Sudah beberapa kali Kilau menyeka keringatnya.Terik matahari yang kini menusuk-nusuk kulit lah penyebabnya. Menyebabkan aura panas menjadi gerah. Saat ini, ia masih menjalankan hukuman dari buk Dori, selaku guru piket dan itu atas perintah dari pak Buntut, selaku Wakil Kesiswaan. Ya, sejatinya ia di hukum bukan tanpa alasan, melainkan melanggar aturan yang ada.
Seseorang sejak tadi memperhatikan Kilau, namanya Faresta Anton. Di kenal dengan Anton si anak Osis, sekaligus anak dari pak Anton, guru Kesenian di Sma Angkasa.
Anton memperhatikan Kilau dengan berkacak pinggang berdiri di pinggir lapangan bersama dengan teman satu organisasi sekolahnya. Anton, heran. Bisa-bisanya Kilau kena hukuman. Untuk pertama kalinya pula!
"ANTON!" panggil pak Buntut. Anton langsung menoleh dan berlari menghampiri.
"Iya, pak. Ada apa?"
"Saya ada urusan dulu, kamu pantau sampai anak-anak itu menyelesaikan hukumannya," kata pak Buntut sekali melihat murid-muridnya yang kini tengah berlari mengelilingi lapangan basket.
Anton mengangguk dan menjawab, "Siap, pak!"
Pak Buntut menepuk pundak kanan Anton, dan orangtua itu pun pergi. Setelah kepergian gurunya, Anton kembali ke posisinya awal. Cowok itu menghela napas, saat melihat kembali Kilau Cahaya. Cewek yang pernah menolak lupa, jika dulu pernah di jodohkan dengannya.
"KIL!!!!" teriak Rintintin, Cantik, dan Pop dari lantai dua. Mereka tidak berani turun, karena ancaman dari pak Buntut. "HARUS TETAP DI DALAM KELAS! AWAS KALO ADA YANG LANGGAR!"
Kilau berhenti mendadak, menyungakkan kepalanya ke atas.
"CAPEK NGGAK?!" kata teman-temannya. Jujur si capek! Cuma, Kilau tidak ingin tunjukkan. Dirinya itu Strong!
Kilau senyum. "BIASA AJA!" teriaknya. Setelah berucap begitu, Kilau kembali berlari. Menyusul dua cowok yang berbadan besar. Yang di ketahui namanya, Menang dan Bejo. Dua cowok dari jurusan yang berbeda. Yang satu dari IPS dan yang satu dari IPA.
Rintintin, Cantik, dan Pop hanya geleng-geleng kepala.
"Makan apaan si Kilau tadi pagi, ampe bisa kuat begitu!" kata Pop. Cantik dan Rintintin menoleh.
"Padahal abis skot jump. Terus, lari keliling lapangan yang nggak tahu udah yang ke berapa kali, heran gue!" sambung Pop.
Rintintin menimpal, "Gue khawatir nih!" katanya cemas. Cantik dan Pop kini menoleh ke arahnya.
Sambil berkipas-kipas, Rintintin kembali berkata, "Kalian kan tahu sendiri, Kilau nggak boleh capek-an, alamat kumat lagi entar sakitnya!"
Cantik teringat. Pasalnya, temannya yang satu itu gampang capek. Berujung, pingsan adalah hadiahnya. Cantik jadi memasang wajah cemas pula, kini pandangan matanya terarah pada sosok Kilau di bawah.
"Iya kan, Tin. Entar, kalo tuh anak pingsan gimana? Heboh aja yang ada entar," kata Cantik Farasya.
"Apa kita lapor aja ke buk Dori. Kasih tahu, kalo Kilau nggak boleh kecapek-an! Entar sakitnya kumat! Bilang aja gitu," usul Rintintin.
"YAUDAH AYOK!" jawab Pop semangat.
Cantik menyambung, "Oke, ayolah!" ajaknya.
🌵🌵🌵
Di dalam kelas 11 IPS 1,
Keributan tengah terjadi tatkala, ketua kelas mengumumkan jika sesiapa yang belum mengumpulkan tugas puisi dari buk Retno, di tunggu batas waktu sampai jam 12 siang nanti. Harusnya, kemarin terakhir di kumpul. Namun, buk Retno memberikan keringanan. Sebagian murid segera membuat tugas tersebut, namun tidak dengan Lingga Cs. Mereka mager, katanya.
"Eh si Menang kok nggak balik-balik sih? Apa jangan-jangan ada di kantin!" kata Untung berkacak pinggang.
Padu yang sedang asik main game di gembot milik Kaming langsung menurunkan kedua kakinya yang tadi di atas meja. "Keenakkan banget si Menang, dong!" timpal Padu.
