Chapter 18 - Bab 18

Paige tersenyum saat aku masuk giliran kerja pagi esok harinya.

"Kerja yang bagus dengan Seth Mortensen," kata Paige padaku, menengok dari tumpukan kertas yang rapi di mejanya. Meja tempat Doug dan aku saling berbagi di kantor di belakang toko terlihat seperti medan perang.

"Kenapa begitu?"

"Karena meyakinkannya untuk menulis disini."

Aku mengerjap. Dengan petualangan yang bermacam-macam di U District dan Krystal Stats, aku tidak pernah mengatakan apapun soal menjadikan dia penulis tetap ditempat kami. "Oh?"

Aku meninggalkan kantor Paige, bingung, bertanya-tanya kalau aku melupakan sesuatu yang terjadi kemarin. Sepertinya kemarin bukan perjalanan yang luar biasa, tapi sepertinya Seth merasa puas dan berterima kasih karena buku yang didiskon itu. Apakah ada hal khusus lain yang terjadi?

Tidak terduga, ingatan menyentuh tangan Seth tiba-tiba muncul, gelombang getaran aneh yang kukenal. Tidak, pikirku, itu bukan apa-apa. Aku hanya membayangkannya saja.

Aku pergi ke kafe untuk segelas moka, basuh bingung. Tentunya, Seth duduk dipojok, laptopnya terbuka dimeja didepannya. Dia tampak sama seperti kemarin, kecuali kaus yang dipakainya sekarang menampilkan Beeker dari The Muppets. Jarinya bergerak lincah diatas keyboard, matanya terpaku menatap layar.

"Hei," kataku.

"Hei."

Seth tidak menawarkan apa-apa lagi. Dia bahkan tidak mendongak.

"Apa kau sedang bekerja?"

"Iya."

Aku menunggu penjelasan lebih lanjut, tapi tidak pernah datang. Jadi aku melanjutkan.

"Jadi, um, Paige bilang kau pindah kesini."

Seth tidak menjawab. Aku bahkan tidak tahu apa dia mendengarku. Tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya, matanya menyipit. "Pernah ke Texas?"

Itu mengejutkanku. "Tentu. Bagian mana?"

"Austin. Aku perlu tahu seperti apa udaranya disana?"

"Kapan? Bulan-bulan ini?"

"Tidak...saat musim semi atau awal musim panas."

Aku memutar otakku. "Panas. Hujan dan badai. Sedikit lembab. Seperti akan terjadi tornado, begitulah."

"Ah," Seth tampak berpikir, kemudian mengangguk dengan tangkas dan mengalihkan perhatiannya melayat. "Cady akan menyukai itu. Terima kasih."

Perlu waktu bagiku menyadari bahwa yang Seth maksud adalah salah satu karakternya. Ketidaksukaan Nina Cady akan cuaca buruk sangat hebat. Perutku tiba-tiba terasa seolah terjatuh dilantai. Sungguh mengejutkan dia tidak mendengar dentumannya.

"Apa kau...apa kau... Menulis sesuatu tentang Cady dan O'Neill? Sekarang?"

"Yeah," Nada bicara Seth biasa saja, seperti kami masih mendiskusikan cuaca. "Buku selanjutnya. Yah, buku lanjutan dari selanjutnya. Keterkejutannya sudah mengantre untuk diterbitkan. Aku hampir menyelesaikan seperempat bagaian buku yang ini."

Aku merasa kagum pada laptop, seolah benda itu adalah emas suci dari zaman dulu, mampu melakukan keajaiban. Menurunkan hujan. Memberi makan orang banyak. Sekarang aku tak bisa berkata-kata. Bahwa karya besar berikutnya sedang diciptakan di depan mataku, bawa aku diemin saja mengatakan sesuatu yang bisa mempengaruhinya, rasanya tidak bisa kutahan. Aku menelan ludah dengan susah payah dan memalingkan wajahku, berusaha tenang. Lagi pula, aku tidak bisa begitu senangnya tentang hari berikutnya sementara yang sekarang saja belum dibaca.

"Buku Cady dan O'Neill. Wow. Itu sungguh..."

"Um, jadi, aku agak sibuk sekarang. Aku harus mengerjakan ini. Maaf."

Kata-kata Seth menghentikanku seketika. "Apa?" Apakah aku diusir?

"Bisakah kita bicara nanti?"

Aku memang diusir. Aku diusir bahkan tanpa dilihat. Rasa panas terasa di pipiku.

"Bagaimana dengan buku ku?" Semprotku tidak anggun.

"Huh?"

"The Glasgow Pact. Apa kau sudah menandatanganinya?"

"Oh. Itu."

"Apa maksudnya?"

"Aku akan mengirim email."

