"Turunkan lagi bahumu! Konsentrasilah!"
Seorang wanita paruh baya terlihat serius dikursinya sambil memberikan arahan pada seorang gadis remaja berparas cantik berusia 15 tahunan yang berada tak jauh didepannya sedang melakukan gerakan jurus. Nama wanita paruh baya itu adalah Huang Nan Yu, seorang ahli bela diri kung fu Tai Chi, sedangkan gadis remaja itu bernama Yang Li Yun.
Yang Li Yun dengan lembut dan konsentrasi penuh melakukan gerakan-gerakan yang sudah dihafalnya. Sementara sesekali, Huang Nan Yu, membetulkan gerakan-gerakan gadis remaja itu dengan suara lantang.
Bergerak maju, mengayunkan tangan, lengan dan tubuh secara lembut dan harmoni, sesekali memukul dan menendang dengan gerakan seperti meledak diiringi dengan hentakan kaki, kemudian melembut kembali. Sekilas, jurus-jurus yang dimainkan itu tidak terlihat seperti gerakan beladiri kebanyakan, lebih mirip dengan gerak tari-tarian yang indah dan terasa nyaman dipandang, luwes mengalir tanpa putus.
Suasana masih pagi, sinar matahari pun nampak telak membentuk bayangan di tanah dari tubuh Yang Li Yun yang sudah berkucuran keringat.
Di saat sedang mengawasi muridnya, Yang Li Yun, seorang wanita yang berumur tak berbeda jauh dengan Huang Nan Yu datang dari arah belakang. Wajahnya masih terlihat cantik meskipun sudah berumur, pakaiannya bisa dikatakan mewah, menandakan dia adalah orang yang kaya.
"Maaf mengganggu acara latihannya, Tetua Nan...." sapanya sambil membungkuk memberi hormat tersenyum begitu melihat orang yang menyapanya.
"Oh, Nyonya Yang..." katanya, "tidak mengapa..."
Wanita itu bernama Zhou Lin, dan Yang adalah nama marga suaminya.
"Saya ingin meminta waktu untuk istirahat sebentar, ada yang ingin menemui Li Yun...."
Huang Nan Yu, kemudian mengangguk, dan berbalik ke arah Yang Li Yun yang masih melakukan gerakan jurusnya.
"Kita istirahat sebentar Nona Li," serunya pada Yang Li Yun, "ada tamu khusus untukmu!"
Yang Li Yun tidak langsung berhenti, tetapi sesuai adab, dia melakukan gerakan penutupan dengan santai dan tidak tergesa-gesa sehingga membuat Huang Nan Yu mengangguk-anggukkan kepala dengan senyum. Pelajarannya berhasil.
"Siapa orangnya, ibu?" tanyanya sambil mendekat setengah berlari ke arah mereka berdua.
Nyonya Yang tak menjawab, melainkan tersenyum penuh rahasia. Lalu menghadap ke arah Huang Nan Yu.
"Tetua Nan, saya harap anda juga bisa ikut," katanya.
"Oh, begitu?"
Nyonya Yang kemudian berbalik, sedangkan Yang Li Yun langsung menggandeng tangan ibunya dan berbarengan melangkah beriringan menuju keruangan lain yang berada di depan diikuti oleh Huang Nan Yu.
Tak lama, diruangan tengah, beberapa orang sudah berdiri menunggu dengan senyuman yang lebar.
Tiba tiba, wajah Yang Li Yun berubah, senyumnya mengembang dan terbuka sehingga menampakkan barisan giginya yang putih bersih. Tangannya yang sedari tadi bergelayut di lengan Zhou Lin ia lepaskan, lalu berlari memeluk tubuh salah satu lelaki yang paling tua.
"Ayaaaah!!!" pekiknya dengan gembira.
Lelaki yang dipanggil ayah itu balas memeluk dan mencium kepala Yang Li Yun. Ya, lelaki itu adalah Yang Meng, dan lelaki lainnya adalah Tan Bu serta Suro.
Yang Meng nampak tertawa gembira, disaksikan orang-orang yang ada disitu dengan senyuman bahagia. Ia dan rombongannya sudah kembali dari perjalanan yang panjang dan lama.
