"Aku kenal kau "
"Ya,"
Senyumnya makin menghilang. "Kau adalah perempuan yang bekerja di toko buku besar itu... Toko buku yang besar dan komersial itu." Beberapa orang berhenti dan mendengarkan percakapan kami, tidak diragukan lagi itulah alasan dia menahan diri untuk tidak mengatakan pertemuan terakhir kami di sini, aku memanggilnya munafik yang memaksakan diri membeli barang barang tiruan.
Dibandingkan dengan beberapa cabang nasional tertentu, aku hampir tidak menganggap Emerald City komersial. Tetap saja, aku mengangkat bahu mengakui. "Yeah, mau bagaimana lagi, kami bagian dari masalah dalam korporasi Amerika. Bagaimanapun juga, kami menjual semua buku dan kartu tarot sepertimu, seringkali kami memberikan potongan harga kalau kau anggota program pembaca berkala Emerald City." Aku menyebutkan bagian yang terakhir cukup keras. Sedikit beriklan tidak apa-apa, bukan.
Senyum lemah Helena hilang seketika, begitu juga dengan suara seraknya. "Apa ada yang bisa kubantu?"
"Aku mencari Erik."
"Erik tidak bekerja di sini lagi."
"Ke mana dia pergi?"
"Aku sama sekali tidak punya wewenang untuk mengatakannya."
"Kenapa? Apa kau takut aku akan melakukan urusanku di tempat lain? Percayalah padaku, kau sama sekali tidak dalam bahaya."
Helena mengangkat jarinya yang lentik ke dahinya dan memperhatikanku dengan serius, matanya nyaris bersinggungan. "Aku merasakan banyak aura kegelapan dalam dirimu. Hitam dan merah." Suaranya meninggi, menarik perhatian para pengikutnya. "Kau akan banyak diuntungkan dalam pekerjaan transaksi. Kuarsa bersinar atau gelap juga bisa membantu. kami menjual spesimen yang bagus dari kedua barang itu dengan harga obral. Keduanya akan membuat auramu lebih terang."
Aku tidak tahan untuk tidak menyeringai. Aku percaya pada aura, tahu kalau hal itu benar-benar nyata. Bagaimanapun juga, aku juga tahu bahwa kau ragu sama sekali tidak tampak seperti aura manusia, atau bawa orang seperti Helena bisa melihatnya. Tentunya, manusia yang benar-benar memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal seperti itu, akan menyadari bahwa dalam kerumunan manusia, Aku adalah satu-satunya yang memiliki aura yang tidak terlihat. Aura itu tidak akan terlihat untuk kaum kami, kecuali Jerome dan Carter, meskipun beberapa manusia yang benar-benar berkemampuan mungkin bisa merasakan kekuatannya dan akan waspada. Erik adalah manusia seperti itu, itulah sebabnya dia selalu memperlakukanku dengan penuh hormat. Helena sama sekali tidak.
"Wow," kataku. "Aku tidak percaya kau bisa menarik semua kesimpulan itu tanpa kamera auramu." Kristal Stats dengan bangga menjual kamera yang bisa menangkap auramu dengan harga $9, 95. "Apa aku berhutang sesuatu padamu sekarang?"
Helena mendengus. "Aku tidak perlu kamera untuk melihat aura orang lain. Aku adalah sang master. Lagi pula, roh yang mengadakan gathering ini banyak bercerita soal dirimu."
Senyumku makin melebar. "Apa kata mereka?" aku tidak banyak berurusan dengan roh atau makhluk halus lainnya sepanjang hidupku, tapi aku pasti mengetahui kehadiran mereka.
Helena menutup matanya, tangan di dahinya lagi, garis-garis berpikir tampak terbentuk di wajahnya. Para penonton melihatnya dengan penasaran.
"Mereka bilang padaku bahwa kau punya banyak masalah. Bawa kebimbangan dan kemonotonan dalam hidupmu memaksamu untuk menyerang, dan selama kau memilih jalan kegelapan dan ketidakpercayaan, kau tidak akan pernah menemukan sinar dan kedamaian." Matanya yang biru terbuka, tampak terhanyut dalam kegembiraannya sendiri. "Mereka ingin kau bergabung dengan kami, Duduk dalam lingkaran kami, rasakan energi penyembuhan mereka. Para roh akan membantumu mendapatkan hidup yang lebih baik."
"Seperti mereka membantumu keluar dari industri porno?"
Helena membeku, memucat, dan aku merasa jahat sekali saat itu. Seorang ahli seperti Erik bukan satu-satunya yang memiliki reputasi di komunitas makhluk abadi. Orang aneh seperti Helena juga cukup dikenal. Seseorang yang pernah menjadi penggemarnya dulu telah mengenalinya dari sebuah film dan menceritakan hal ini pada kami.
"Aku tidak tahu apa maksudmu," akhirnya Helena menjawab, wajahnya berusaha keras untuk tetap tenang di depan pengikutnya.
"Salahku. Kau mengingatkanku pada seseorang yang bernama Moana Licka. Kau menggosok-gosok kristal seperti dia menggosok...yah, Kau pasti mengerti maksudku."
"Kau salah," kata Helena, suaranya hampir pecah.
