Seharian ini Lingga memilih untuk berada di dalam kelas. Karena, tidak mau bertemu dengan Kilau. Semenjak kejadian tadi pagi di parkiran-lah yang membuat Lingga memutuskan demikian. Jujur, dirinya merasa bosan. Sejak tadi yang ia lakukan adalah bermain handphone dan sesekali memainkan gembot milik Kaming. Guru-guru tidak ada yang masuk mengajar semenjak jam pelajaran pertama. Lagi-lagi, karena rapat dadakan. Sedangkan, teman-temannya yang lain sedang ke kantin, meski jam istirahat kedua belum berbunyi. Namun, berjanji padanya untuk segera balik ke kelas sekali membawakan pesanannya.
Flashback..
PELUITTT!!!!!!
PELUITTT!!!!!
PITTT!!!!!!!!!!
Suara peluit nyaring menyeruak masuk ke telinganya, menyebabkan gendang telinga berdenging hebat. Lingga memicingkan mata tajam kepada sang empu yang membuat kerusuhan. Siapa lagi kalau bukan, Kilau. Lingga berdecak, kesal. Ya, barusaja sampai di sekolah, tepatnya di parkiran sekolah, Lingga di buat kesal dengan kehadiran cewek itu yang berlari-lari menghampirinya dengan suara peluit yang sengaja di bunyikan nyaring. Persis, seperti kang parkir!
Niatnya ingin segera pergi, tanpa mengurusi cewek itu. Namun, dengan cekatan Kilau lagi-lagi menghalangi jalannya dengan melentangkan kedua tangan lebar ke udara sambil membunyikan peluit kuningnya kembali.
PELUIT!!!!!!!!
"BERHENTI!"
Lingga menghela napas kasar seraya mengusap wajahnya gusar. Cowok itu kesal setengah mati.
Satu kata yang bisa ia ucapkan. "MINGGIR!" kata Lingga dengan nada sangat dingin, terkesan pula galak. Di tambah, rahangnya yang mengeras.
Lingga kembali berdecak, kesal. Melihat Kilau geleng-geleng kepala ke kanan dan ke kiri dengan peluit yang masih setia bertengger di mulutnya.
Lingga mencoba untuk tetap kabur dengan menggeserkan dirinya ke kanan untuk mengambil celah supaya bisa lewat, namun Kilau mengikuti pergerakkannya.
Deg.
Ia coba berusaha menggeserkan dirinya ke kiri, ya tetap saja Kilau mengikuti pergerakkannya.
Deg.
Ia coba mengeserkan lagi dirinya ke kanan, kembali lagi Kilau melakukan hal yang sama.
Deg.
Ia coba menggeserkan lagi dirinya ke kiri, kejadian serupa terjadi kembali. Begitupun seterusnya.
Deg.
Semua orang yang berada di sekitar mereka aneh melihat sikap keduanya. Kini, mereka sudah dijadikan bahan tontonan.
Lingga kembali berdecak, kesal.
"MAU LO APA SIH?!" katanya galak dengan tatapan mata yang tajam. Persis, seakan ingin membunuh orang.
Kilau membuang peluit begitu saja dari mulutnya, dan kini benda tersebut bergantungan di lehernya. Kemudian, barulah bicara dengan bilang, "Gue nggak suka lo bohongin gue dengan kasih nomor hapenya Kaming, bukan nomor hape elo!"
Deg.
"Oh jadi dah tahu!" batin Lingga.
"Oh, terus gimana? Asik nggak chat-tan sama Kaming?" timpal Lingga di akhiri dengan senyum miring seraya kedua tangan bersilang dada dengan wajah yang sedikit di cungakan.
Kilau menghentakkan kakinya kesal. "IIH!!!"
Lingga menatapnya datar.
Kini, kedua tangan yang terlentang lebar di udara berubah posisi menjadi ikut bersilang dada pula. Lingga yang tidak mau melakukan gaya yang sama, akhirnya memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya.
