Chereads / My Boss My Lover / Chapter 13 - Pikachu 1

Chapter 13 - Pikachu 1

"**Uang tetaplah uang," Ucapku padanya.

"Untuk mu saja," Ucapnya acuh. Digenggamnya lagi pergelangan tanganku.

"Ta-"

"Cukup, Oke! Aku tidak ingin kau syok melihatku membuang itu ketempat sampah." Ucapnya acuh sambil menarikku kedalam mobil**.

Autor P.O.V

Seorang pria berambut hitam legam sedang tertidur dikursinya. Kepalanya tersandar pada bantalan kursi. Wajahnya terlihat tenang namun ada semburat merah menghiasi pipinya. Semakin lama di perhatikan semakin banyak keringat dingin yang keluar dari keningnya .

Ia mengerang tidak nyaman. Nafasnya memburu layaknya pelari marathon. Tapi ia terlihat tersenyum atau untuk dia,mungkin bisa kita katakan menyeringai dan tidak lupa semburat merah itu masih menghiasi pipinya. Apa mungkin ia demam?

Tidak beberapa lama ia kembali normal. Nafasnya perlahan mulai kembali tenang. Kerigat dingin sudah tidak lagi keluar dari keningnya. Wajahnya sudah kembali tenang. Tapi sayang sekali semburat merah masih enggan luntur dari wajah tampannya.

Tiba-tiba hal yang megejutkan terjadi. Ia terbangun sambil membelalakan matanya.

Wajahnya semakin memerah. Pandangannya diedarkan pada kaset DVD yang bergambar pikacu yang sedang tersenyum manis memandangnya. Diambilnya DVD itu memperhatikan setiap jengkal gambar yang tertera dihadapannya.

"Sialan kau!" Makinya pada gambar Pikachu yang ada dicover DVD itu. Dilemparkannya DVD itu ketempat sampah yang ada didekat rak-rak dokumen. Dan dengan tergesah-gesah ia keluar dari ruang kerjanya sambil menutup wajahnya yang memerah.

POOR PIKACHU

"Merisa! Kau ada didalam!" Panggil Sandra sambil mengetuk pintu kamar Merisa. Merisa yang mendengar panggilan Sandra dengan cepat menyegerakannya memasukan DVD kedalam DVD room lalu menekan tombol on untuk menyalakannya.

Diletakkannya remot di sebelah televisi berukuran 21 inci itu lalu segera membukakan pintu untuk Merisa.

Dilihatnya Sandra dan Olivia sedang membawakannya berbagai macam cemilan.

"Kami boleh masuk."

Merisa mengangguk mempersilakan.

"Kau sedang apa, Merisa?" Tanya Sandra.

"Aku baru saja ingin menonton Pikachu," Jawab Merisa sambil mempersialkan Sandra dan olivia duduk di sofa.

"Filmnya sudah mulai." Tunjuk Olivia pada televisi.

Seketika mereka semua duduk di sofa dan terfokus menonton layar televisi. Diawali dengan munculnya tulisan rumah produksi dan segala macam tulisan-tulisan tentang licenci yang menggunakan bahasa inggris.

Lalu dimulailah film itu. Keheranan muncul dibenak Merisa saat melihat entah kenapa bukanlah sound track opening Pikachu yang dilihatnya melainkan seorang anak perempuan yang berlari dengan tergesah-gesah menyusuri lorong-lorong rumah sakit.

"Apa ini Pikachunya?" Tanya Sandra keheranan begitu pula dengan Merisa yang sama bingungnya. Sementara Olivia yang sejak awal tidak tahu berusaha menikmatinya. Merisa segera mengecek tempat DVD Pikachu yang ada ditangannya. Dengan raut wajah keheranan dirinya membolak-balikan DVD itu.

"Sepertinya seru," Ujar Olivia sambil membuka bungkus snack yang ia bawa.

Akhirnya mereka mengabaikan keheranan mereka dan mulai menikmati filmnya.

Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis Senior High School yang tiba-tiba saja mendadak menjadi miskin. Ibunya yang single parent terkena serangan jantung saat mengetahui perusahaannya kolaps.

Gadis ini lalu dikucilkan di sekolahnya, tidak ada satupun yang mau berteman dengannya karena dia sudah jatuh bangkrut. Dia sering menjadi objek bullying di sekolahnya. Masalah keuangan mulai dihadapi olehnya. Satupun dari kerabatnya sama sekali tidak ada yang mau menolong.

Semua yang menonton film ini terharu melihat adegan gadis itu diam-diam memakan sisa spageti yang ditinggalkan seorang suster di bangku taman. Atau saat gadis itu di teriaki oleh bosnya karena dianggap tidak becus bekerja.

Lalu muncullah seorang pria yang menjadi primadona si sekolah, tampan, atletis, superkaya dan pintar. Tapi satu hal yang mengecawakan ada pada dirinya. Dia adalah pria kasar yang suka memaksakan kehendak. Suatu ketika pria ini melihat gadis pemeran utama sedang kesusahan.

"Tidak ku sangka wanita seangkuh kau, rela menjadi klining servis di sini," Ucap tokoh utama pria yang sedang memandang remeh pada tokoh utama wanita yang ada di depannya. Tokoh utama wanita berusaha tidak mempedulikannya dan melanjutkan menyantap mie instan yang ada digenggamannya. Merasa diacuhkan, si tokoh utama pria menggeram kesal lalu mengeluarkan handpone miliknya dari saku jasnya.

"Kita lihat kau masih bisa mengacuhkanku atau tidak setelah ini." Iapun peninggalkan tokoh wanita itu yang sedang menyantap mie instant di tangga darurat.

Setelah itu, kesialan mulai muncul menghampirinya. Mulai dari dia pecat dari pekerjaan part timenya lalu hampir di DO dari sekolahnya dan lagi yang paling membuatnya menderita adalah ketika ibunya yang sedang koma terancam tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dari rumah sakit.

"Bisa aku meminjam uang padamu," Tanya tokoh utama wanita pada tokoh utama pria yang sedang asik mendengarkan earphonenya.

"Boleh saja," Ucap tokoh utama pria acuh.

"Dia terlihat seperti Tuan Leon yah," Ujar Sandra jujur. Semua membenarkannya.

Merisa yang merasakan perutnya lapar langsung mengambil cemilan yang ada dihadapanya.

"Aku akan segera mengembalikannya." Ucap tokoh utama wanita dengan tegas.

"Kau bisa menjadi wanitaku jika kau mau. Jadi kau tidak perlu membayar hutangmu." Ucap tokoh utama pria sambil menyeringai.

Perkataan yang tadi diucapkan tokoh utama pria membuat Merisa sukses menyemburkan makanannya yang ada dimulut beserta salivanya yang membuatnya tidak sengaja mengotori karpet. Sontak membuat kedua orang yang melihatnya langsung menampilkan wajah jijik.

"Maaf… maaf aku tidak bermaksud begitu," Ucap Merisa penuh penyesalan. Diambilnya tisu untuk membersihkan karpet. Mau tidak mau kedua orang yang tadi melihatnya langsung turun tangan membantu membersihkan karpet dan mengabaikan film yang sedang mereka tonton.

Entah sudah berapa lama mereka mengabaikan film itu. Mereka kembali terfocus pada televisi setelah mendengar suara-suara aneh yang keluar dari televisi. Sontak mereka berteriak heboh melihat apa yang ditampilkan layar televisi.