"Erik sudah tidak bekerja di sini. Silakan pergi."
Aku hampir saja menjawab ketus, tapi kemudian aku melihat Seth dibelakangnya. Rupanya dia berkeliaran di tepi kerumunan, mengamati penonton dengan yang lainnya. Melihatnya, tiba aku tiba-tiba merasa bodoh, sensasi memperlakukan Helena mendadak berupa terasa picik dan murahan. Merasa malu, aku berhasil berjalan dengan kepala tegak saat aku menahan komentarku dan meninggalkannya. Seth berjalan di sampingku.
"Biar kutebak," kataku datar. "Beberapa orang menulis cerita, dan yang lain hidup didalamnya."
"Sepertinya kau tidak tahan untuk tidak membuat sensasi kemanapun kau pergi."
Kupikir dia menyindirku. Kemudian, aku menatapnya dan melihat wajahnya yang jujur, tidak tampak mencela atau menghina. Kesungguhannya begitu tak terduga sampai aku sedikit tersandung, lebih memperhatikannya dan bukannya jalanku. mengingat reputasiku yang terkenal karena memiliki keanggunan, aku pulih dengan cepat. Namun, Seth secara insting mengulurkan tangannya untuk menangkap ku.
Saat dia melakukannya, tiba-tiba aku melihat kelebatan... Sesuatu. Seperti koneksi saat itu di bagian peta. Atau gelombang kepuasan yang tiba-tiba menyerang saat aku membaca bukunya. Singkat, sekejap, dia tampak terkejut seperti juga diriku dan membebaskan tanganku segera, hampir ragu. Beberapa saat kemudian, sebuah suara dibelakangku mematahkan mantranya.
"Permisi?" Berbalik, aku melihat gadis remaja kurus dengan rambut merah pendek dan tindikan di seluruh telinganya. "Kau mencari Erik, ya?"
"Yeah..."
"Aku tahu dia di mana. Dia pergi sekitar 5 bulan yang lalu untuk membuka tokonya sendiri. Di Lake City... Aku lupa namanya. Ada lampu di sana, dengan toko kelontong dan restoran Meksiko yang besar..."
Aku mengangguk. "Aku tahu daerah itu. Aku akan menemukannya. Terima kasih." Aku memperhatikannya dengan penasaran. "Kau kerja di sini?"
"Yeah. Erik cukup baik padaku, jadi aku lebih suka dia membuka bisnis daripada bekerja di sini. Aku mau saja pergi bersamanya, tapi sepertinya dia tidak membutuhkan bantuan, jadi Aku terjebak di sini bersama Nutso itu."
Dia mengarahkan ibu jarinya ke arah Helena.
Gadis itu memiliki sikap yang serius dan praktis, berbeda dengan pegawai lain di tempat ini. Aku ingat kalau aku tadi melihatnya membantu pelanggan saat aku masuk tadi. "Kenapa kau kerja di sini kalau kau tidak suka?"
"Entahlah. Aku suka buku, dan Aku butuh uang."
Aku menggali gali dompetku, mencari-cari kartu nama yang jarang sekali kugunakan. "Ini. Kalau kau ingin pekerjaan baru, datang dan bicaralah dengan ku kapan-kapan."
Dia mengambil kartu itu dan membacanya, wajahnya tampak terkejut. "Terima kasih... Kurasa."
"Terima kasih atas info soal Erik."
Terdiam, aku mempertimbangkan lebih jauh, dan mengambil satu kartu nama lagi. "Kalau kau punya teman... Siapapun yang bekerja di sini dan sama sepertimu... Berikan ini pada mereka."
"Apa hal itu legal?" Tanya Seth kemudian.
" Entahlah. Tapi kami kekurangan pegawai di Emerald City.
Aku membayangkan toko khusus milik Erick pasti sudah tutup sekarang, jadi aku malah berbalik menuju Lake Forest Park untuk mengantar Seth kembali ke rumah adiknya. Aku mengakui kalau aku merasa lega. Bersama dengan seorang pahlawan sangat melelahkan, belum lagi semua interaksi di antara kami bergerak ke arah yang berlawanan. Aku mungkin lebih aman dengan membatasi hubungan kami dengan hanya membaca bukunya.
Aku menurunkannya di depan sebuah rumah pinggiran yang bagus, halaman depannya dipenuhi dengan mainan anak-anak. Aku tidak melihat adanya anak-anak, sangat disesalkan. Seth mengumpulkan tumpukan bukunya, tersenyum padaku saat mengucapkan terima kasih, dan menghilang ke dalam rumah. Aku hampir sampai di Queen Anne saat menyadari kalau aku lupa meminta buku The Glagow Pact ku.
Kesal, aku masuk ke gedung dan mendengar petugas resepsionis memanggilku. " Miss Kincaid?"
Aku berjalan ke arahnya, dan dia menyerahkan vas berisi bunga dipenuhi warna ungu dan pink tua. "Ini datang untukmu hari ini."
Aku menerima vas itu dengan rasa senang, menghirup gabungan aroma mawar, iris dan lili. Tidak ada kartunya. Seperti biasa. "Siapa yang membawanya?"
Dia menunjuk ke belakangku. "Pria di sana."