Lingga menimpal, "Kantin terus pikiran lo pada!" kata Lingga yang duduk menyenderkan punggung ke tembok sambil memainkan mistar besi yang ia pukul-pukulkan ke meja.
"Ayolah susul si Menang!" ajak Kaming, kini sudah bangkit dari duduknya menenteng sebuah botol air minum.
Tanpa bilang apa-apa, semua langsung bergerak. Lingga, menginjakkan kakinya ke lantai dengan malas. Tapi, ya kali ia tinggal seorang di kelas. Tidak ada kerjaan.
Padu, memasukkan gembot Kaming ke dalam saku celananya. Kemudian, mengambil topi upacara di bawah lacinya.
Untung juga berbuat demikian. Mengenakan topi upacara, lalu mengekori Lingga sambil melahap permen kaki merah yang ia ambil di warung jualan neneknya tadi pagi saat berangkat sekolah.
Kaming memimpin jalan. Namun, saat sampai di ambang pintu. Kaming berhenti mendadak, untuk memastikan keadaan luar. Matanya mengedarkan pandangan ke kanan dan ke kiri, sebelum lanjut pergi dari dalam kelas. Takut-takut, nanti ada guru yang lihat.
"Lamaan lo, Ming!" kata Untung, sambil menarik pundak Kaming untuk menyingkir dari hadapannya. Kaming pun termundur. Di persilakannya lah Lingga dan Padu untuk jalan terlebih dahulu. Barulah, dirinya dan Untung.
Ke empat cowok itu kini berjalan menelusuri koridor kampus B, tak peduli apa resikonya nanti, jika keberadaan mereka di luar kelas di lihat oleh guru piket, atau pun guru yang lain.
Sesekali lingga menyibak-nyibakkan rambutnya ke belakang sambil berjalan memimpin jalan bersama Padu. Kini, penampilan cowok si kapten basket itu kembali seperti biasa. Tidak lagi memakai dasi, bahkan seragam sekolah yang tidak lagi di masukkan. Kancing atas seragam sekolahnya pun sengaja tidak di kancingi hingga nampaklah kaos hitam dalamannya.
Padu pun sesekali juga membenarkan topinya yang ia rasa tak lurus-lurus. Untung, sesekali membunyikan suara cap cap cap dari mulutnya yang sedang mengecap permen.
Kaming sesekali bersiul-siul pelan mengekori tubuh tinggi Lingga yang ada di depannya dengan tangan yang merangkul temannya, Untung.
Suasana di kampus B tak terlalu ramai. Mungkin, karena ada guru yang mengajar di kelas. Sehingga, keributan tak seperti layaknya konser dangdut gratis seperti biasanya, jika tidak ada guru sama sekali.
Sampailah mereka di tempat tujuan. Dari jarak jauh, Lingga Cs sudah bisa memastikan keadaan teman mereka, Menang. Dilihat oleh mereka, kini Menang tengah berlari berdampingan bersama Bejo memutari lapangan basket dengan murid-murid yang lainnya juga.
"Masih berlanjut aja tuh hukuman, kagak kelar-kelar!" kata Untung, memajukan dirinya berdiri sejajar dengan Padu di sisi sebelah kanan.
Padu menimpal, "Rame juga, yang kena hari ini," kata padu sambil mengedarkan pandangannya ke arah lapangan basket.
Anton yang berdiri di pinggir lapangan sambil memantau, melotot kaget. Ketika, melihat kehadiran Lingga cs. Memang nggak bisa di bilangin! Pikirnya. Sebab, setahunya pak Buntut sudah memperingati agar tidak keluar kelas.
Anton geleng-geleng kepala saja.
Lingga tersenyum miring. Melihat Anton, si anak Osis. Yang menurutnya, sok iye!
"Kayaknya ada yang nggak suka kalo kita di sini," kata Lingga dengan mata yang melihat Anton di sebrang sana.
Sontak, Padu, Untung, dan Kaming mengikuti arah pandangan Lingga. Mereka mengerti siapa yang di maksud.
"Biarin aje. Emang dia siapa? Hanya babunya sekolah! Nggak ada hak untuk ngelarang-ngelarang!" kata Untung dengan gayanya berkacak pinggang.
Kaming menyambung, "Tahu tuh! Mentang-mentang anak guru, jadi belagu!" katanya.
Padu menoleh ke arah Kaming dan berkata, "Gue juga anak guru, tapi nggak belagu ye!" katanya.
Kaming, meringis.
"Laen, Du!" kata Untung. Padu menoleh. "Bapak lo kan ngajar di Sma Meteor, bukan di sekolah kita! Coba kalo bapak lo ngajar di sini, Bah!! Makin betingkah yang ada lo!" kata Untung.
Padu menimpal, "Betingkah kek apa maksud lo, Tung! Yang ada, kalo bapak gue ngajar di sini, dipastikan gue jadi anak rajin yang taat aturan! BAH!" kata Padu.
