Chereads / Cinta yang (tidak bisa) Kutinggalkan / Chapter 18 - It's a nightmare.

Chapter 18 - It's a nightmare.

"Celine, aku mohon, jangan tinggalkan aku! Aku akan berjuang untuk kita, kau hanya perlu tetap di sampingku!" teriak Derren kuat, tetapi Celine tidak menanggapi hal itu. Dia tetap dengan pendiriannya, yaitu pergi.

"Ini mimpi buruk! Bertemu denganmu adalah mimpi buruk! Dimaki orang orang tuamu adalah mimpi buruk! Semua itu mimpi buruk!" pekik Celine. Air mata kini sudah membasahi pipinya.

Jika memang kejadiannya akan sama seperti dulu, lantas mengapa ada pertemuan kembali setelah perpisahan yang cukup lama? Tadinya aku berpikir, ini adalah sebuah tanda persetujuan dari Sang penulis takdir untuk kisah kita. Ternyata tidak sama sekali, ini hanyalah permainan dan aku berhasil terbuai dari permainan yang diciptakan. Menurutku, pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang luar biasa, itu sangat jarang terjadi. Aku mempercayai akan adanya sebuah maksud dan tujuan dari setiap kejadian, dan sekali lagi, aku dihantam dalam ombak, membuatku sangat kesusahan untuk menahan gelombang sakit hatiku, batin Celine.

Sesampainya di rumah, wajah sembabnya tidak bisa ditutupi, dan itu kedapatan oleh Papa-nya.

"Kenapa pulang-pulang malah menangis? Bukannya itu perjamuan kantor?" tanya Sinar.

"Menangis? Siapa yang menangis? Mataku terlalu lelah memakai bulu mata, jadi aku membukanya. Eh ... saat membukanya, malah tidak sengaja masuk ke dalam," ucap Celine.

"Benarkah begitu?" Sinar memastikan.

"Papa, untuk apa aku berbohong?" balik tanya Celine. "Sudahlah Pah, aku capek dan ingin langsung istirahat." Celine pun langsung pergi ke kamarnya.

Sihar sangat khawatir melihat putrinya yang demikian. Tapi apa yang bisa dibuatnya? Sedangkan Celine tidak ingin memberitahu.

"Apa yang menyakitinya lagi?" decak Sihar.

Tv yang sejak tadi menyala pun tiba-tiba sudah berubah chanel menjadi berita.

"Malam ini adalah malam peresmian, Darren Theodore, putra dari bapak Vincent Theodore. Pemilik dari perusahaan T. O brand. Sejak lama, banyak yang selalu bertanya-tanya, seperti apa gerangan wajah dari putra satu-satunya keluarga Theodore itu, karena ia sangat jarang tertangkap kamera, lebih tempatnya lagi selalu menghindari kamera. Dan malam ini, beliau bersedia untuk tampil di depan umum dan memperkenalkan dirinya. Kira-kira apa yang mendorongnya? Yuk, saksikan wawancara singkat ini."

Mendengar berita dan mengetahui sosok Darren, Sihar langsung marah dan mematikan TV dengan kasar.

"Jadi, lagi dan lagi, dia yang selalu membuat putriku menangis? Mengapa dia kembali sebelum waktunya?" pekik Sihar.

"Ada apa, Pah? Kok marah-marah?" tanya Ririn, istri Sihar dan ibunya Celine.

"Lelaki itu sudah kembali," jawab Sihar singkat.

"Lelaki? Siapa?"

"Pacar Celine dulu, Darren." Sihar menghembuskan napasnya dengan kasar. "Dan tadi Celine pulang dengan wajah yang sembab. Papa sangat yakin kalau itu pasti karena lelaki itu!"

"Pah, Jangan berburuk sangka dulu, itu tidak baik. Sebaiknya kita tanyakan kepada Celine," ucap Ririn.

"Sudah 3 tahun berlalu, kenapa dia kembali begitu cepat dan kenapa Putri kita tidak bisa terlepas dari bayang-bayangnya? Padahal bisa saja Celine melupakannya dengan mudah karena banyak yang mengejarnya, tetapi kenapa Celine bertahan dan tidak bisa membuka hati pada orang lain," sesal Sihar.

Melihat putrinya menderita seperti itu adalah sebuah beban besar baginya. Yang ia inginkan hanyalah kebahagiaan anak-anaknya. Terutama Celine, gadis polos dan lugu itu tidak akan pernah mau berbagi kesedihannya dengan siapa pun dan itu membuat Sihar sebagai ayah merasa sangat khawatir.