"Nggak boleh gitu dong, Ga!" kata Kilau kesal.
"Peduli enggak!" sambar Lingga.
"Minta nomer hapenya, yang asli!"
"Gue nggak akan ngasih nomer gue ke lo! Karena, bagi gue itu privasi! Lo ngertikan apa itu privasi!"
"Pokoknya, minta nomor hape lo! Gue nggak akan biarin elo pergi, kalo belum dapet apa yang gue mau! Titik!"
"Jangan ngarep! Cari aja sendiri sampai ke pluto sana!" jawab Lingga, lalu hendak kabur. Namun, rencananya kembali gagal. Kilau, menarik tangan Lingga cepat. Hingga, cowok itu termundur kembali di posisinya awal saat hendak berjalan.
Lingga memicingkan tatapan elangnya. Sangat tajam. Yang di tatap, tidak takut sama sekali.
"ELO!"
Kilau makin sebal di buatnya. Hingga, sebuah ide terlintas di otaknya. Ia ingin membuat Lingga kapok. Akhirnya, Kilau pun menginjak kuat kaki cowok itu.
SET!
"ADOOWWWW!!!"
"RASAIN!"
"ELO?!!!!!" pekiknya Lingga dengan ekspresi penuh emosi.
Kilau mendengus, sebal. "Makanya, jangan suka bohong!" kata Kilau.
Sejatinya, Kilau tidak tega menginjak kuat kaki cowok itu, namun ia hanya ingin memberikan pelajaran saja agar Lingga tidak lagi melakukan kesalahan, yakni membohongi dirinya.
"Gue bakal kejar lo terus, sampai lo mau kasih nomor hape!" kata Kilau dengan gaya meminta uang.
"Psikopat!" umpat Lingga, kesal.
Lingga mencoba menegapkan badannya kembali menatap lurus cewek itu dengan tatapan mematikan.
"BENER-BENER KELEWATAN LO! LO TUH BELUM TAHU SIAPA GUE YA?! GUE BAKAL BIKIN HIDUP LO NGGAK TENANG BARU TAHU!"
Entah itu apakah sebuah bentuk ancaman atau bukan, Kilau tidak begitu mengindahkannya.
Kilau menimpalinya santai, lalu tersenyum miring. "Lo yang bisa bikin hidup gue nggak tenang, atau kebalikannya nih????" kata Kilau bersilang dada dengan diiringi ekspresi seolah mengejek.
Deg.
"Sialan lo!"
Deg.
Kilau tertegun. Tertegun bukan karena melihat sesuatu. Tapi, tiba-tiba dadanya sesak lagi. Ia tak mau Lingga dan semua orang tahu jika ia mengidap asma.
Lingga menyadari perubahan yang cukup signifikan dari manusia sinting di hadapannya ini yang tiba-tiba mendadak diam tak bergeming dari posisinya. Karena hal itu, Lingga pun menggunakan kesempatan untuk kabur. Lingga tersenyum miring, ketika dirinya bebas mengambil celah untuk berjalan. Tanpa di halangi kembali.
Kilau sadar jika cowok itu telah pergi dari hadapannya. Ia benar-benar tak peduli kali ini. Segera ia mengerayaki isi tasnya dan mengambil inhaler miliknya. Segera menggunakan alat bantu pernapasan itu sembunyi-sembunyi dengan menundukkan kepalanya setunduk-tunduknya dengan rambut panjang yang sengaja diuntaikan ke mana-mana. Agar tidak ada yang melihat sedang apa dirinya.
Lingga sempat menoleh ke belakang sekali. Tumben, pikirnya. Kilau tidak mengejar ataupun menahannya agar tidak pergi. Syukurlah! Dilihatnya, Kilau sedang menunduk-nundukkan kepalanya. Entah sedang apa!
"Dasar, sinting!" umpatnya.