"Hahahaha.... lama tak jumpa, puteriku sudah semakin dewasa dan cantik," katanya sambil mengusap-usap kepala Yang Li Yun.
Huang Nan Yu mengepalkan tangannya ke depan dan menunduk memberi hormat.
"Lama tak berjumpa, Tuan Yang," sapanya.
Yang Meng agak terkejut, lalu balas memberi hormat dengan gerakan yang sama.
"Oh, maafkan saya tetua Nan," katanya, "teralihkan oleh puteriku yang nakal dan manja ini. Tentu cukup merepotkan tetua"
"Tak apa, Tuan Yang, selamat datang kembali," sahutnya, lalu memberi hormat pada yang lain, Tan Bu dan Suro.
Acara temu kangen itu tak berlangsung lama ketika Nyonya Yang, Zhou Lin menanyakan seorang pemuda yang nampak asing dimatanya.
Yang Meng memberi isyarat dan memerintahkan Tan Bu untuk menyiapkan alat-alat khusus buat Suro yang berbeda keyakinan. Sebelumnya memang Suro sudah menceritakan kepada Yang Meng mau pun Tan Bu tentang apa yang boleh dia makan dan tidak, termasuk perkakas yang digunakan untuk hidangan.
Dengan sigap Tan Bu menunduk, lalu dengan wajah ceria ia pun bergegas masuk ke dalam ruangan yang cukup luas itu menuju dapur.
"Oh, ya.... akan kuperkenalkan pada kalian," tangannya membawa tubuh Suro untuk mendekat padanya.
"Luo, ini ibu angkatmu, dan ini adikmu Yang Li Yun..." katanya sambil tangan yang lain menunjukkan orang yang diperkenalkan padanya satu persatu, "dan ini Tetua Nan Yu, Huang Nan Yu, orang yang melatih anakku bela diri..."
Suro membungkuk sambil menyebutkan namanya. Sampai pada ibu angkatnya, ia merasa canggung dan kikuk tak tahu bagaimana cara menghormat. Tingkah itu sontak membuat Yang Meng dan isterinya tertawa keras.
"Anakku?" tanyanya dengan rasa tak percaya, tapi senyuman kecil dari sudut bibirnya memulai terbuka.
"Tampan dan gagah sekali," lanjutnya.
"Ananda jadi malu," sahut Suro dengan menunduk lalu bangkit sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Aku punya kakak?....Wah!" kali ini Yang Lin Yu menjerit girang, lalu tanpa malu-malu menghampiri Suro dan langsung memegang lengan Suro.
"Kakakku gagah dan tampan!" lanjutnya dengan senyum manja.
Jelas, Suro kelimpungan. Kali pertama dirinya disentuh oleh seorang perempuan, dia nampak salah tingkah. Berbeda dengan Yang Li Yun yang dengan santainya bergelayut di lengan Suro.
"Sudahlah Li Yun," Nyonya Yang tak bisa menahan senyumnya melihat wajah Suro yang bersemu merah,"kau membuat kakakmu seperti kepiting rebus!"
Perkataan Nyonya Yang sontak membuat yang lain tertawa, lalu Yang Li Yun melongokkan kepalanya memandang wajah Suro. Akhirnya ia pun tertawa, melepaskan pegangannya dan menutup mulutnya yang mengeluarkan suara cekikikan.
" Selamat datang, Luo," katanya kemudian.
"Mohon maaf, ibu angkat bila ananda tidka sopan," Ucap Suro, lalu meraih tangan kanan Nyonya Yang dan menciumnya,"ananda tidak tahu adat."
Wanita itu membiarkan tangan kanannya diraih Suro, tetapi memandang ke arah Yang Meng, suaminya. Dilihatnya, Yang Meng cuma tersenyum sambil mengulurkan tangannya seolah memberi isyarat 'biarkan saja' disertai anggukan kepala.
"Kamu akan terkejut nantinya melihat etika anak lelakimu yang luar biasa tinggi ini," katanya,"itulah sebab ia langsung kubawa dari negerinya."
