Chapter 9 - 09

Orang-orang pada heran dengan Kilau yang sebegitunya ingin bersama Lingga. Sampai mau menyusul laki-laki itu ke toilet. Kilau, tidak peduli dengan omongan orang-orang. Cewek itu masa bodo. Lagipula, prinsipnya itu adalah maju terus pantang mundur. Nggak peduli omongan orang. Karena, omongan orang hanya sebatas ujung lidahnya aja!

Kini, cewek rambut hitam terurai itu menunggu di depan pintu toilet pria sambil memainkan ujung dasinya. Menunggu sosok Lingga keluar dari dalam toilet.

Di dalam toilet,

Cowok bertubuh tinggi, hidung mancung, alis tebal dengan tatapan mata yang tajam itu tengah membasuh wajahnya menggunakan keran westafel. Kemudian, membasahi bagian depan rambutnya dan menyibakkan-nyibakkan ke belakang sambil bercermin. Tanpa tahu, jika dirinya tengah di tunggu di luar oleh Kilau. Cewek yang dianggapnya terlewat sinting!

Di dalam toilet, tidak hanya dirinya seseorang. Ada pula murid sekolah yang lain sedang membasuh wajah, ataupun menyelesaikan urusan yang lain. Sesekali, Lingga bersiul-siul melihat pantulan wajahnya di cermin tengah merapikan rambutnya agar terlihat semakin ganteng.

Merasa semua urusan sudah selesai. Lingga pun memilih segera keluar dari dalam kamar mandi. Sambil berjalan mendekati pintu, pikirannya teringat akan tingkah cewek itu. "Sialan!" umpatnya.

Lingga meraih gagang pintu, dan mencoba menekannya ke bawah. Namun, entah kenapa hatinya merasa tidak enak. Aneh, pikirnya. Sampai-sampai ia mengerutkan keningnya. Namun, perasaan itu segera di tepis. Lingga tetap menekan gagang pintu ke bawah. Hingga, pintu pun terbuka. Lingga menarik pintu itu ke dalam sehingga terbuka celah sedikit untuk keluar.

Barulah hendak melangkahkan kakinya keluar. Jantungnya di bikin berdebar hebat. Mata membulat sempurna, bahkan hampir keluar. Semua itu karena, Lingga menyadari kehadiran Kilau yang sudah menunggu di luar.

"KAMBING!" umpatnya.

Dengan cepat, Lingga menutup kembali pintu toilet.

Brak!

"Eh, lo mau keluar kan?!" tanya Lingga, pada orang yang hendak keluar.

"Iya."

"Bilangin sama cewek yang di luar. Kalo, dia tanya ada gue apa enggak. Jawab aja, enggak ada! Ngerti!"

"Oke."

"Yaudah, thanks."

"Sans ae."

Lingga segera bersembunyi di balik pintu saat pintu tersebut di buka.

Kilau yang sejak tadi menunggu lama, memelototkan matanya ketika menyadari pintu terbuka. Itu artinya, seseorang hendak keluar. Pikirnya, pasti itu, Lingga.

Namun, kekecewan dan harapan hampa yang ia dapat. Ternyata, bukan Lingga. Melainkan, murid lain.

"Eh! Ada Lingga nggak di dalem?"

Samar-samar, Lingga mendengar suara Kilau.

"Nggak ada siapa-siapa tuh, selain gue. Bye!"

Deg.

Lingga, tenang. Kilau, heran, bingung dan juga curiga.

Pikirnya, jelas-jelas ia melihat sosok Lingga masuk ke dalam toilet itu. Kenapa, justru di bilang tidak ada? Aneh sekali, pikirnya.

Kilau, kebingungan. Ada sesuatu yang janggal. Apakah, murid yang tadi itu berbohong?? Ah, pasti Lingga di dalam.

Kilau, tersenyum. "Gue tahu, lo di dalam, kok!" teriaknya.

Lingga, tersentak kaget.

"Lingga, lo di dalam kan? Jangan bohong deh! Jelas-jelas gue liat kok, kalo lo masuk ke dalam toilet cowok! Ya, enggak mungkin kan lo masuk ke toilet cewek!"

Lingga, berdesis. "Kalo bisa ngilang, udah ngilang gue dari tadi!"

"Lingga, di dalam kan? Keluarlah, Lingga! Apasih yang di takutin?!" teriak Kilau dari luar sambil mengedor-ngedor pintu.

