Aku berbalik dan melihat Roman duduk di ujung lobby yang kecil. Dia tampak menawan menggunakan turtleneck hijau tua, rambutnya yang gelap disisir ke belakang. Dia tersenyum padaku saat aku menatap matanya, dan aku melangkah untuk duduk di sebelahnya.
"Ya Tuhan, kau benar-benar penguntit."
"Nah, nah. Bukankah kau terlalu lancang. Aku hanya datang untuk mengambil mantelku."
"Ah." Aku merona, merasa bodoh. "Berapa lama kau sudah menunggu?"
"Belum terlalu lama. Sebenarnya aku tadi mencoba ke toko buku dulu, berpikir kalau hal itu tidak dianggap menguntit."
"Ini hari liburku." Aku melihat bunga yang berwarna-warni di tanganku. "Terima kasih untuk bunganya. Kau tidak perlu membawanya untuk mendapatkan mantelmu."
Roman mengangkat bahu, mata biru kehijauan nya mengacaukan pikiranku. "Memang, tapi kupikir bunga-bunga itu bisa mempengaruhi mu untuk keluar minum malam ini."
Jadi Roman memang punya motif lain. "Jangan ini lagi..."
"Hei, Kalau kau mau menghindari ini, seharusnya kau tidak menggodaku tadi malam. Sekarang semuanya sudah terlambat. kau mungkin bisa menghindari rasa sakit yang berkepanjangan dan segera mengakhirinya dengan cepat. Seperti melepaskan Band-Aid. Atau memotong dahan."
"Wow. Siapa bilang tidak ada romantisme yang tertinggal di dunia ini?" Terlepas dari sarkasme ku, aku menganggap jawaban Roman yang ringan adalah perubahan yang menyegarkan dari atmosfer yang terputus-putus dengan Seth.
"Jadi bagaimana? Apa itu artinya kau akhirnya setuju, jenderal? Jujur saja, Kau sungguh melakukan pertarungan yang cukup hebat dalam menghindariku sejauh ini."
"Aku tidak tahu. Kau tiba-tiba muncul di rumahku. Aku sama sekali tidak menghindar." Saat Roman hanya menunggu penuh harap, senyumku menghilang. Aku mendesah, memperhatikannya, dan mencoba untuk menebak motivasinya. "Roman, sepertinya kau pria yang baik..."
Roman mengerang. "Tidak. Jangan mulai begitu padaku. Saat seorang wanita mengatakan kau pria yang baik, itu bukan pertanda yang bagus. itu artinya dia bersiap untuk mengecewakanmu dengan mudah."
Aku menggelengkan kepalaku. "Aku hanya tidak tertarik berhubungan serius dengan siapapun sekarang ini, itu saja."
"Whoa, berhubungan serius? Pelan-pelan, sister. Aku tidak memintamu untuk menikahiku. Aku hanya ingin pergi keluar denganmu kapan-kapan, mungkin menonton film, makan malam dan minum, itu saja. Ciuman di penghujung malam kalau aku beruntung. Sial, kalau itu masih membuatmu takut, kita hanya akan berjabat tangan."
Aku menyandarkan kepalaku kedinding, dan kami tetap di posisi itu untuk beberapa saat, saling menilai satu sama lain. aku tahu sangat mungkin bagi seorang pria dan wanita pergi berkencan tanpa adanya seks secara otomatis, tapi kencan ku biasanya tidak berjalan seperti itu. Instingku membimbingku untuk mengharapkan seks, jangan melihat Roman, aku menyadari kalau keinginan itu adalah kebutuhan succubus untuk makan. Aku suka wajahnya, caranya berpakaian, dan wanginya. Terutama Aku menyukai usahanya yang konyol untuk berkencan. Sayangnya, aku tidak bisa mematikan pengisapan succubus yang menghancurkan, meskipun aku ingin. Hal itu akan terjadi dengan sendirinya, mungkin lebih kuat pengaruhnya pada Roman. Bahkan ciuman yang dia buat lelucon itu tetap akan menjadi sedikit kehidupannya.
"Aku tidak tahu apapun tentangmu," kataku akhirnya, menyadari kalau aku terdiam cukup lama.
Roman tersenyum malas. "Apa yang ingin kau tahu?"
"Yah... Aku tidak tahu. Apa yang biasanya kau lakukan? Apa kau punya pekerjaan? Kok pasti memiliki banyak waktu senggang untuk berkeliaran di dekatku setiap saat."
"Setiap saat, ya? Kau lancang lagi, tapi ya, Aku bekerja. Aku mengajar kelas linguistik di perguruan tinggi setempat. Saat aku di sana, aku bisa memanfaatkan waktuku dengan penilaian dan lain-lain."
"Oke, Apa nama belakangmu?"
"Smith."
"Tidak mungkin."
"Mungkin."
"Itu sama sekali tidak sesuai dengan do ke Roman."
Aku mencoba memikirkan pertanyaan lain yang tepat. "Berapa lama kau tinggal di Seattle?"
"Beberapa tahun."
"Hobi?"
"Ada beberapa." Roman terdiam dan menelengkan kepalanya ke arahku saat tidak ada pertanyaan lagi. "Ada lagi yang ingin kau tahu? Haruskah aku membongkar transkrip nilai kuliah ku mungkin? Daftar riwayat hidup lengkap dan pemeriksaan latar belakang?"