Lingga teriak lantang, ketika melihat Menang merunduk karena lelah, mungkin.
"WOY, NANG! BURUAN ELAH! KITA TINGGAL LO KE KANTIN!" teriaknya dengan membohongi Menang agar temannya itu semangat.
Padu, Untung, dan Kaming mengerti. Perkataan Lingga barusan adalah bentuk semangat.
Menang menoleh. Ternyata, komplotannya sudah ada di pinggir lapangan. Menang pun menegapkan badannya lagi.
"HADOH! NAPAS GUE NGAP-NGAP KAMPRET!" seru Menang.
"JANGAN BANYAK ALESAN LO, NANG! GACE GACE! LARI LAGI SONOH!" teriak Untung.
Anton geleng-geleng lagi. Melihat kelakuan Lingga Cs. Ketahuan guru baru tahu!
Kaming yang melihat Anton geleng-geleng berkata, "Si Anton nggak takut ape tuh kepala nggak balik lagi? Geleng-geleng terus kerjaannya dari tadi!"
Lingga menimpal, "Kalo nggak balik. Entar, pak Anton turun tangan ngebenarin palak anaknya sendiri."
Untung tertawa. "BAH!"
"MENANG, LO JANGAN KALAH SAING TUH AMA SI BEJO!" teriak Padu.
"BEJO MAH BUKAN SAINGAN GUE!" timpal Menang. Kebetulan saat Bejo hendak menyalipnya, Menang menyenggol pinggul si Bejo sambil berkata, "MINGGIR LO!"
Toeng.
Bejo pun tersingkirkan. Menang berlari secepatnya agar tidak di susul Bejo.
BRAK! DUNG!
Bejo terduduk di ubin lapangan oleh ulang si Menang. Semua yang melihat kaget dan lepas tertawa, terbahak-bahak. Anton mengerutkan keningnya tidak suka atas sikap Menang yang terkesan kasar dan tidak sopan pada Bejo.
Lingga Cs mewarnai pinggir lapangan dengan tawaan girang. Sampai Untung merunduk-runduk karena geli melihat nasib Bejo.
"AHAHAAAAAA!!!"
"AAHAAAAAAAAA!! SAKIT PERUT GUE!!!"
Menang yang mendengar tawaan komplotannya menoleh, betapa terkejutnya Menang ketika melihat nasib Bejo yang kini susah payah untuk berdiri.
"YAELAH DI GITUIN DOANG LO JATOH! GEDEAN BADAN SIAPA SIH GUE AMA ELO!" kata Menang. Bejo cemberut saja. Niat Menang ingin membantu Bejo berdiri, namun keduluan oleh Kilau.
"Sini, Jo. Gue bantuin."
Bejo tersenyum saat Kilau mengulurkan tangannya. Saat itu juga, Lingga Cs berhenti tertawa.
"EH! CEWEK LO TU, GA!" kata Padu. Lingga menoleh ke arahnya dengan ekspresi tidak suka. Padu pura-pura tidak tahu dengan ekspresi Lingga. Matanya hanya fokus melihat ke depan.
Dengan susah payah Kilau menbantu Bejo. Hingga, berhasil.
"Makasih, Kil!" kata Bejo senang.
"Sama-sama," jawab Kilau sambil menepuk pundak kanan Rebejo.
Anton yang melihat Kilau menolong Bejo, senang. Hatinya terasa teduh melihat pemandangan itu.
Tiba saja suara seseorang mengagetkan.
"KILAU CAHAYA, BERHENTI!"
Semua yang ada di sana melihat ke arah buk Dori bersama Rintintin, Cantik, dan Pop di belakangnya.
Sang empu yang di panggil berhenti berlari. Kemudian, menghampiri buk Dori yang berada di dekat Anton bersama dengan teman-temannya.
"HIDIH, GATEL DEH MATA GUE LIAT KUNTILANAK DI SEBRANG SANA!" kata Untung dengan ciri khas gaya orang mengejek. Tenan-temannya mengerti siapa yang di maksud Untung, yakni Pop.
Pop yang sadar dengan perkataan Untung, memelototkan matanya seakan hampir keluar.
"Kenapa buk?" kata Kilau saat berhadapan dengan gurunya. Tanpa melirik Anton sama sekali.
"Udah jangan lagi lari. Nanti, sakitmu kumat. Bisa panjang urusannya nanti," kata buk Dori membuat Kilau kaget.
"Yaudah lah, Kil. Ayo balik ke kelas!" kata Rintintin.
"Kilau udah boleh balik ke kelas kan buk bareng kita?" kata Cantik bertanya pada buk Dori.
"Iya boleh, sana!" jawab buk Dori.