"Papa, Celine itu sudah bukan anak kecil lagi. Biarkan masalah percintaannya diselesaikan sendiri," ucap Ririn.

"Terus, apa aku harus diam saat melihat putriku disakiti oleh pria lain?"

"..." Ririn terdiam, dia pun memang sungguh tidak ingin ada siapa pun menyakiti putrinya, tapi bukannya dalam percintaan akan menjumpai hal-hal seperti itu? Dan sebagai orang tua, dia hanya perlu mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya.

"Kita tidak harus diam, tapi kita juga tidak bisa memaksakan segala sesuatu. kecuali kalau saling bercerita dan kita akan memberikan pengarahan serta pandangan padanya," jelas Ririn setelah diam untuk beberapa saat.

"Menunggu Celine bercerita, itu adalah hal yang mustahil."

Sihar mengucek-ngucek wajahnya, tidak tahu harus bagaimana untuk menyelamatkan perasaan Celine.

☘️☘️☘️

Celine pergi bekerja, walaupun langkahnya terasa berat, tetapi dia adalah seseorang yang gigih serta sangat profesional. Perasaan apa pun tidak akan pernah bisa mencampur aduk kondisi pekerjaannya. Itulah yang membuat prestasi Celine kuan melesat pesat di dunia pekerjaannya.

"Celine..." panggil Abdi, General manager Celine.

"Eh ... Selamat pagi Pak," balas Celine, sambil menengadah melihat ke arah atasannya.

Abdi tersenyum, "Iya, selamat pagi juga," balasnya. " Saya ingin bertanya, semalam kamu pulang jam berapa? Dan kenapa tidak memberitahuku? Aku mencarimu di sekitar lokasi pesta, tetapi kamu tidak ada," lanjutnya.

"Maafkan saya, Pak. Tiba-tiba saja badan saya kurang fit, dan saat ingin izin pulang, saya melihat Anda sangat serius berbicara dengan klien yang lain, dan saya takut akan mengganggu nantinya," jawab Celine.

"Kamu sakit?" tanya Abdi.

"Ah, hanya sedikit tidak enak badan saja."

"Kenapa tidak memberitahu, dengan begitu saya bisa mengantarmu pulang."

"Kan sudah saya katakan, bapak sedang berkumpul dengan beberapa klien. He he he..."

"Hanya obrolan basa-basi dan seharusnya itu tidak berpengaruh kalau kamu datang dan mengatakan kondisimu," balas Abdi.

"Oh, saya tidak tahu." Celine pun memelas.

"Oke tidak apa. Oh ya, meeting nanti dengan klien dari perusahaan Bagus Group, bagaimana proposalnya?" tanya Abdi.

"Semua sudah beres Pak. Sekarang hanya menunggu jam meetingnya saja."

"Bagus. kamu memang selalu bisa diandalkan," puji Abdi. Ia pun berlalu.

"Hufff... untung Pak Abdi tidak marah. Kalau sampai marah karena aku tinggal begitu aja, akan ribet jadinya," gumam Celine.

Baru saja Celine akan menyibukkan diri dengan pekerjaannya tiba-tiba ponselnya bergetar.

"Jam kantor begini, siapa yang berani menghubungiku?" umpat Celine.

Ia tidak ingin buru-buru untuk mengetahui siapa yang membuat ponsel-nya itu sejak tadi bergetar.

Namun, tampaknya si pemanggil itu tidak ingin menyerah dan selalu saja membuat ponsel Celine bergetar.

Dengan kesal, Celine pun menatap layar ponselnya, ingin melihat nama yang tertera di layar itu. Ia sudah merancang akan memarahi si pemanggil yang sudah mengganggunya di saat sedang serius bekerja.

Akan tetapi, begitu melihat nama yang tertera di sana, ia pun menjadi murung. Tidak ingin meluruskan niat untuk memarahi orang itu.

"Kenapa dia meneleponku? Sebagai seorang pekerja juga, harusnya dia tahu bahwa sekarang ini adalah jam kerja! Bukannya dulu ia pun begitu, bekerja di saat bekerja, dan bermain di saat bermain," decak Celine.

Nuraninya mendorong untuk segera menjawab panggilan itu, tetapi otaknya menolak keras.

"Ini tidak benar, jika aku terus dengannya, hanya penghinaan yang akan kudapatkan!" ungkapnya.