Kilau menghela napas lega. Segera ia masukkan kembali inhaler ke dalam tasnya. Kini, ia bebas mengambil oksigen sebanyak yang ia mau. Wajahnya yang merah perlahan menghilang. Kilau berbalik badan dan melihat ke belakang, ternyata cowok itu sudah menghilang.
Kilau mengernyitkan keningnya heran. Kenapa semakin kesini, asmanya jadi semakin sering kambuh?! Kilau, sebal. Di sentuhnya dada kiri tepat di bagian jantung. Kilau dapat merasakan detak jantungnya yang kini berdebar kencang. Seperti habis berlari tanpa henti. Sungguh, cepat sekali berdetak.
Kilau menghempaskan tangannya yang menyentuh dada kiri ke udara begitu saja. Cewek itu menundukkan kepala, dan memejamkan matanya. Mendadak, penglihatannya kabur. Kepalanya pun mendadak pusing. Pemandangan yang dilihat kini terbagi menjadi berbayang-bayang, entah apa yang terjadi padanya.
Kilau berusaha tenang dan menarik napas, lalu membuangkannya perlahan melalui hidung dan mulut. Sikapnya itu diam-diam di perhatikan oleh Anton yang melihat dari jarak jauh. Cowok itu mengerutkan keningnya, penasaran dan curiga.
"Lo kenapa, Kil?" kata Anton bermonolog sendiri.
Merasa sudah baik dan tenang. Kilau, memutuskan untuk segera pergi menuju kelasnya. Mungkin, jam istirahat sekolah saja ia menemui Lingga kembali.
Flashback off..
"BANGSUL JANGAN AMBIL MAKANAN GUE!"
Suara Menang terdengar menggelegar dari dalam kelas. Lingga yang sibuk bermain gembot sambil tiduran di bangku kursi yang ia satukan pun langsung bangkit dan terduduk menyambut kedatangan teman-temannya dari kantin.
Pintu kelas terbuka. Terjadilah kerusuhan mendadak.
"BAGI DIKIT DOANG GUE, NANG! PELIT AMAT! ENTAR KUBURAN LO SEMPIT, NANG!" kata Kaming kini ikut duduk di sebrang Lingga membalikkan bangku menghadap ke belakang.
"Heh, mana pesenan gue?"
Padu melemparkan botol air mineral dan dua bungkus sandwich rasa keju dan cokelat kepada Lingga.
"Tuh!" kata Padu.
Lingga segera menerima dan melahapnya.
"HERAN GUE, LO NGGAK LAPER APA CUMA MESEN ROTI AMA AIR MINUM DOANG, GA?" kata Untung yang kini duduk di atas meja dengan kaki yang dinaikan satu ke atas meja. Kemudian, melahap satu tusuk cilok.
Lingga menyenderkan punggung badannya di badan bangku. Lalu menjawab, "Sejatinya, gue masih kenyang. Cuma dasar aja pingin ngemil," katanya sambil mengunyah sandwhich.
Padu melahap pula satu tusuk cilok miliknya dan berkata, "Tadi pas di kantin lo di cariin tuh sama cewek lo! Rusuh benerr!"
Lingga langsung berhenti mengunyah dan meneguk air minum hingga tinggal setengahnya.
"Siapa yang lo maksud?"
Menang menimpal, "SIAPE LAGI KALO BUKAN AYANG KILAU, SI KNALPOT MOTOR!"
Lingga menoleh cepat melihat wajah Menang. "Oh! Dia bukan cewek gue! Jadi, jangan ngomong suatu hal yang mustahil!" kata Lingga dan ada begitu banyak penekanan pada kata 'Mustahil'.
Setelah berkata begitu, Lingga meraih handphone miliknya di saku celana.
Kaming berkata, "Gue bukannya nggak tahu ya, Ga. Kalo, lo ngasih nomer hape gue ke tuh cewe!" kata Kaming dengan ekspresi seolah bilang, "Sialan ko mang!"
