahwa kebisaan bejat pangeran sudah hilang dengan seiringnya waktu tapi hal itu runtuh seketika dengan kejadian ini dan yang lebih parahnya consort qing yang memang ibu kandung pangeran Li Bai dengan licik menutupi keburukan anaknya itu.
Disatu sisi, Yu Xe mendengar jelas apa yang terjadi diruangan ini. Apalagi ketika tabib berkata bahwa ia tak bisa hamil lagi, itu sudah cukup memukul hatinya karena ia sangat tau letak kehormatan wanita bangsawan ada dimana mereka menghasilkan banyak keturunan untuk suami mereka.
"Bawa Selir Qing dan kunci didalam paviliunnya .... dan hancurkan paviliun bagian selatan milik pangeran Li Bai dan bakar habis semuanya tanpa tersisa"ucap permaisuri tegas.
"Tidakkk.... tidakkk... ibunda aku tau aku bersalah kumohon jangaann... jangan bakar paviliun selatan beserta isinya"ucap pangeran Li Bai tergesah-gesah.
"Otakmu kacau Li Bai !!!... ini semua demi kebaikanmu..."kata permaisuri tegas.
"Otakku tak kacau ibunda... jika ini semua untukku jangan bakar paviliun selatan milikku karena hanya aku yang berhak atas istana milikku"kata pangeran Li Bai lagi dengan arogan.
"Memang benar istana itu milikmu tapi bukan berarti ibunda tidak punya kuasa atas keenam istana ini"kata putra mahkota Li Xui lagi
"Jangan munafik kau Li Xui !!! Aku tau kau pasti yang memata-mataiku selama ini kan .... dan juga ayahanda kekaisaran belum sampai kemari"jawab pangeran Li Bai marah.
"Hentikan omong kosong itu .... pengawal seret pangeran dan kurung dia diruang bawah tanah"kata permaisuri Li tegas.
Tatapan Pangeran Li Bai menjadi berputar-putar tak tentu arah seperti sosok yang kerasukan arwah jahat ketika mendengar kata-kata dari permaisuri.
Prajurit dengan cepat menyegel semua pergerakan pangeran Li Bai yang mulai berontak dengan gila hingga salah seoranv kepala pengawal memukul titik akupunturnya membuat ia tak bisa berteriak ataupun berbicara.
Permaisuri sudah tak kuat melihat kekacauan didepannya ini langsung bergegas pergi setelah mengingatkan tabib untuk merawat kehidupan istri pangeran Li Bai, Lu Yu Xe.
Suasana mendadak hening ketika putra mahkota berjalan kearah pangeran Li Bai yang sedang dipegang kuat-kuat oleh para pengawal. Mendekatkan dirinya dan putra mahkota membisikkan kata-kata yang membuat pangeran Li Bai melotot marah mengerikan dengan mukanya yang memerah hitam sangat jelek untuk dipandang.
"Hahaha munafik katamu ??... harusnya kau sadar diri siapa yang harus menunduk pada siapa hmm anak selir rendahan"bisik putra mahkota dengan kejam.
Jika bukan karena kepala pengawal yang sudah sejak lama menjadi salah satu bawahan setianya yang bertugas langsung memata-matai tindak tanduk pangeran Li Bai mungkin kejadian ini takkan terungkap dan mungkin saja hari ini akan ada upacara kematian. Tapi ketika putra mahkota melirik wanita yang masih terbaring diranjang mewah sedikit iba dengan kehidupan masa depannya tapi mungkin ini juga bisa menjadi pelajaran untuk wanita yang sudah berani membuat adik kekaisarannya menjadi menderita selama sisa pertumbuhan kehidupannya dulu.
Putra mahkota Li Xui sangat tau bahwa yang ia lakukan ini bukan semata-mata atas balas dendamnya dengan pangeran Li Bai tetapi juga ia tau bahwa istri pangeran Li Bai ini berhati keji dan tak terpuji apalagi dengan segala tipu muslihatnya.
Bukankah dewa membuat pasangan yang sama dan melengkapi satu sama lain ???... tapi pasangan ini seperti serangga beracun yang kapan saja bisa menggigit dan memusnahkan segala sesuatu dengan merugikan banyak orang. Jadi sekarang putra mahkota lebih memilih menaburkan perselisihan antara kedua orang ini untuk saling menyakiti satu sama lain.
Karena sekarang ia tau kelemahan dua orang ini.
Yang satu sudah dibutakan dengan kenikmatan duniawi yang menjijikan dan yang satunya si dungu yang haus dan serakah akan angan-angan belaian kasih sayang cinta dan kedudukan tinggi.
Perpaduan yang lengkap untuk membunuh dua burung dalam satu tembakan.