Chapter 48 - Chapter 48

Didalam kereta so ah menatap khawatir yuan, yuan yang merasa ditatap wanita disebelahnya hanya memeluknya dengan lembut.

"Apakah tak sakit ?? Atau perih ?? Kulitmu pasti melepuh yuan ??"ucap so ah menatap yuan.

"Aku tidak apa-apa ... kenapa hmm ??"kata yuan menenangkan so ah.

"Aku aku takut karena diriku hal ini melukaimu"jawab so ah menunduk sedih.

"Banyak kupu-kupu yang mengincar dirimu tapi kenapa dirimu mau dengan aku yang seperti ini ??"lanjut so ah lagi.

"Hahaha kau cemburu permaisuri ku"jawab yuan tertawa.

"Aku aku tidak cemburu... aku seriuss wangye"jawab so ah kesal dengan respon yuan.

So ah kemudian mundur, berontak dari pelukan yuan.

"Karena kau permaisuri ku .... apakah itu sudah cukup"jawab Yuan yang langsung menatap mata so ah dari balik topengnya.

So ah bersemu merah ketika ditatap secara langsung oleh lelaki didepannya, walaupun sudah bulan ketiga mereka menikah dan hidup bersama tapi tetap saja rasanya baru kemarin mereka bertemu.

"Aku hanya merasa tak nyaman dengan tatapan mereka... apakah dirimu begitu dekatnya dengan putri Qi Qing ??"tanya so ah lagi.

Yuan langsung merengkuh erat tubuh mungil wanitanya dan dengan lembut ia memangku wanitanya ini.

"Entahlah aku lupa"ucap yuan asal.

"Berarti dirimu memang dekat dengan tuan putri kan"ucap so ah kesal dengan jawaban yuan. Emosinya selalu tak stabil akhir-akhir ini dan ia juga tak bisa mengatur emosinya alhasil sekarang ini so ah sangat kesal dan marah tanpa sebab, tak ingin lelaki didepannya ini tergoda.

"Hahaha tidak tidak permaisuri ku .... aku hanya tidak ingat bahwa aku punya seorang keponakan perempuan"jawab yuan lagi dengan acuh seakan hal yang dia bicarakan hanyalah kotoran debu yang hanya sekali lewat.

Yuan merasa terhibur melihat ekspresi yang hidup di wajah rupawan istrinya ini, bagaimana pipinya yang putih pucat bersemu merah karena malu kemudian bagaimana diwaktu lain alisnya yang cantik itu sedikit mengerut kesal dengan kerutan bibir merahnya yang sedikit maju yang secara tak langsung mengundang untuk dimanjakan.

Yuan mengecup pelan dahi so ah dan kemudian dirinya dengan mesra mencium bibir istrinya ini dengan intens. Entah berapa lama mereka berciuman, so ah menyandarkan dirinya didada bidang yuan dengan muka yang merah padam malu.

"Apakah kau ingin lagi ??"goda yuan yang dihadiahi pukulan ringan di bahunya.

"Dasarr mesumm"ucap so ah dengan suara yang terendam didada yuan.

Yuan hanya terkekeh dan mengelus lembut rambut wanitanya itu, ia merasa kasihan karena seharian melihat istrinya yang memakai mahkota hiasan dirambut hitam panjangnya. Mendengar suara nafas yang halus, yuan melihat so ah yang tertidur didekapannya.

Sesampainya mereka di Qi Rui Wangfu, yuan langsung mengangkat lembut tubuh istrinya ini dan langsung membawanya masuk kedalam kediaman.

"Wangye hamba sudah menyiapkan air panas"ucap mama Luo sambil menaruh hadiah dari permaisuri shui lan.

"Mama bawakan satu baskom beserta kain bersih kemari dan siapkan pakaian ringan untukku dan wangfei"kata yuan yang duduk diranjang sedang melepaskan hiasan mahkota so ah dengan telaten kemudian ia menggerai rambut panjang wanitanya itu.

Setelah membasuh tubuh so ah, yuan cepat-cepat pergi untuk membersihkan tubuhnya dan langsung ikut menyusul so ah di balik selimut kemudian ia merengkuh wanitanya itu untuk ikut terlelap layaknya manusia.

Sinar matahari mulai merambat masuk melewati celah-celah kain putih yang terjuntai menutupi jendela kamar utama kediaman Qi Rui Wang, menyinari kedua insan yang sedang bergelung dengan hangat diatas ranjang kuno. Tidak, tapi salah satu dari mereka yang abadi tidak tertidur melainkan pura-pura tertidur layaknya manusia sedang menatap langsung kewajah indah milik wanita yang memang ditakdirkan menjadi belahan jiwanya.

Yuan mengelus lembut wajah so ah, ekpresi Yuan melunak melihat wajah tenang dari istrinya yang masih tertidur lelap ini. Jari telunjuknya terus menelusuri lekuk-lekuk bagian dari wajah so ah turun kebawah menuju lehernya dan kemudian ia berhenti takkala tangannya yang berpindah kepinggang so ah merasakan ada sesuatu diperut istrinya.

