Chereads / Cinta yang (tidak bisa) Kutinggalkan / Chapter 16 - The second insult, at the second meeting!

Chapter 16 - The second insult, at the second meeting!

"Ehh... kamu tidak bisa pergi, temani Saavana di sini dong," ucap Linda. "Kasihan Saavana ditinggal sendiri dong sayang, tidak ada siapa pun yang dikenalinya di sini. Kamu kan tahu, sejak lama dia tinggal di luar negeri."

"Tapi Mah, banyak tamu yang harus Darren sapa. Kalau Mama keberatan Saavana sendiri di sini, Mama temani saja dia," balas Darren.

"Darren... Tidak! Pokoknya kamu harus temani Saavana, jangan pernah ditinggal." Linda terus bersikeras dengan keinginannya.

"Tante, gak papa kok. Kak Darren pasti sibuk, dia pun harus menyapa tamu yang lain karena akan mewarisi perusahaan keluarga," ucap Saavana lembut.

"Tuh kan Mah, Saavana saja tidak masalah," balas Darren. "Saavana terima kasih sudah mengerti." Darren tersenyum manis pada Saavana.

Baru saja Linda akan menjawab, tapi tiba-tiba saja datang seorang pria dengan seorang wanita digenggam tangannya.

"Hallo Tante Linda, hallo semuanya," sapa pria itu.

"Dave! Astaga.... apa kabarmu?" balas Linda dan langsung memeluknya.

"Sangat baik, Tan." Dave menyambut pelukan itu.

"Dan-" Linda langsung menghentikan perkataannya begitu melihat sosok wanita yang berdiri di samping Dave. Tidak hanya Linda, Darren sejak tadi sudah menatap kesal serta bertanya-tanya di pikirannya.

Wanita itu adalah Celine, pacar Darren sendiri.

"Oh, hampir saja aku lupa. Namanya Celine, dia temanku," balas Darren. "Celine, ini Tante Linda, tuan rumah perjamuan ini."

Dengan sopan, Celine tersenyum manis. "Ha-hallo Tante," sapanya.

Bukan membalas sapaan Celine, Linda malah mencibir. "Bukannya wanita ini yang kau bawa dulunya ke rumah, Darren? Lihatlah, dia tidak bisa mendapatkanmu, malah mencari mangsa lain. Dave, sebaiknya kau berhati-hati dengan wanita yang jenis seperti ini."

Celine menatap Darren, menanti setidaknya sedikit pembelaan atas penghinaan yang dilontarkan oleh mamanya, tapi agaknya sedikit pun tidak ada rencana untuk membelanya.

"Tan-"

Baru saja satu kata diucapkan Celine, Dave sudah menahannya dengan cara menarik pelan lengannya.

"Maaf Tante, sepertinya Tante-lah yang perlu berhati-hati dalam berbicara. Siapa pun temanku ini di masa lalu dan dengan siapa dia bergaul, tidak pantas itu Tante jadikan untuk mencibirnya. Aku yang membawanya, dia temanku dan seharusnya Tante menghargai dia sama seperti tante menghargaiku, jika memang tidak bisa, artinya Tante sama sekali tidak menghargaiku."

"Wooohhh, bahkan kau membantunya berbicara dan menentangku?" jawab Linda. "Apa yang sudah dilakukan wanita ini padamu?" lanjutnya lagi.

"Dan lagi! Setelah aku mengatakan perkataanku yang tadi, Tante bahkan masih tetap mencibirnya. Artinya memang Tante tidak menghargaiku!" jawab Dave.

"Ayo kita pergi dari sini." Dave langsung menarik tangan Celine.

Sepeninggal Dave dan Celine, Darren pun langsung pergi. Baru beberapa langkah, Linda memanggilnya kembali. "Darren, mau ke mana kamu?" tanya Linda.

"..." Darren berhenti sejenak, tetapi tanpa bicara ia pun lanjut berjalan.

"Darren..! Apa kamu akan mengabaikan Mama? Apa karena wanita hina itu?"

"Cukup Ma!" bentak Darren kuat, untung saja suara musik di tempat itu lumayan kuat, dan suasananya pun cukup riuh karena banyaknya orang-orang yang berbicara satu sama lain.

"Sekali lagi Mama menghina Celine, Darren tidak akan tinggal diam. Sejak tadi, aku sudah menahannya, tetapi Mama masih saja meneruskannya." Kali ini suara Darren pelan.