Tok..

Tok..

Tok..

"Elo!" sambar Lingga. Tapi, tak di dengar oleh Kilau.

Lingga pun mengeluarkan handphone nya dari dalam saku celana, cowok itu hendak meminta tolong kepada teman-temannya dengan men-chat group Wa. Supaya, teman-temannya itu menyingkirkan Kilau yang ada di luar sana.

Dengan cepat pesannya di respon.

Sorry, Ga.

Kita lagi mager.

"Anjing!" umpat, Lingga sangat kesal. Karena, balasan dari, Untung.

"Awas ya lo lo pada!" umpatnya.

Lingga kembali mengetikkan sebuah pesan ke chat group Wa nya. Namun, tidak lagi mendapatkan respon. Di read saja, tidak sama sekali. Lingga, berdecak kesal.

"Ck!"

Pintu mendadak terbuka. Lingga, kaget. Ia kembali bersembunyi di balik pintu. Lingga berpikir itu si Kilau. Waktu ia intip ternyata, bukan. Tapi, murid lainnya. Lingga, bernapas lega. Membuang napasnya melalui mulut dan keluar lagi dari persembunyiannya.

Situasi toilet sunyi. Hanya ada dia dan murid itu yang tengah bercermin sambil melapkan wajah dengan sapu tangan. Lingga, berjalan mendekat sampai membuat murid itu kaget. Lingga, langsung meminta maaf.

"Maaf, gue nggak maksud buat ngagetin elo."

"Kaget! Gue pikir, cuma sendirian doang di mari. Kenape?"

"Di luar lo liat ada cewek nggak?"

"Ada."

Lingga, berdecak kesal. "Ck!"

Lingga kembali berkata, "Entar kalo lo keluar gue ngikut ngumpet di belakang lo ya? Entar, gue kasih goceng!"

Tanpa berpikir lagi, murid itu menjawab.

"Oke."

Lain itu, Kilau tetap setia menunggu. "Aduh, lama banget sih? Apa emang nggak ada Lingga di dalem? Ah, masa sih!"

Kini, Lingga sudah bersiap-siap untuk keluar. Dengan niatan nanti ketika berjalan menyembunyikan dirinya di belakang tubuh murid itu sambil menutupi wajahnya dengan sapu tangan yang ia ikat ke belakang kepala. Sehingga, menutupi sebagian wajahnya.

"Ga?!"

Kilau, menyadari ada yang keluar. Seorang cowok berbadan besar dengan temannya yang entah Kilau tidak tahu siapa.

"Yah, bukan ya?" kata Kilau, kecewa.

"Eh, tadi lo lia-" ucapannya terhenti. Kilau, menyadari jika seseorang yang berjalan di sebelah kiri murid berbadan besar itu adalah, Lingga.

Kilau, tersenyum miring. "Ketahuan!"

Lingga, tersentak kaget. Apakah dirinya ketahuan! Ya jelas lah, pikir Kilau. Cewek itu ingat, jika Lingga mengenakan pakaian Olahraga. Sedangkan, murid yang tidak Olahraga mengenakan seragam putih abu.

"Lucu!"

Kilau segera berlari untuk menghalangi langkah cowok itu. "LINGGA!! GUE TAHU ITU LO!"

Lingga menoleh ke belakang. Benar saja, dirinya ketahuan. "Sial!"

Lingga ingin berlari kencang, namun  tidak berhasil. Kilau, lebih dulu menghalanginya.

Mereka pun terhenti. Lingga segera bersembunyi di belakang tubuh murid yang bernama, Bejo.

"Lingga, kok gituh!"

"Pergi lo, jangan deket-deket gue!"

Bejo, kebingungan. Karena, tubuhnya bergerak ke sana ke mari oleh ulah si kapten basket.

"MINGGIR JELEK!" kata Kilau pada Bejo.

Bejo, kaget di katai jelek. Cowok  itu pun mendengus sebal. Lalu, menjauhkan diri dari Lingga yang sejak tadi memanfaatkan badannya untuk berlindung.

"EH!" Lingga, kaget. Saat, Bejo memilih pergi.

"Lingga, ketahuan kan!"

Lingga mengumpati Bejo mati-matian. "Awas aja lo Bejo! Gue tagih lagi tuh goceng!" Kini, pandangannya beralih ke Kilau. Lingga, mendengus kesal.

