"Tampaknya ada orang di atas balkon sana, bisa kita cek untuk mengetahui pelakunya," ucap pengunjung itu.
Celine dapat mendengar itu, membuatnya semakin ketakutan. Sekujur tubuhnya bergetar, tangannya seakan ingin melindungi diri, ia memeluk tubuhnya sendiri.
Bagaimana kalau orang-0rang ini menemukanku? Bagaimana kalau aku bertemu dengan mama juga papa Darren? Hinaan apa lagi yang akan aku terima, pikir Celine. Ia ingin bersembunyi jauh, tapi tidak memiliki keberanian untuk itu.
"Apa kau hanya bisa berbuat, tanpa bertanggung jawab?"
Bunyi suara itu menyadarkan Celine dari isi pemikirannya, ia langsung menatap ke sumber suara.
"Apa kau akan terus di situ, sampai orang-0rang itu bisa menemukanmu?" ulang orang itu lagi.
"A-aku-"
Ternyata Celine masih belum bisa membuka suaranya, hatinya terlalu takut. Apa lagi orang ini, apa bisa dijadikan tempat untuk bersembunyi?
Di luar prediksi. Orang itu langsung melepaskan setelan jas-nya dan melempar ke arah Celine.
"Pakai itu, tutupi wajahmu dengan jas-ku! Aku akan membawamu pergi agar orang-orang itu menemukanmu. Itu pun kalau kau mau!" tegas pria itu.
Celine bukan orang yang akan mudah percaya dengan orang lain, tepi kali ini dia memilih untuk percaya pada pria yang tiba-tiba datang ini. Ia pun melakukan seperti yang dikatakan pria itu, menutup sedikit wajahnya.
"Apa kau bisa berdiri sendiri?" tanya pria itu lagi.
Celine mengangguk pelan, ia pun langsung mencoba bangkit. Ternyata gagal! Tulang-tulangnya sangat lunglai, tidak mampu menopang berat badannya sendiri.
"Aish! Wanita memang selalu merepotkan!" decak pria itu. Ia pun langsung mendekat dan tanpa aba-aba langsung mengangkat Celine.
Dengan refleks, Celine menolak. "Ya sudah, kalau bisa berjalan sendiri itu lebih bagus, aku pun tidak harus mengangkat beban! Tapi menunggumu sampai jalan normal agaknya akan lama. Orang-orang pasti sudah terlanjur menemukanmu!" ucap pria itu.
"Eh... bisa tolong topang saja saja? Kaki saya terlalu gemetar untuk berdiri sendiri," pinta Celine.
Pria itu menggeleng-geleng, tampaknya ia sangat heran melihat Celine, tetapi biar begitu dia tetap mengulurkan tangannya.
Celine menggapai tangan itu, dan mencoba bangkit. Tapi sialnya, ia tidak terlalu kuat untuk berdiri. Keseimbangannya masih belum stabil dan akhirnya mereka pun jatuh bersama. Celine mendarat di dada pria itu yang kini sudah sama-sama berada di lantai.
Sejenak mereka masih bingung sendiri dengan apa yang terjadi, sehingga masih sama-sama bengong. "Hei wanita! Mau sampai kapan kau tidur di dadaku? Apa dada bidangku nyaman kau jadikan tempat tidur?" ucap pria itu, membuat Celina cepat-cepat langsung bangkit.
Tapi, ups!
Sesuatu di luar dugaan terjadi saat Celine akan bangkit, ia menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak bisa ia pegang!
"Kau? Apa yang kau sentuh itu?" teriak si pria.
Mata Celine melotot seakan ingin keluar mengetahui yang ia sentuh, dengan cepat dia pun mengangkat tangannya.
"Ma-maafkan aku!" ucap Celine sambil menunduk.
"Aish!! Kenapa tadi aku menghampirimu!" decak si pria.
Celine diam, ini sangat kikuk.
"Celine...?"
Suara kecil itu menyadarkan kedua orang itu, dan dengan serempak mereka melihat ke arah sumber suara.
"Apa yang terjadi?" tanya Darren, ia Darren yang datang.
Tadi saat akan memasuki panggung pengenalan itu, tanpa sengaja Darren melihat Celine yang berdiri menyendiri di balkon, dan begitu gelas tadi mendarat di kepala salah seorang tamu undangan, Darren dengan cepat berlari ke sini untuk membawa Celine.