"Dar-ren..?" Linda shock mendengar perkataan anaknya yang selalu menurut itu.

"Mama harus tahu, dia wanita yang kucintai! Tidak ada ubahbya, 3 tahun yang lalu atay di tiga tahun setelahnya. Sejak awal, aku mencintainya. Kalau Mama mau Darren terus menjadi anak yang penurut, maka tolong mengerti hatiku juga, Ma."

Setelah mengatakan demikian, Darren pun pergi. Ia mencari-cari Celine di setiap sudut lokasi pesta tapi tidak ketemu.

"Darren..." panggil Vincent, ayah Darren.

"Ya Pah," balas Darren sembari berbalik.

"Kamu ke mana saja, temani Papa. Papa akan membawamu untuk berkenalan dengan para klien. Posisi ini kan baru saja kau duduki, akan banyak klien yang harus kau temui," jelasnya lagi.

"Pah, entar aja deh. Darren mau berkeliling dulu. Terlalu ramai, membuat sangat tidak nyaman."

Vincent sangat paham akan sifat putranya, terlalu dingin dan kaku. Seorang lelaki introvert yang tentunya sangat tidak menyukai hal-hal seperti ini.

Ia pun menyentuh pundak Darren, "Baiklah. Pergi dan berkeliling saja dulu, nanti susul Papa, ya?" ucapnya, seakan tidak ingin memaksa putranya.

Darren tersenyum kecil dan meninggalkan Papanya.

"Celine... ke mana kamu sayang? Dan kenapa mau saja ikut dengan pria itu?" gumam Darren sambil terus berjalan mencari Celine.

Setelah mengetahui nama Dave dan melihat ibu menciumnya, Darren baru ingat tentang siapa Dave, yaitu teman masa kecil yang sudah lama tidak bertemu karena Dave pindah ke luar negeri.

Di sebuah taman, hotel yang lumayan sepi. Darren melihat sepasang pria dan wanita sedang duduk. Tidak ada pembicaraan yang terjadi, hanya diam dalam gelap, jika saja suara pesta tidak sampai hingga taman, mungkin sudah benar-benar sangat sepi.

'Ekhem...'

Suara itu memecahkan keheningan yang terjadi, dan itu Dave yang berdeham.

Celine menengadah, dengan senyum yang terpaksa, ia pun mencoba buka mulut.

"Kenapa kau masih di sini?"

"What? Setelah aku menolongmu, kau bahkan tidak berterima kasih malah mengusirku! Apa-apaan ini?"

"Menolongku? Bukannya kau sengaja memang ingin melihat aku di hina?" ucap Celine.

"Terserah saja bagimana pendapatmu, tapi yang jelas tidak ada niatku seperti itu."

"..." Celine diam, matanya terus menerawang ke atas.

"Kalau kau mau nangis, ya nangis saja. Jangan ditahan. Itu akan merusak jiwa!" lanjut Dave.

"Sejak bertemu keluarga, air mata sudah seperti teman bagiku. Padahal sebelumnya tidak seperti ini. Sudah 3 tahun berlalu, tetapi hal itu masih saja sama. Aku mengira akan berhenti setelah pertemuan kembali, nyatanya makin parah," ucap Celine.

"Sebentar..., jadi kamu dan Darren itu adalah kisah lama?" selidik Dave.

Celine tersenyum pahit. "Tidak tahu harus kuartikan dengan apa kisah ini, tapi yang paling membekas adalah penghinaan yang kuterima, padahal ini baru pertemuan keduaku dengan keluarganunya."

"Aku tahu hal yang lebih membuatmu kecewa, yaitu Darren yang bahkan tidak buka suara untuk membelamu. Apa aku benar?"

"Kau terlalu banyak sok tahu!" ketus Celine.

"Kau terlalu ketus sekali! Apa kau tahu tujuanku membawamu bertemu ibunya Darren?"

"Maaf..! Tentang hal ini, aku tidak mau mengungkitnya lagi. Ambil dan simpan saja tujuanmu." Celine pub beranjak, kakinya baru saja akan melangkah, Dave sudah melanjutkan perkataannya.

"Kau menghindar? Karena kau sudah dapat membaca tujuanku membawamu, kan?" tanya Dave. "Kau memang benar, tujuanku itu untuk melihat bagimana reaksi Darren terhadat cemoohan yang diberikan ibunya padamu. Dan tidak melenceng dari perkiraanku," papar Dave, tampak sebuah senyum di sudut bibirnya.