"Kau akan mengirimiku... Jadi kau tidak membawa bukuku?"

Seth menggelengkan kepalanya dan terus bekerja.

"Oh, Oke." Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya dengan email tapi aku tidak akan membuang-buang waktu ku memohon perhatiannya. "Yah. Sampai ketemu nanti kalau begitu. Beritahu kami kalau kau butuh sesuatu." Suaraku kaku dan dingin, tapi aku tidak yakin dia menyadarinya.

Aku berusaha untuk tidak menyerbu ke bawah. Dari mana Seth belajar bersikap seperti itu? Terutama setelah aku mengajaknya berkeliling kemarin. Pengarang terkenal atau bukan, dia tidak punya hak berlaku kurang ajar padaku. Aku merasa dipermalukan.

Dipermalukan karena apa, diabaikan? Caci suara yang masuk akal di dalam.  diriku. Bukannya dia mencari gara-gara. Dia hanya sibuk. Lagi pula, kaulah yang protes kalau dia tidak menulis cukup cepat.

Aku mengabaikan suara itu dan kembali bekerja, masih merasa terabaikan. Bagaimanapun juga, tidak mengizinkanku untuk memanjakan harga diriku yang terluka terlalu lama, saat siang hari dan kurangnya staf membuatku sibuk seharian. Begitu aku bisa kembali ke kantorku, hanya untuk mengambil tas di akhir giliran kerjaku.

Saat aku akan keluar, aku melihat pesan dari Seth di kotak masuk email ku. Aku berjalan ke komputer dan membaca.

Georgina,

Apa kau pernah memperhatikan agen real estat, cara mereka berpakaian, mobil yang mereka kendarai? Kebenaran lebih aneh daripada fiksi, begitulah katanya. Tadi malam, Aku mengatakan pada adikku kalau aku tertarik untuk tinggal di di university district, dan adikku menelepon temannya yang seorang agen real estat. Wanita itu tiba dalam waktu 2 menit, bukan prestasi kecil kurasa, karena kantornya di West Seattle. Dia mengendarai sebuah jaguar, warna putihnya yang mengilap hanya bisa ditandingi senyuman lebar ala Miss Amerika miliknya. sementara dia mengoceh tanpa henti tentang betapa senangnya dia bertemu denganku, dia mencari-cari di komputer, mencari tempat tinggal yang pantas, mengetik dengan kukunya yang cukup panjang untuk menusuk anak kecil. (Kau lihat? Aku ingat betapa kau menyukai kata menusuk.)

Setiap kali dia menemukan tempat yang mungkin cocok, dia tampak sangat gembira: "ya...ya. oh iya! Ini dia! Ini dia! Ya! Ya!" Aku mengakui, saat semuanya berakhir, aku merasa lemah dan lelah, seperti aku seharusnya lemparkan uang di atas bantal atau sejenisnya. Terlepas dari sikapnya yang berlebihan, kami berhasil mendapatkan kondominium yang bagus yang tidak terlalu jauh dari kampus, baru. Memang mahal seperti yang kau bilang, tapi kupikir inilah yang ku inginkan. Mistee ya, itu itu namanya, dan aku akan melihat tempatnya nanti malam. Aku sedikit takut membayangkan reaksi kalau aku menawar tempat itu. Tidak diragukan lagi pikiran soal komisi bisa membuatnya mengalami orgasme berkali-kali. (Dan kalau dipikir-pikir, aku selalu mengira posisi misionaris yang paling membuat wanita puas.)

Omong-omong, Aku hanya ingin mengabarkan perkembangan terbaru karena kaulah yang menunjukkan padaku U District. Maaf aku tidak bisa bicara tadi; aku tetap ingin meminta pendapatmu soal restoran di sekitar sana. Aku masih tidak mengenal daerah itu dengan baik, dan adikku serta istrinya terlalu sibuk dengan kehidupan pinggiran mereka untuk merekomendasikan restoran manapun yang tidak menyediakan makanan anak-anak.

Yah, sepertinya aku harus kembali bekerja, jadi aku mampu membeli rumah baru. Cady dan O'Neill adalah nyonya yang tidak sabaran, er, maksudku, tuan dan nyonya yang tidak sabaran, seperti yang kau amati semalam. Omong-omong, aku tidak melupakan buku The Glasgow Pact milikmu. Aku bermaksud menuliskan sesuatu yang cukup asli tadi malam, setelah kemarin yang menyenangkan, tapi pusaran real estate membuatku sibuk. Maafkan Aku. aku akan mengembalikannya segera.

