Chapter 20 - Bab 20

Kembali ke Queen Anne, aku menyadari kalau malam masih panjang. Sayangnya, tidak ada yang bisa kulakukan. Succubus tanpa kehidupan sosial. Sangat menyedihkan. yang lebih menyedihkan adalah bahwa aku memiliki banyak hal yang bisa dilakukan tapi aku menolak semuanya. Tentunya Doug sudah sering mengajakku kencan; tidak diragukan lagi sekarang dia menikmati hari liburnya dengan wanita yang lebih menghargainya. Roman juga harus kutolak, meskipun pria itu memiliki mata yang indah. Aku tersenyum muram, mengingat olok-olok ya, serta pesonanya yang kuat. Roman bisa menjadi O'Neill, dihidupkan langsung dari novel Seth.

Meskipun Seth mengingatkanku kalau dia masih menyimpan bukuku dan toh aku sudah menjalani hari ketiga tanpa buku itu. Aku menghela napas, ingin tahu apa yang akan terjadi kemudian, terhanyut dalam halaman Cady dan O'Neill. itu baru cara yang menarik untuk menghabiskan malam. Bajingan itu. Dia tidak akan menyerah mengembalikannya. Aku tidak akan pernah tahu apa...

Sambil mengerang, Aku tiba-tiba ingin menepuk dahiku karena kebodohanku sendiri. Bukankah aku bekerja di toko buku yang besar? Setelah memarkir mobilku, Aku berjalan masuk ke Emerald City dan menemukan begitu banyak The Glasgow Pact yang masih dipajang setelah acara tanda tangan. Aku mengambil satu dan membawanya ke meja kasir depan. Beth, salah satu kasir, terlihat agak senggang.

"Bisakah kau melepaskan magnet buku ini?" Tanyaku, menyorongkan buku itu di atas meja konter.

"Tentu," kata Beth, meletakkannya di atas bantalan.

"Apa kau ingin menggunakan potongan harga mu?"

Aku menggelengkan kepala. "Aku tidak membelinya. Aku hanya meminjam nya."

"Kau bisa melakukannya?" Beth mengembalikan buku itu padaku.

"Tentu," aku berbohong. "Manajer bisa."

Beberapa menit kemudian, aku menunjukkan hadiahku pada Aubrey yang sama sekali tidak terkesan dan mengisi air di bak mandi. Menunggu baknya penuh, aku memeriksa pesan, tidak ada,dan memeriksa surat-surat yang kuambil tadi. Tidak ada yang menarik juga. Puas karena tidak ada hal lain yang perlu kuperhatikan, aku membuka pakaianku dan membenamkan diri ke dalam air di bak, berhati-hati agar bukunya tidak basah. Aubrey, sedang merunduk di dekat konter, memandangku sambil menyipitkan mata, jelas merenungkan kenapa ada orang yang bersedia membenamkan dirinya sendiri di air, apa lagi untuk waktu yang cukup lama.

kurasa aku bisa membaca lebih dari 5 halaman hari ini karena aku sudah melewatkannya beberapa hari terakhir. Begitu aku menyelesaikan halaman ke-15, ternyata hanya tersisa 3 halaman sebelum bab selanjutnya. Lebih baik menyelesaikannya dengan benar. Setelah selesai, aku mendesah dan bersandar, merasa buruk dan lelah. Kebahagiaan murni. Buku ternyata lebih menyenangkan dibandingkan orgasme.

Pagi harinya, aku pergi kerja, dengan bahagia dan segar. Paigemenemuiku pada jam makan siang saat aku duduk di ujung mejaku dan melihat Doug bermain Mine Sweeper. Melihat Paige, aku melompat dari tempatku sementara Doug cepat-cepat menutup permainannya.

Paige mengabaikan Doug, sepenuhnya menatapku. "Aku ingin kau melakukan sesuatu dengan Seth Mortensen."

Merasa tidak nyaman, aku ingat soal komentar budak cinta itu. "Seperti apa?"

"Entahlah." Paige hanya menggerakkan kepala pelan dan tidak peduli. "Apapun. Dia baru di kota ini. Dia belum kenal siapa pun, jadi kehidupan sosialnya mungkin suram."

Mengingat sikap dinginnya kemarin dan kesulitan kami untuk mengobrol, Aku sama sekali tidak terkejut dengan berita ini. "Aku membawanya berjalan-jalan."

"Itu tidak sama."

"Bagaimana dengan adiknya?"

"Ada apa dengannya?"

"Aku yakin mereka melakukan kegiatan sosial setiap saat."

"Kenapa kau begitu menentang hal ini? Kupikir kau seorang penggemar."

Aku tadinya seorang penggemar, seorang penggemar berat, tapi membaca karyanya dan berinteraksi dengannya terbukti merupakan dua hal yang sangat berbeda. The Glasgow Pact sangat menakjubkan, begitu juga dengan email yang dia kirim. Percakapan lisan sedikit... Kurang. Aku tidak bisa mengatakan pada Paige tentang ini, tentu saja, jadi kami melakukan tawar-menawar mengenai masalah ini sementara Doug memperhatikan penuh minat. Akhirnya, aku setuju meskipun bertentangan dengan pertimbangan ku yang lebih baik, menghawatirkan kemungkinan untuk mengusulkan kegiatan itu pada Seth, apalagi melakukannya.