"Mau lo apasih?!" kata Lingga, galak. Sambil berkacak pinggang.

"Nggak denger! Turunin dulu sapu tangannya!"

Entah mengapa Lingga, menurut. Tangannya pun menarik sapu tangan yang sejak tadi bertengger menutupi sebagian wajahnya dan kini Kilau dengan jelas dapat melihat wajah tampan, Lingga Sambara.

"PUAS!"

Kilau, tersenyum senang.

"Mau lo apa?!" kata Lingga, masih berkacak pinggang.

Tanpa pikir panjang dan memang itulah tujuannya sejak awal. Kilau langsung menjawab, "Minta nomer hape lo, dong."

Lingga, berdecih. Lalu, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Ogah!" jawabnya.

Kilau, cemberut. "Ih! Minta nomer hape lo aja, kok."

"Buat apaan?!"

"Buat pedekate," jawab Kilau dengan senyum manis di akhirnya. Melihat itu Lingga ingin muntah.

"Siapa yang mau pedekate sama lo, huh?!"

Kilau kembali cemberut.

"Cemberut aja lo terus. Jelek tahu, nggak?!"

Kilau, berdecak kesal. "Pokoknya minta nomer hape lo, dong!"

"Maksa lo?!"

"Maunya sih enggak! Cuma, gue butuh."

Lingga berdecih. Masih dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.

"Kalo gue kasih nomer hape gue ke lo, apa lo bakal pergi dan nggak ngikutin gue lagi?"

"Iya."

"Oke."

Kilau, ternganga. "BENERRRR????!"

"Iya," jawab Lingga dan kini mengeluarkan kedua tangannya dari dalam saku celana dan merampas benda pipih dari tangan Kilau. Kilau dengan senang memperhatikan Lingga yang tengah mengetikkan sesuatu di handphone miliknya.

"Nih!"

Kilau langsung menerima kembali handphone miliknya. "Makasih, sayang!"

Lingga memelotot kaget. Kilau, terkekeh. Melihat ekspresi Lingga yang kaget di panggil, sayang!

"Kaget ya? Di panggil sayang sama gue. Lucu, banget lo."

Lingga menyambar, "Mau muntah gue!"

Kilau tak peduli. "Yaudah, gue balik ke kelas dulu. Nanti, kalo di chat bales ya!"

"Ogah!" jawab Lingga, dalam hati.

"Kalo di telpon angkat ya!"

"Ngarep!" jawab Lingga, dalam hati.

Kilau tersenyum girang, bahkan sampai melompat-lompat. "Daa, Lingga. Sampai ketemu lagi!"

Lingga, memutar bola matanya malas.

Kilau pun melambaikan tangan dan pergi menjauh dengan berjalan melompat-lompat riang. Lingga masih setia berdiri di tempat memperhatikan kepergian Kilau sampai menghilang di balik tembok.

Seulas senyum terukir di sudut bibirnya. Lingga, sangat bahagia. Bisa menipu cewek sinting itu. Tanpa di ketahui oleh Kilau, jika nomor handphone Kaming lah yang di masukkan Lingga dan di simpan di kontak.

"Selamat bersenang-senang, Ming!" gumam, Lingga. Lalu, pergi menuju kelasnya.

🌵🌵🌵

Suasana kelas ramai, tidak ada guru yang mengajar karena tidak masuk.  Sehingga, mereka bebas ngapain aja. Rintintin, yang melihat kembalinya Kilau Cahaya langsung memanggil temannya itu.

"Kil, lo dari mana aja sih?!"

Sekelas diam dan melihat ke arah Kilau yang kini sudah duduk di bangkunya.

Pop yang sedang bermain congklak bersama teman yang lain menoleh dan berkata kepada Kilau, "Lo dicariin buk Retno noh tadi, katanya tugas puisi lo mana?"

Satu-satu Kilau menjawab. Pertama ia jawab pertanyaan dari Rintintin terlebih dahulu, "Tadi itu nungguin Lingga, di toilet cowok."

"ASTAGA!" sambar Rintintin. Cewek berkacamata itu berdiri dan menatap Kilau. "JADI LO BENERAN NYUSULIN DIA, KIL. SEGITUNYA ELO SUKA SAMA LINGGA?!"