"Darren?" ucap Celine dengan suara kecil.
Darren langsung mendekat, meraih kedua tangan Celine dengan penuh cinta.
"Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Darren, ada kekhawatiran yang terdengar dari nada suaranya.
"A-"
Baru saja Celine akan bicara, bayangan tentang siapa Darren pun langsung memenuhi matanya, seakan ingin menampar kuat dirinya agar tersadar dengan jarak itu.
Dengan kasar Celine mendorong Darren. "Jangan ganggu aku!" ucapnya langsung pergi.
"Celine... tunggu! Ada apa denganmu?" teriak Darren.
"Huh! Percintaan yang sangat buruk!" decak pria asing itu.
"Anda siapa? Kenapa bersama pacar saya di sini?" tanya Darren lantang.
"Seharusnya kamu berterima kasih karena aku ada di sini menemani pacarmu! Sejak saat kamu memasuki aula pasta itu, dan memperkenalkan diri, pacarmu itu langsung menangis bergetar!" jelas pria asing itu.
Darren sangat menyesali hal itu, seharusnya Celine tidak mengetahui hal ini dengan cara begini.
"Dan kau bertanya siapa aku, mungkin aku akan menjadi saingan cintamu!" lanjut si pria.
Ekspresi Darren langsung berubah mengerikan mendengar itu.
"Jangan pernah coba-coba untuk mendekatinya, jika tidak ingin hidupmu hancur sia-sia!" ancam Darren.
"Oh ya, lalu apa Anda pikir seorang wanita akan mau menjalin hubungan dengan seseorang yang keluarganya tidak menyukainya, apalagi itu tidak diterima karena sebuah status sosial yang berbeda!" tegas pria itu, "wanita hanya akan mencari pria, yang juga keluarga pria itu menerimanya dengan apa adanya, bukan di tolak karena uang, harta serta kedudukan yang menjadi tolak ukurnya!" jelas pria itu dan langsung pergi.
Apa yang dikatakan orang itu terngiang terus di telinga Darren. Agaknya itu benar menurutnya, sehingga ia bisa terganggu dengan kata-kata itu.
'Ahhh!!!' Decaknya kasar sambil memukul tembok.
"Bagaimana aku akan memberitahu Celine nantinya?" umpat Darren.
Ia pun terus mencari Celine, dan ternyata ia menemukan wanita itu sedang ngobrol dengan pria yang tadi. Tampak sebuah senyum terukir di sudut bibir Celine walau hanya seutas.
Darren menghampiri, tapi saat langkah pertamanya sebuah tangan menyentuh pundaknya.
"Sayang, kamu dari mana aja? Mama cariin kamu sejak tadi lho," ucap Linda, ibunda Darren.
"Aku mencari teman mam, aku pergi dulu mencarinya," ucap Darren yang ingin bersegera pergi.
"Eh tunggu dulu, Mama mau memperkenalkanmu dengan seseorang yang pastinya kamu sukai. Ayo, ikut Mama," ajak Linda.
"Tapi Mam, aku harus menemui temanku."
"Menemui temanmu nanti saja, sekarang temui dulu orang yang Mama maksud," balas Linda bersikukuh, ia pun langsung menarik tangan Darren.
Darren adalah lelaki penurut, dan sangat baik. Dia tidak akan pernah menolak apa saja yang dikatakan mamanya.
"Sayang kenali... Ini Saavana, teman kamu waktu kecil. Kamu masih ingat kan?" ucap Linda.
"Eh iya ingat. Hallo Saavana...," Darren menyapa Saavana, tapi sedetik kemudian matanya melirik ke arah Celine berada.
"Hallo Ka Darren," sapa balik Saavana.
"Nah, Mama akan tinggalkan kalian berdua di sini. Ayo ngobrol-ngobrol lah kalian." Linda pun pergi.
Di langkah pertama, Linda sudah berhenti begitu mendengar Darren yang berkata,
"Saavana, silakan nikmati jamuannya. Saya pergi menyapa tamu yang lain," ucap Darren.
"Ehh... kamu tidak bisa pergi, temani Saavana di sini dong," ucap Linda, ia segera berbalik kembali begitu mendengar putranya akan pergi.