***
Karena latihan belum selesai, setelah acara perkenalan berakhir sementara, latihan kembali berlanjut.
Di halaman tempat latihan Yang Li Yun, gadis remaja itu melakukan gerakan-gerakan jurusnya dengan lebih mantap, seolah ingin memamerkan jurusnya pada Suro yang diijinkan oleh Tetua Huang Nan Yu untuk melihat latihan adik angkatnya itu.
Suro memperhatikan dengan seksama gerakan demi gerakan Yang Li Yun, dalam hati ia mengaku jujur bahwa jurus yang dilakukan adiknya itu sangat indah dan mengalir. Tapi indah seperti orang menari.
Makanya ia berfikir, bagaimana bisa dikatakan ini adalah gerakan bela diri? Bukankah gerakan bela diri itu harus cepat dan kuat, lembut bisa dilakukan jika itu hanya merupakan kembangan.
"Kung Fu ini disebut Tai Chi Chuan," tetua Nan Yu berkata tiba-tiba, membuyarkan fikirannya tentang gerakan yang disebutnya tarian itu.
Tetua Huang Nan Yu nampaknya bisa menebak apa yang difikirkan Suro. Memang, jika belum dipraktekkan tentu tak akan tahu seberapa dahsyatnya bela diri yang disebut dengan Tai Chi itu.
"Dulu, bela diri ini diciptakan oleh seorang pendeta Tao yang bernama Zhang Sang Feng...." paparnya.
Zhang Sang Feng adalah salah seorang murid Shao Lin yang terusir dari biara Shao Lin karena difitnah telah mencuri dan mempelajari ilmu beladiri tingkat tinggi Shao Lin secara diam-diam. Lalu dalam perjalanan panjangnya ia banyak mempelajari filsafat Tao yang berisi tentang irama kehidupan di gunung Wudang, Propinsi Hubei.
Terinspirasi dari situlah, ia akhirnya menemukan rahasia keseimbangan dan energi chi yang kemudian diaplikasikannya menjadi gerakan-gerakan beladiri. Gerakan Tai Chi akan nampak semakin indah jika dilakukan secara perlahan, semakin lembut, berkesinambungan dan mengalir tiada putus.
Kaitan dengan itu semua adalah menyelaraskan nafas dan gerakan, akhir suatu gerakan menjadi awal gerakan selanjutnya melambangkan kehidupan manusia yang merupakan proses perubahan yang terus menerus sejak lahir sampai kembali ke asalnya.
Sebenarnya, tetua-tetua dahulu terbatas mengajarkan ilmu ini hanya pada keturunannya saja, dan tidak boleh diajarkan pada orang lain. Huang Nan Yu karena kedekatannya dengan Keluarga Yang dan dengan niat ingin meneruskan bela diri langka ini, maka ia memutuskan untuk mengajarkannya pada anak keturunan keluarga Yang, Yang Li Yun.
Suro manggut-manggut mendengarkan paparan tetua Huang Nan Yu, tapi ia masih sangsi akan kehebatan bela diri ini.
Tetua Huang Nan Yu tersenyum melihat ekspresi wajah Suro, lalu dengan sopan ia berkata lagi.
"Tuan Muda Yang, kudengar tadi anda juga menguasai bela diri yang asing. Jika anda tidak berkeberatan, saya ingin anda menguji murid saya Nona Yang Li Yun untuk berlatih tanding," katanya.
Sontak saja Suro terperangah. Berlatih tanding dengan Yang Li Yun? Yang benar saja! Salah-salah, jika ia tak mampu menguasai diri dan terpancing, akibatnya bisa fatal terhadap Li Yun adik angkatnya itu.
"Mohon maaf, Tetua Nan, bela diri saya masih sangat jauh dari perkiraan anda," katanya merendah.
Huang Nan Yu tertawa terbahak-bahak mendengar penolakan Suro, namun ia tetap mengayunkan tangannya memberi isyarat agar ia berjalan ke tengah halaman untuk berlatih tanding dengan Yang Li Yun.
Melihat itu, Suro masih tetap tak bergerak sambil menggelengkan kepalanya,
"Ayolah!" pinta Huang Nan Yu,"Kalau tidak dicoba, tuan muda akan penasaran!"