Cantik berhenti memainkan handphone nya. Lalu, mendekati Kilau dengan duduk di sebelah cewek itu. Kilau, menoleh. "Sejak kapan lo suka?" tanya Cantik.

"Nggak tahu!" jawab Kilau.

Pop menimpal, "Lo kesambet apaan dah, Kil. Nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak ada badai, tiba-tiba naksir sama komplotannya si Buntung! Entar, kalo lo ketularan sinting gimana?"

Rintintin menyenggol siku Pop, Pop pun menoleh.

"Apa?" kata Pop.

"Untung ya Untung! Lingga ya Lingga! Mereka adalah dua cowok yang berbeda latar belakang, karakter, dan perawakan! Jadi, jangan di sama-samain lah!" kata, Rintintin.

"Belain Lingga lo, Tin?" kata Pop.

"Nggak belain juga! Cuma, ngingetin aja ke lo. Kalo, setiap orang tuh berbeda. Jangan mentang-mentang Lingga temenan ama si Untung. Lo jadi ngecap Lingga sama kayak Untung. Kan, belum tentu!" jawab Rintintin.

Cantik mengangguk setuju, dan berkata, "Bener tuh, Pop. Kita nggak boleh nilai orang hanya karena dia tuh temen si A atau temen si B. Terus, kalo temennya yang si A atau si B jelek, lo ngecap dia juga jelek. Kan, nggak bisa gitu!"

Pop menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Pop bingung, kenapa kedua temannya itu justru seakan membela komplotan Untung Cs. Dirinya merasa sendirian.

"Di cekokin apaan lu pada?! Heran gue!" timpal Pop.

"Nggak! Kita berdua nggak di cekokin apa-apa!" jawab Rintintin dan Cantik, kompak.

"Kita hanya memberitahu sebuah nasihat ke elo, Pop. Jangan nilai orang hanya karena dia tuh temen siapa!" kata, Rintintin.

Kilau yang tadi hanya diam, akhirnya bersuara, "Lingga tuh beda. Dia baik. Dia ganteng. Dia keren. Dia lucu. Senyumnya juga manis. Makanya, gue suka."

Pop, mengangakan mulutnya saja. Lalu, memilih kembali bermain congklak.

Rintintin bertanya lagi, "Terus lo tadi ngapain?" kata Rintintin sambil berkipas-kipas.

"Minta nomor hapenya, Lingga."

Cantik menyambar dan berkata, "Di kasih, emang??"

Kilau senyum. "Ya di kasih dong!" jawabnya senang.

Rintintin dan Cantik, kaget. Tidak percaya!

"SE-SERIUS LO?!" kata Rintintin dengan mata yang hampir keluar.

"Serius!" jawab Kilau, mantap.

Cantik menimpal, "Perasaan tadi tuh cowok kek nya males banget liat lo, Kil. Kok, bisa-bisanya dia ngasih lo nomor hape tanpa percuma!" katanya, curiga. Dengan kedua mata menyipit.

"Iya tuh! Perasaan tadi ogah banget ama lo, Kil. Kok bisa, wah jangan-jangan yang di kasih nomor hape si Kaming! Atau nggak si Menang!" tebak Rintintin dan itu benar.

Kilau, mendengus sebal. "IH! KALIAN BERDUA KOK SEAKAN NYUDUTIN GUE GITU!"

Rintintin dan Cantik, meringis tidak enak.

"Ya nggak mungkinlah! Lingga pasti kasih nomer hapenya!" kata Kilau.

Karena, tidak mau ada keributan. Akhirnya, Rintintin dan Cantik pun mengiyakan sahaja.

Tiba-tiba ada murid lain dari ambang pintu berteriak, membuat suaranya menggema ke seluruh sudut ruang kelas.

"KILAU DI PANGGIL BUK RETNO KE KANTOR!"

"Iya!"

Kilau, pun pamit dan pergi.

"Kayaknya kita harus berubah jadi conan, Tik!" bisik Rintintin. Cantik yang mengerti maksudnya pun mengangguk paham. "SIAP!"

🌵🌵🌵

Dengan langkah lebar, Lingga memasuki ruang kelasnya. Untung, Padu, Menang, dan Kaming melotot kaget ketika menyadari ekspresi Lingga yang kini menunjukkan marah?!"

Untung, meringis. Pasti karena penolakan itu!