Ketika aku akhirnya menghampiri Seth hari itu, aku sudah bersiap untuk diusir lagi. Namun, dia malah mengalihkan perhatian dari pekerjaannya dan tersenyum padaku.

"Hei," kata Seth. Suasana hatinya tampak membaik sehingga aku berpikir kalau kemarin hanya sekedar kebetulan.

"Hei, bagaimana kabarmu?"

"Tidak begitu baik." Seth mengatur ringan layar laptop dengan kukunya, matanya menyipit saat dia memfokuskan pandangannya. "Mereka sedikit menyulitkan. Aku tidak bisa mendapatkan pegangan yang ku butuhkan pada adegan yang ini."

Rasa tertarik menyerangku. Hari yang buruk dengan Cady dan O'Neill. aku selalu membayangkan berinteraksi dengan karakter seperti mereka pasti akan menjadi ketegangan tanpa henti. Pekerjaan yang paling utama.

"Sepertinya kau butuh istirahat, kalau begitu. Paige menghawatirkan kehidupan sosial mu."

Mata coklat Seth memandangku. "Oh? Kenapa begitu?"

"Paige pikir kau tidak cukup sering pergi keluar. Bahwa kau belum mengenal siapapun di kota ini."

"Aku kenal adikku dan keluarganya. Dan mistee." Seth terdiam. "Dan aku mengenalmu.

"Bagus, karena aku akan menjadi pemandu perjalanan mu."

Bibir Seth perlahan tersenyum, kemudian dia menggelengkan kepalanya dan melihat layar kembali. "Baik sekali... Kau dan Paige... Tapi itu tidak perlu."

Seth tidak mengusirku seperti kemarin, tapi aku tetap merasa kesal karena tawaranku yang baik hati sama sekali diabaikan, terutama karena aku menawarkannya di bawah paksaan.

"Ayolah," kataku. "Apalagi yang ingin kau lakukan?"

"Menulis."

Aku tidak bisa berdebat soal itu. Menulis novel itu adalah pekerjaan milik Tuhan. Memang siapa diriku yang ingin mencampuri urusan pencipta mereka? Dan lagi... Paige sudah memberikan perintah. Hal itu merupakan perintah suci. Sebuah gagasan muncul di kepalaku.

"Kau bisa melakukan sesuatu. Entahlah, yang berhubungan dengan riset. Untuk buku. Tidak ada ruginya."

"Aku sudah mendapatkan semua data yang ku butuhkan untuk ini."

"Bagaimana dengan, uh, perkembangan karakter yang berkelanjutan? Seperti... Pergi ke planetarium."

Cady sangat mengagumi astronomi. dia sering menunjuk sebuah konstelasi bintang dan menghubungkannya dengan kisah simbolis yang bisa disamakan dengan plot novel. "Atau... Atau... Pertandingan hoki? Kalau perlu ide yang segar untuk pertandingan O'Neill. Kau pasti kehabisan ide."

Seth menggelengkan kepalanya. "Tidak akan. Aku tidak pernah menonton pertandingan hoki sebenarnya."

"Aku...apa? Itu... Tidak. Sungguh?"

Seth mengangkat bahu.

"Dari mana... Kau mendapatkan semua informasi soal pertandingan itu kalau begitu? Pertandingannya?"

"Aku tahu peraturan dasarnya. Lalu mengambil sisanya dari internet, menggabungkannya."

Aku menatapnya, merasa dikhianati. O'Neill sangat terobsesi dengan Detroit Red Wings. gairah itu membentuk kepribadiannya dan terlihat dalam aksinya; cepat, terampil, dan terkadang brutal. Karena percaya Seth teliti mengenai setiap detailnya, aku dengan mudah percaya kalau dia pasti tahu semua hal tentang hoki karena bisa sifat seperti itu tentang tokoh protagonis nya.

Seth memandangku, bingung karena tatapan tidak percaya di wajahku.

"Kita akan pergi menonton pertandingan hoki," kataku.

"Tidak, kita..."

"Kita akan pergi menonton pertandingan hoki. Tunggu sebentar."

Aku berlari turun, mengusir Doug dari depan komputer, dan mendapatkan informasi yang ku butuhkan. Seperti yang sudah kuduga. Musim Thunderbirds baru saja dimulai.

"Enam tiga puluh," kataku pada Seth, beberapa menit kemudian. "Temui aku di Key Arena, di pintu utama. Aku akan membeli tiketnya."

Seth tampak ragu-ragu.

"Enam Tiga Puluh," ulangku. "Ini pasti menyenangkan. aku akan membiarkanmu istirahat dan membuatmu melihat pertandingan yang sebenarnya. Lagi pula, kau bilang pikiranmu buntu hari ini."

Tidak hanya itu, hal ini akan memenuhi kewajiban ku pada Paige dengan cara yang tidak membutuhkan terlalu banyak bicara. Stadionnya akan terlalu bising, dan kami terlalu sibuk menonton sehingga tidak membutuhkan percakapan.

"Aku tidak tahu letak Key Arena."

"Kau bisa berjalan kaki dari sini. Terus saja ke Space Needle. Kedua tempat itu bagian dari Seattle Center."

"Aku..."

"Jadi pukul berapa kau menemuiku?" Ada nada peringatan dalam suaraku, menantangnya untuk melawanku.

Seth menyeringai. "Enam tiga puluh."