Yang Li Yun yang mendengar itu langsung menghentikan latihannya, sambil tersenyum ia pun berlari mendekati Suro dan menarik tangannya ke tengah halaman. Dengan berat, Suro terpaksa membiarkan tubuhnya diseret oleh Yang Li Yun.
"Ayo, kakak Luo...Aku ingin menguji hasil latihanku!" ajaknya dengan senyum riang.
Yang Li Yun memulainya dengan memasang kuda-kuda khas Tai Chi, sementara Suro masih dengan gaya malas akhirnya juga memasang kuda-kuda silat yang dipelajarinya.
"Ayo tuan Muda Luo! Jangan malu dan ragu!" seru Huang Nan Yu sambil memasang wajah geli karena melihat kelakuan Suro yang kekanak-kanakan.
Agak lama Suro tak bereaksi untuk bergerak, maka Yang Li Yun memberi isyarat dengan jari-jari tangannya agar kakak angkatnya itu segera melakukan serangan.
Akhirnya, Suro pun melakukan gerakan pertamanya dengan melakukan tendangan yang ringan tanpa tenaga penuh ke arah adik angkatnya.
" Menangkap Ekor Burung Merak!" Yang Li Yun berseru bersamaan dengan pergerakan kaki Suro.
Sesuatu tak terduga pun terjadi, Yang Li Yun terlihat hanya menempelkan tangannya pada kaki Suro yang melakukan tendangan, berputar cepat, menyasar perutnya tanpa diduga, dan secara otomatis, tubuhnya terikut irama dari gerakan tangan adik angkatnya itu. Tahu-tahu, tubuhnya terdorong ke belakang dan....
Buukkk!!!!
Tubuhnya sudah terlempar kebelakang dan jatuh terbanting di tanah. Tak habis fikir, bagaimana tubuh mungil seorang gadis remaja mampu mendorong dan membuat tubuhnya yang cukup kekar itu terlempar dalam hitungan detik!!
Ia merasa seperti melawan gelembung besar yang menelan serangannya. Sambil menahan malu, Ia langsung kembali bangkit. Yang Li Yun seperti tersenyum mengejek, lalu kembali memberi isyarat pada Suro untuk menyerangnya kembali.
Tak mau dibuat malu untuk kedua kali, ia memutuskan untuk lebih serius, barangkali menambah kecepatan dan tenaganya.
Mengambil jarak lebih dekat, tinju kanannya ia ayunkan dari bawah ke atas dengan sasaran ulu hati. Masih dengan cara yang lembut, Yang Li Yun tidak menepisnya, malah kembali menerimanya lalu digesernya ke samping sambil terus menempel tangan Suro, berputar, berpilin, menarik mendorong...
Ah, Suro nampak mulai bisa mengimbangi gerakan adik angkatnya itu, hingga satu suara seruan memanggil namanya secara tiba-tiba.
"Ayo adik Luo!!!"
Suro sempat melirik, rupanya Tan Bu yang berseru sambil bertepuk tangan. Konsenterasinya terganggu. Ibarat kata, sebatang kayu yang larut terbawa arus, demikian pula tangan Suro yang menyerang seperti tanpa tenaga ikut dimainkan putaran tangan Yang Li Yun.
"Yi Ni Cuan Suo – Wanita Sejati Menenun Benang!!!" gadis remaja itu berseru sambil melakukan dorongan dengan dua telapak tangannya.
Buk!!!
Tangannya sendiri melipat di depan dada yang didorong oleh Yang Li Yun, tubuhnya kembali terlontar ke belakang dan jatuh terduduk.
Suara tepuk tangan dan tertawa keras kembali terdengar di belakang tubuh Huang Nan Yu.
"Hahahahhaahahhaha.... Pendekar Lembah Damai yang gagah dikalahkan seorang gadis remaja....hahahahhahaha..." Tan Bu tertawa keras.
"Waduh!" keluh Suro dalam hati sambil bangkit dan merapikan pakaiannya.
Ia menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum cengengesan. Malu setengah mati!