"BENER-BENER YA LO PADA! GUE MINTA TOLONG, DI RESPON BEGITU! BAHKAN, GUE CHAT LAGI NGGAK ADA YANG BALES!" kata Lingga dengan berkacak pinggang.

Semua yang tadi sibuk makan cilok. Berhenti mengunyah. Bahkan, merapikan duduk mereka. Untung yang tadi menaikkan kaki ke atas meja, Padu yang duduk di atas meja, Menang yang memegang banyak tusuk cilok, serta Kaming yang asik mengunyah permen karet langsung merapikan posisi dengan serentak.

"YA MAAP, GA!" kata mereka semua.

"MAAP-MAAP, ENGGAK KAN GUE BAYARIN LAGI KALO MAKAN DI WARUNG MPOK AYUN!" kata Lingga. Maksudnya itu mpok Yoona, di ganti mpok Ayun!

Semua kaget luarbiasa. Terlebih, Untung dan Kaming. Kedua cowok itu langsung berdiri.

"YAH JANGAN GITULAH KAWAN!" kompak, Untung dan Kaming.

"GILIRAN SEKARANG KAWAN-KAWAN BILANGNYA! DASAR!" sambar Lingga, kemudian cowok itu menarik bangku dan duduk ikut bergabung membuat lingkaran.

"MAAP ELAH, GA! TADI KITA ITU ABIS DI PANGGIL AMA BUK RETNO, YA KAN KAWAN-KAWAN?!" kata Untung.

Lingga, mengedarkan pandangan ke semua wajah temannya.

"BETULLLL!!!" jawab mereka serentak.

"NGAPAIN?!"

"DI TAGIH TUGAS PUISI!" jawab Untung dan Kaming.

Lingga, hanya berohria. Terlihat santai.

Padu memajukan kepalanya dan berkata, "Santai amat lo, Ga. Emang udah buat tugas dari Buk Retno?"

"Belom."

"HARI INI TERAKHIR DI KUMPUL, KATA BUK RETNO, GA!" kata Menang.

Lingga, hanya berdehem.

"Btw, Ga!" panggil, Untung. Lingga hanya melihat. "Yang tadi entuh, maapin lah! Kawanmu ini, ya enggak Ming!"

"Hoho, Ga! Janji, kita nggak lagi-lagi deh begitu!" kata Kaming dengan menunjukkan jari peace.

Seketika, ingatannya soal nomor handphone terlintas di kepalanya. Kasihan, Kaming.

"YA UDAH, GUE MAAPIN LO PADA!"

Semua menghela napas, lega.

"Selamet, guys!" gumam, Untung.

"Allhamdullilah!" kata Kaming sambil mengelus dada.

Pikir kedua orang itu, kalau ancaman Lingga berlaku. Berkuranglah pemasukkan perut!

"Tapi lo nggak di apa-apain kan sama tuh cewek, Ga?" kata Padu.

Lingga menjawab sambil mengunyah satu tusuk cilok, "Emang gue bakal di apain sama tuh cewek!"

Menang menyambung dengan perkataan yang memancing Lingga marah. "Ya siape tahu lo di perkosa sama die!" kata Menang.

"ANJING!" sambar Untung.

Lingga, menggebrak meja.

GEDEBRAK!

Menang kaget sampai terlata-lata. "AYAM AYAM AYAM!!"

"Sialan lo, Nang!"

Menang melihat kedua mata Lingga yang seakan keluar.

"Ampun,Ga!"

"WOY MANE LAKBAN WOY!!" teriak Lingga kepada seluruh teman sekelasnya.

"ADA! AMBIL AJA TUH DI LACI GURU, GA!!" sahut semuanya.

Menang, was-was. Lingga, berkata, "AWAS LO! TUNGGU DIEM DI SITU!" titah Lingga.

Padu tersenyum laknat! Untung langsung berdiri.

"SIAP-SIAP YA, NANG!" kata Untung sambil memijat kedua pundak Menang.

"KAMING, PADU, UNTUNG!"

"SIAP, GA!!"

"PEGANG YANG KUAT!"

"ASIAAPPP!!!!"

"SIALAN LO PADA, EMAKKKK!!!" pekik Menang heboh dan menggeliat.

Keributan pun terjadi. Lingga, membuat Menang benar-benar kapok.

🌵🌵🌵