Kilau mengangguk. Menuruti. Ya syukur deh kalo gituh.
"SEMUANYA YANG DI HUKUM, CUKUP!" teriak buk Dori lantang. Lalu, menyuruh murid-muridnya berkumpul.
Buk Dori berkata lantang kembali,
"JANGAN PERNAH LAGI MELANGGAR ATURAN, MENGERTI?!"
"MENGERTIIIIIII!!!!!" serentak semuanya.
"SEKARANG SEMUANYA BOLEH BALIK KE KELAS!"
"YES!" kata Menang dengan gayanya. Menang langsung pergi menjauh dari barisan. Sebelum semuanya pada bubar. Kaming segera melemparkan botol minum saat Menang datang. Berhasil, di tangkap oleh Menang dengan baik.
"OKEEE BUKKKKK!!!!"
Akhirnya, hukuman berakhir sudah. Semua pun serentak bubar dan pergi meninggalkan lapangan.
"ITU LINGGA CS, SANA BALIK LAGI KE KELAS!" kata buk Dori ketika matanya tak sengaja menangkap perawakkan muridnya yang terkenal pada bandel-bandel.
"SIAP BUK!" jawab Lingga Cs serentak. "Tapi, nggak janji!" bisik Untung. Semua terkekeh.
"Anton!" panggil buk Dori. Anton menoleh. "Iya, buk?"
"Ayo ikut ibuk," ajak buk Dori. Anton mengangguk. Tanpa babibu, langsung mengekori buk Dori. Sebelum benar-benar pergi, Anton sempat mengulurkan air minum pada Kilau. Namun, Kilau menolaknya.
Deg
"Maaf, makasih.".
Anton menghela napas kecewa. Pop yang menyadari ekspresi Anton yang sedikit kecewa itu pun berkata dengan mulutnya yang besar, hingga Lingga Cs yang masih berada di pinggir lapangan bisa mendengar.
"YA AMPUN KIL. APA SIH SUSAHNYA TERIMA PEMBERIAN ANTON! KAN KASIHAN, ANTON TUH UDAH PEDULI AMA ELO! MALAH LO CUEKKIN TERUS!" kata Pop. Namun, Anton sudah berjalan menjauh. Cowok itu meninggalkan botol minum di bawah kaki Kilau.
Kilau tak menjawab apa-apa. Niatnya, ingin segera menghampiri Lingga. Namun, di cegah langsung oleh Cantik dan Rintintin yang langsung menahan pergelangan tangannya.
Pop meraih botol minum itu.
"Udah, Kil! Ayo ke kelas!" kata Cantik.
"Gue mau nyemperin Lingga dulu, bentar aja!" jawab Kilau.
"ENGGAK ADA! JANGAN BANDEL DEH!" kata Rintintin galak.
Lingga yang menyadari jika Kilau hendak menghampirinya langsung mengajak komplotannya untuk segera pergi dari sana.
"KE KANTIN APE KE KELAS LANGSUNG NIH?!" kata Kaming.
"KANTIN!" jawab mereka bersamaan.
Kilau menatap punggung Lingga yang perlahan menjauh dengan ekspresi sendu dan kecewa. Cowok itu bukannya bilang makasih kek, pikirnya. Karena, dirinya telah sudi dan ikhlas meminjamkan dasi agar cowok itu tidak kena hukuman. Namun, kenyataannya cuek bebek! Tidak ada tanggapan sama sekali. Dasi miliknya juga tidak lagi bertengger di lehernya!
Kilau menunjukkan ekspresi cemberut, ketika Lingga menghilang bersama teman-temannya di balik tembok.
Rintintin menghela napas.
Cantik berkata, "NANTI KITA TEMENIN DEH KETEMU LINGGA. TAPI, ENGGAK SEKARANG!"
Perkataan itu membuat Kilau senang. Namun, menbuat Pop dan Rintintin kaget setengah mati.
"DIH! LO YANG NGADI-NGADI AJA DEH KALO NGOMONG! OGAH GUE MAH! ENTAR KETEMU SAMA SI BUNTUNG!" kata Pop berlipat dada.
"YAUDAH LO NGGAK USAH IKUT!" timpal Cantik dengan nada merajuk.
Pop meringis tidak enak. "YAELAH NGEMBEK NIH?!"
Cantik diam saja, dan langsung menarik tangan Kilau.
Rintintin berbisik, "Gue nggak tahu deh, ngikut aja!"
Pop membuang napas kasar. Sekali menghentakkan kakinya kesal. Kemudian, berjalan mengikuti Rintintin menyusul Cantik dan Kilau.
"IYE-IYE GUE NGIKUT DAH! TAPI, TUNGGUIN GUE NAPA?!!!" teriak Pop saat menaiki anak tangga menuju lantai dua.
🌵🌵🌵