Lingga berhenti melihat layar handphone nya langsung melihat wajah Kaming yang duduk bersebrangan dengannya.
"GILA NOTIF GUE JEBOL ANJERR!" kata Kaming. "PAS GUE AKTIFIN HAPE GUE, BANYAK BANGET CHATTAN DARI TUH CEWEK! AMPE PUYENG GUE DENGER SUARA HAPE PENTANG-PENTUNG-PENTANG-PENTUNG!"
Padu terkekeh dan menimpal, "SEENGGAKNYA, AKHIRNYA HAPE LO ADA NOTIF JUGA DARI CEWEK, MING. BIASANYA KAN, SELALU DARI MIKIOS KALO ENGGAK MAMA MINTA PULSA!"
"IYA SIH, DU! CUMA, ITU NYEPAM AMET GILA! AMPE EMAK GUE NANYAIN, ITU SIAPA SIH DARITADI NGECHAT KAMU MULU?!" kata Kaming seraya mengikuti gaya Ibunya bicara.
Untung melompat dari duduknya, menghasilkan bunyi PLAK akibat kaki yang bertabrakkan dengan ubin kelas. Untung menimpali ucapan Kaming, "NGGAK PA-PA LAH, MING! LO LADENIN AJA SI KILAU. SINTING-SINTING BEGITU CANTIK, KOK. YA ENGGAK?"
Lingga tak peduli.
"Tuh cewek udah tahu kale, Tung! Karena, gue bilang ke dia itu bukan nomer hape Lingga tapi nomer hape gue!" kata Kaming. "Lagian, ogah lah! Yang cantik yang pinter ada, kenapa juga milih yang cantik rada miring!" lanjut Kaming.
Lingga langsung menimpal, "NAH ITU! AKHIRNYA, LO PAHAM APA YANG GUE RASAIN, MING!"
Deg.
Padu menimpal setelah ciloknya habis. Tusukkan terakhir diam-diam di comot oleh Menang yang tadi diam-diam bae. Ia tidak marah, lagian sudah kenyang juga. "Kasihlah dia kesempatan, Ga. Siapa tahu sikapnya yang rada miring itu cuma akting!" kata Padu.
"Emang ada akting senatural itu," sambar Lingga. "Emang aslinya sinting! Mau gimana lagi."
"Jangan kek gitu, Ga. Sayang loh, cewek modelan Kilau di anggurin. Jarang-jarang ada cewek yang terang-terangan nunjukkin kalo dia suka. Kilau itu cewek langkah yang harus di jaga," kata Padu dengan kekehan di ujung kata.
"ELO AJA YANG JAGA SANA! SEKALIAN MASUKIN KE KEBUN FLORA DAN FAUNA, BIAR TERLESTARIKAN SEKALIAN!" timpal Lingga, ngegas.
Menang meneguk air minum. Sejak tadi cowok itu hanya jadi pendengar karena sibuk mengunyah makanannya. Hingga, makanannya sudah habis barulah Menang ikut menimbrung. Menang bilang, "Gue denger-denger tuh cewek entar bakal nyusulin lo kemari, Ga."
Sedetik setelah Menang bicara, suara nyaring bak knalpot motor vespa butut, menyeruak ke gendang telinga di iringi dengan suara peluit yang tadi pagi di dengar oleh Lingga.
Semua kaget. Semua jadi melihat ke ambang pintu. Benar saja, sudah ada Kilau dkk. Lingga memicingkan matanya tajam, rahangnya menegas, urat-urat di pelipisnya tercetak.
"Aduh, gara-gara omongan Menang nih!" kata Untung melirik si Menang. Menang menyambar, "Kok gue?! Emang iya kok, gue sempet nguping omongan mereka di kantin tadi!"
"LINGGAAAAAAA!!! HELOOOO!!!"