Yuan menyentuh lembut perut so ah dan masih diam sebentar untuk lebih meyakinkan asumsinya tapi tak berselang lama matanya langsung melebar terbelalak kaget.

"Tak mungkin"batinnya kaget.

So ah yang merasakan pergerakan dari sampingnya sedikit terusik dan perlahan bangun. ketika ia membuka matanya hal pertama yang dilihat so ah adalah tatapan mata yuan yang terasa menusuk dan berbeda dari sebelumnya, tersentak kaget dirinya langsung memundurkan badannya.

"Apa ??"tanya so ah dengan suara parau.

"Sejak kapan ??"tanya Yuan.

"Apa ??!!..."tanya so ah tak mengerti.

"Tidak... sejak kapan ini ada diperutmu ???"tanya Yuan lagi dengan nada dingin.

"Perut ??... apa maksudmu ?"tanya so ah kebingungan langsung terduduk menatap kearah yuan.

Yuan langsung turun dari ranjang dan kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela dengan aura gelap disekelilingnya, melihat hal itu jantung so ah berdegub kencang dan secara naluriah memegang perutnya yang bisa ia rasakan walau hanya samar tidak serata dulu.

Mungkinkah ???...pikir so ah terbelalak kaget.

"Apa kau sudah mengerti ??"kata yuan lagi tanpa menoleh kearah so ah.

So ah tidak menjawab pertanyaan yuan, dirinya langsung menyembunyikan bel dengan cepat tidak seperti biasanya mama Luo datang dengan tergopoh-gopoh.

"Mama panggil tabib"perintah so ah dari balik kelambu tipis ranjangnya.

Tabib yang diminta so ah datang dengan cepat tetapi selamam menunggu tabib itu yuan tak bergerak dan hanya diam dalam kesunyian membuat hati so ah terasa sangat sakit.

"Selamat wangfei .... anda sudah mengandung selama..."kata tabib itu dengan hormat dan suka cita.

"Jangan biarkan berita ini terdengar"potong yuan dingin.

"Baa...baik yang mulia"jawab tabib itu dan langsung mengundurkan diri.

Ruangan kamar terasa sangat berat dan itu sangat menyesakkan bagi so ah, menahan suaranya agar terdengar biasa ia memberanikan diri bertanya kepada yuan.

"Apakah kau senang ??"tanya so ah lembut, air matanya sudah siap keluar tapi ia berusaha menahannya ketika melihat bahu lelaki yang membelakanginya ini.

"Tidak.... buang anak itu"jawab yuan cepat, nada suara yang tidak hangat seperti biasanya membuat hati so ah kesakitan.

So ah mendengar hal itu langsung terisak-isak menangis.

"Kenapa kau membencinya... dia tak berdosa ?!!"jawab so ah marah.

So ah berdiri dibelakang yuan dan langsung berbicara lantang dihadapannya.

"Jika kau tak mau membuangnya biar aku yang melakukannya dengan tanganku sendiri"kata yuan yang berbalik dan langsung menatap so ah.

"Tidakkk... tidakkkk.... ini anakku hikss bahkan harimau saja tidak akan memangsa anaknya sendiri hiksss pergiii hiksss"jerit so ah ketakutan, ia langsung melindungi perutnya yang masih terlihat rata itu dengan kedua tangan yang merengkuh posesif perutnya.

"Kau akan mati jika mempertahankan bayi ini"jawab yuan yang tak tega melihat istrinya seperti itu.

"Kau bohonggg .... kau bajingann hikss pergiii... jika kau mau membuang bayiku aku juga akan pergi menyusulnya... pergiii dari hadapanku"kata so ah marah.

"Jangan sentuh akuu... pergiii perggiiii"jerit so ah lagi yang menolak disentuh yuan.

"Walaupun kau sangat menginginkan bayi itu... keputusanku tetap sama kau harus membuangnya..."kata yuan menegaskan keputusannya dan pergi dari kamar mereka meninggalkan so ah sendiri, sekarang jika ia terlalu lembut dengan so ah dimasa depan entah apa konsekuensinya dirinya tak berani membayangkannya.

Bagaimana jika anak yang dikandung so ah membawa malapetaka yang dibawa xuan ??!!...

Walaupun xuan memakai tubuhnya tapi jiwa yang ada didalam tubuh itu yang menjadi masalah utama bagi mereka yang  abadi ....

Yuan senang dan bahagia mengingat bahwa itu bayi pertama mereka tapi ketika berfikir bahwa benih itu bukan dirinya yang menanamkannya melainkan benih jiwa lain walau dalam tubuh yang sama, dirinya harus cepat memusnahkan benih itu sebelum semuanya bertambah runyam ....

Bajingan xuan, sekarang dirinya tau kenapa xuan tersenyum penuh kemenangan setelah pertarungan terakhir mereka dan sekarang ia mengerti kenapa lelaki itu dengan santai mengalah padahal mereka bisa tetap terus bertarung hingga salah satu jiwa mereka mati ....