Aku melambaikan tangan tanda tidak perlu. "Aku tidak butuh informasi seperti itu. Aku hanya ingin tahu hal-hal yang penting."
"Seperti?"
"Seperti... Apa lagu favoritmu?"
Pertanyaan itu jelas membuat Roman terkejut, tapi dia pulih dengan cepat, seperti tadi malam. Aku suka itu. "Setengah bagian akhir Abbey Road dari Beatles."
"Setengah bagian akhir Abbey Road?"
"Yeah, ada beberapa lagu, tapi semuanya bercampur menjadi satu lagu..."
Aku menggantikannya dengan isyarat. "Yeah, yeah, aku tahu album itu."
"Jadi?"
"Jadi, itu jawaban yang cukup bagus." Aku menarik rambut ekor kuda ku, berpikir bagaimana caranya mengatakan ini. Dia hampir saja mendapatkan ku. "Aku... Tidak. Maafkan Aku. Aku tidak bisa. Semuanya terlalu rumit. Meskipun 1 kencan. Itu akan berubah menjadi kencan kedua. Kemudian yang lain. Lalu...."
"Kau benar-benar selalu mengambil kesimpulan terlalu cepat, ya. bagaimana kalau aku memberikan janji Pramuka yang super rahasia untuk tidak pernah mengganggumu lagi setelah 1 kencan?"
"Kau setuju melakukan itu?" Tanyaku tidak percaya.
"Tentu, kalau itu yang kau inginkan. tapi ku pikir kau tidak akan menginginkan itu setelah menghabiskan satu malam denganku."
Nada merayu dalam suara Roman membuatku merasakan sensasi aneh di perutku yang sudah lama tidak kurasakan. Sebelum aku bisa memproses hal ini, ponselku berbunyi.
"Maaf," kataku, mencari-cari dalam tasku. Melirik tampilan Caller ID, Aku mengenali nomor Cody.
"Yeah?"
"Hei, Georgina. Sesuatu yang aneh terjadi malam ini..."
Ya,Tuhan. Itu bisa berarti apa saja, dari kematian lain sampai Peter mencukur rambutnya. "Tunggu sebentar."
Aku berdiri dan menatap Roman. Hampir menjatuhkan vas bunga saat melakukannya. Dia ikut berdiri, tampak khawatir. "Apa semuanya baik-baik saja?"
"Yeah, maksudku, tidak. Maksudku, entahlah. Dengar Roman, aku harus ke atas dan menerima telepon ini. Aku sangat menghargai bunganya, tapi aku tidak bisa terlibat apapun sekarang ini. Maafkan Aku. Bukan kau, aku yang salah. Sungguh."
Roman maju beberapa langkah saat aku mulai berjalan menjauh. "Tunggu." Dia merogoh kantungnya, mengambil pulpen dan secarik kertas. Cepat-cepat dia menulis sesuatu dan menyerahkannya padaku. Aku menunduk dan melihat sebuah nomor telepon.
"Kalau kalau kau berubah pikiran."
"Tidak akan."
Roman hanya tersenyum, menelengkan kepalanya sedikit, dan meninggalkan lobi. Aku memandangnya sebentar sebelum pergi ke atas, penasaran untuk mendengar berita dari Cody. Begitu di dalam, aku menaruh bunga di konter dan kembali menerima telepon.
"Masih di sana?"
"Yeah. Siapa Roman dan kenapa kau menggunakan ungkapan lama bukan kau, aku yang salah padanya?"
"Bukan apa-apa. Apa yang terjadi? Apa ada lagi yang mati?"
"Tidak... Tidak. Hanya saja, sesuatu terjadi, dan Peter pikir itu bukan hal yang serius. Hugh bilang kau pikir ada hal lain yang terjadi daripada yang kami pikirkan."
"Katakan padaku apa yang terjadi."
"Ku pikir kami diikuti semalam."
Cody menceritakan bagaimana kejadiannya, tidak lama setelah mereka meninggalkan rumahku, dia terus mendengar langkah kaki mengikutinya dan Peter di jalan. Tiap kali dia berbalik, tidak ada orang di sana. Peter tidak peduli dengan hal itu, karena mereka tidak merasakan makhluk lain di dekat mereka.
"Mungkin kau tidak tahu bagaimana rasanya pemburu vampir."
"Aku pasti tetap merasakan sesuatu. Dan Peter jelas akan merasakannya. Mungkin dia benar, dan aku hanya membayangkan hal-hal. Atau mungkin itu hanya manusia biasa, ingin mengganggu kami atau apalah."
Aku meragukan itu. kami tidak bisa merasakan kehadiran manusia seperti kehadiran makhluk abadi, tapi tidak ada yang begitu berniat untuk menguntit vampir.
"Terima kasih karena sudah meneleponku. Kau melakukan hal yang benar."
"Apa yang harus kulakukan sekarang?"
Perasaan yang aneh dan cemas melingkupiku saat memikirkan kalau ada orang aneh yang mengikuti Peter dan Cody. Mereka Mungkin memang disfungsional, tapi aku menyayangi mereka. Mereka seperti keluarga terdekatku. Aku tidak bisa membiarkan apapun terjadi pada mereka.
"Apa yang dikatakan Jerome. Hati-hati. Tetap tinggal bersama yang lain. Beritahu aku secepatnya kalau ada yang terjadi."
"Bagaimana denganmu?"
Aku memikirkan Erik "aku akan membereskan semuanya, untuk selamanya."