Lingga mendebrak mejanya kuat. Lalu, berjalan menghampiri Kilau dengan kedua tangan yang terkepal. Padu dan Kaming was-was, akhirnya segera bangkit dan menyusul Lingga.
"Hai," sapa Kilau.
"MAU NGAPAIN LO KE SINI?!" perkataan Lingga yang galak itu membuat seisi kelas menjadikannya pusat perhatian.
"Ada yang baru nih untuk di tonton!" sahut salah satu teman sekelas.
Kilau menjawab, "Mau ketemu sama lo, buat nagih nomor hape, mana?" kata Kilau dengan gaya meminta uang.
"PERGI DARI KELAS GUE SEKARANG!" bentak Lingga pada Kilau dengan gerakkan tangan mengusir.
Kilau sebentar tertegun dengan bentakkan itu. Namun, ia berusaha menyembunyikan perasaan takutnya.
"BIASA AJA KALE! JANGAN BENTAK TEMEN GUE GITU!" timpal Pop yang bersilang dada, berdiri di belakang Kilau.
"TAHU NIH! BERANINYA BENTAK-BENTAK CEWEK KEK GITU!" sambung Cantik dengan gaya yang sama seperti Pop.
"EH SI KUNTILANAK PAKE NYAUT SEGALA! sambar Untung.
"DIEM LO BUNTUNG!" timpal Pop dengan mata melotot ala susana, bagi Untung.
Rintintin yang sadar jika cowok bernama Lingga itu benar-benar dalam mood singa tidak berani menyahut. Malah berbisik pada teman-temannya yang bisa di dengar oleh Lingga, Padu, dan Kaming.
"Geng, ayok pergi yok! Gue kebelet nih, ehee.." kata Rintintin berbohong. Sejatinya, ia hanya takut di telan hidup-hidup saja oleh Lingga yang kini mood singa.
"Apaan sih, Tin?! Beser mulu kerjaan elo!" timpal Cantik melihat wajah Rintintin.
"DIEM LO PADA! GUE CUMA MAU TEMEN LO INI PERGI DARI KELAS GUE! DAN BILANGIN KE TEMEN LO, JANGAN PERNAH LAGI KE SINI!" kata Lingga dengan suara lantangnya.
"Kenapa sih, Ga? Lo keliatan benci sama gue? Padahal, gue kan suka sama elo?"
"Gue nggak suka sama lo! Dan nggak akan pernah bisa suka sama lo sampai kapanpun, nggak pake koma! Titik!!" jawab Lingga.
Kilau menahan tangan Lingga saat cowok itu hendak berbalik badan. Dengan gerakkan cepat, Lingga menghempaskan tangan Kilau ke udara.
Semua kaget.
"Jangan sentuh gue!" kesal Lingga. Cowok itu benar-benar sudah muak.
"Gue nggak kan pernah nyerah untuk ngejar lo, Ga! Titik, nggak pake koma!"
"GUE PERINGATIN LAGI KE LO! SILAKAN PERGI DARI SINI! KARENA GUE UDAH MUAK LIAT MUKA LO ITU!"
Kilau mengepoutkan bibirnya ke bawah. Cewek itu sebal dengan Lingga yang begitu galak dan kasar padanya. Rintintin, Cantik, dan Pop mengumpat mati-matian Lingga.
"Sok kecakepan!" umpat mereka.
Tidak berhenti di situ, Kilau berlari menyusul Lingga yang masuk ke dalam kelas. Semua makin dibuat geleng-geleng atas sikap Kilau. Dasar bodoh!
"Lingga!"
Lingga kaget, bukannya malah pergi. Cewek itu justru seakan tidak mendengar perkataannya tadi. Padahal, ia sudah berusaha bersikap galak dan kasar, tetap saja tidak takut dan mau pergi! Harus pakai cara apa lagi???!!!!!!
"Lingga, jangan dingin gitu dong sama gue!"