Sampai nanti,

Seth

Aku membaca ulang surat itu dua kali. Aku merasa cukup percaya diri karena meskipun baru mengenalnya, Aku tidak pernah mendengarnya bicara sebanyak tulisannya. Bukan hanya itu, kata-katanya lucu. Menghibur. Seperti novel mini Cady dan O'Neill yang dibuat khusus untuk ku. Perlawanan sekali dari kelakuannya pagi ini. Kalau dia mengatakan sesuatu yang sama secara langsung, aku mungkin sudah pingsan.

"Menakjubkan." Gumamku di depan layar.

Sebagian kemarahanku reda oleh surat itu, meskipun sebagian yang lain masih merasa dia bisa sedikit lebih bijaksana dalam perlakuan sebelumnya, sibuk atau tidak. Bagian diriku yang lain merasa kalau bagian diriku ini mungkin harus ikut terapi, dan selain itu, Aku benar-benar harus pergi menemui Erik dan menanyakan soal pemburu vampir itu. Cepat-cepat Aku mengetik balasannya:

Terima kasih untuk suratnya. sepertinya aku masih bisa bertahan 1 hari lagi tanpa buku itu. Semoga berhasil dengan agen real estate itu, dan jangan lupa memakai kondom saat kau mengajukan tawaran. Tempat makan yang menyenangkan di daerah itu adalah Han & Sona, The Plum Tomato Cafe, dan Lotus Chinese.

Georgina

Aku meninggalkan toko, langsung melupakan soal Seth, senang karena tidak ada kemacetan pada jam segini. Bermobil ke Lake City, dengan mudah aku menemukan persimpangan yang dimaksud gadis di Kristal Starz. Mencari lokasi toko itu yang sedikit sulit. Mall mini dan macam-macam bisnis memenuhi daerah itu, dan aku membaca banyak sekali papan iklan di depan toko sambil berharap menemukan sesuatu yang menjanjikan.

Akhirnya, aku menemukan papan petunjuk yang kecil dan gelap terpasang di sudut sekumpulan toko yang lebih sedikit, ARCANA, LTD. Pasti itu.

Aku memarkir mobilku di depannya, berharap toko itu buka. Tidak ada yang memasang jam buka atau apapun di pintunya, tapi pintu itu terbuka dengan mudah saat kudorong. aroma cendana terbakar di udara sekelilingku saat aku masuk, dan alunan pelan musik harpa terdengar dari pemutar CD kecil di konter. Aku tidak bisa melihat siapa pun dalam ruangan, jadi aku berkeliling, mengagumi yang kulihat. Buku sungguhan soal mitologi dan agama, bukan jenis mencolok dan ringan yang dijual Krystal Starz berbaris di dinding, Dira berisi perhiasan buatan tangan yang disusun rapi yang kukenal dibuat beberapa seniman lokal yang berbeda-beda. Bermacam-macam benda ritual; lilin, dupa, dan patung memenuhi sudut dan celah, membuat seluruh tempat itu terasa seperti tempat tinggal yang kacau tapi nyaman.

"Miss Kincaid. Suatu kehormatan bisa bertemu lagi denganmu."

Aku memutar tubuhku dari tempatku mengagumi sebuah patung White Tara. Erik berjalan memasuki ruangan, dan aku menahan keterkejutanku melihatnya muncul. Sejak kapan dia berubah menjadi begitu tua? Dia memang sudah tua terakhir kali aku bertemu dengannya, kulit gelap yang mulai berkeriput, rambut mulai beruban, tapi aku tidak ingat cara berjalannya yang bungkuk. Atau lingkaran hitam di sekeliling matanya. Aku mencoba untuk mengingat terakhir kalinya kami berbincang; kurasa belum selama itu. Lima tahun? Sepuluh? Dengan manusia, mudah sekali melupakan waktu.

"Senang bertemu denganmu juga. Kau tidak begitu mudah ditemukan lagi. Aku harus datang ke Krystal Starz untuk mengetahui apa yang terjadi padamu."

"Ah, kuharap pengalaman itu tidak terlalu... Aneh."

"Masih bisa ku hadapi. Selain itu, Aku senang kau keluar dari sana." Aku memandang sekeliling toko yang temaram dan berantakan. "Aku suka tempat baru ini."

"Tidak terlalu mahal... Tidak menghasilkan begitu banyak juga... Tapi ini milikku. Aku menabung untuk tempat ini, di mana Aku akan menghabiskan sisa hidupku."

Aku menyeringai. "Jangan bersikap melodramatis padaku sekarang. Kau tidak setua itu."

Senyum Erik mengembang, wajahnya berubah sedikit masam. "Begitu juga dengan mu, Miss Kincaid. Kau tetap cantik saat pertama kali aku melihatmu." Dia membungkuk padaku, membungkuk lebih rendah daripada orang lain dengan kondisi punggung sepertinya.

"Apa yang bisa kubantu?"

"Aku butuh informasi."