Lingga pura-pura tak mendengar dan tak melihat keberadaan Kilau yang berdiri di hadapannya. Lingga fokus memainkan handphone nya saja. Melihat galerinya yang banyak menyimpan photo Rembulan, agar dirinya sedikit tenang. Bucin!
"Jangan galak juga!"
Lingga tetap tak peduli.
"Jangan kasar juga!"
Lingga tetap tak peduli.
"Gue kan cuma mau deket sama el-" terpotong karena Lingga langsung menyelanya.
"TAPI GUE NGGAK MAU DEKET SAMA LO!"
Semua terdiam.
"LO NGERTI NGGAK SIH! GUE NGGAK SUKA SAMA ELO! GUE NGGAK MAU SAMA LO! JADI, BERHENTI DEKETIN GUE DAN JANGAN GANGGU GUE LAGI!"
"Enggak mau!" jawab Kilau tegas dan bergaya bersila dada.
Lingga kesal. Tidak sadar tangannya meremas benda pipih itu.
"HARUS PAKE CARA APA SUPAYA LO TUH SADAR, KILAU!"
Kilau tertegun. Tak selang beberapa detik senyum terlukis di wajahnya.
"Bener-bener sinting deh tuh cewek," bisik Untung pada komplotannya.
Kaming mengangguk sahaja. Padu dan Menang, diam.
"Coba ngomong sekali lagi, Ga! Gue seneng lo manggil nama gue untuk pertama kalinya, meski dalam nada emosi," kata Kilau sambil melompat-lompat.
Semua menganga.
Lingga benar-benar pening. Segera ia memutuskan untuk pergi dari kelasnya. Jika cewek itu tak mau pergi, biar dirinya saja yang pergi. Lingga pun bangkit dan berdiri, sembari memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celananya. Tanpa bilang apa-apa, cowok tinggi itu berlalu.
"Lingga mau kemana????!!!!!"
PELUIT!!!!!!!
PIT!!!!!!!!!!!!
Namun, Lingga terus saja berjalan. Rintintin, Cantik, dan Pop yang sejak tadi berdiri di ambang pintu segera menyingkir ketika Lingga hendak berjalan mendekat. Agar cowok itu bisa lewat.
Suara teriakkan dan peluittan nyaring menguasai kelas. Kilau langsung berlari menyusul Lingga. Dilihatnya cowok itu berjalan cepat menelusuri koridor.
"LINGGAAAAAA!!! TUNGGUINNNN!!!"
PITTT....!!!!!!!
Namun, sang empu tetap saja menjauh. Suara peluitan itu pun menguasai koridor. Suaranya yang nyaring menggelegar ke mana-mana. Bahkan, tetap terdengar di kedua telinga Lingga, meski cowok itu semakin menjauh dari peradaban.
"LINGGAAAA!!!!"
BRUK!!
Langkah Kilau terhenti, ketika dirinya terjatuh dan langsung tak sadarkan diri.
"KILAAAUUUUU!!!!" pekik teman-temannya. Segera mereka menghampiri dan mengecek keadaan Kilau.
Untung Cs sama kagetnya. Begitupun semua orang yang melihat Kilau.
"WADUH! PINGSAN DEH TUH CEWEK!" kata Untung sembari memegang dadanya, karena kaget.
"WOY, GA! CEWEK LO PINGSAN NIH WOY!" teriak Padu lantang, namun Lingga tidak mendengar.
"KENAPE KENAPE KENAPE!!" tanya Menang kepo.
Kilau mendadak terjatuh dan pingsan, karena saat mengejar Lingga dan meneriakki nama cowok itu, dadanya kembali sesak. Untuk sehari itu sudah dua kali asmanya kambuh. Kemarin juga. Sesak di dadanya itu benar-benar hebat, hingga ia yang hendak mengambil inhaler tak sempat menggunakkan alat itu, karena terlanjur kehabisan oksigen. Rasanya tubuh benar-benar lemas. Semuapun mendadak gelap.
🌵🌵🌵