Chapter 14 - New Truth

"Kenapa kamu bisa tiba-tiba ada di sampingku? Bukannya mama dan papaku yang ada di situ seharusnya?" tanya Celine begitu mereka keluar dari gedung gereja itu.

"Sejak kamu datang, aku sudah melihatmu. Terus waktu mama dan papamu pergi pindah tempat duduk, aku langsung menghampirimu."

"Benarkah? Terus kenapa tidak langsung menemuiku saat kamu melihatku?"

"Itu tidak perlu, yang penting pada ujungnya, saat baru memulai ibadah sampai akhir kita duduk bersama," jelas Darren penuh cinta.

Celine memutuskan untuk tidak pernah bertanya, ke mana perginya sosok itu selama ini. Sosok yang bahkan sudah mengiris hampir seluruh dari jiwanya, membuat kosong dan sangat hampa. Dia takut, jika pertanyaan itu akan membuatnya melepaskan orang itu lagi. Tidak, jangan pergi lagi~☘️

Pertemuan yang ditunggu, cinta yang dirindukan. Seseorang yang dipuja, kini berada dalam genggaman tangan, rangkulan hangatnya masih sama. Seakan penantian itu tampak usai, tetapi benarkah demikian?

'Aku tahu..., aku tidak akan pernah bisa lepas darimu, dan aku juga tidak akan pernah bisa melarikan diri dari aku sendiri terhadap cintamu! Seperti daging yang melekat ke tulang, demikian cintamu, kini sudah mendarah daging menjadi satu bagian hidupku.'

-Celine Eliasson-

☘️☘️☘️

Beberapa hari setelahnya.

"Celine, malam ini kamu harus menemani saya ke perjamuan makan," ucap Abdi. Seorang General manager di Retail star, tempat Celine bekerja.

"Baik Pak!" balas Celine singkat. Dia juga tidak ingin tahu perjamuan seperti apa yang akan dihadirinya nanti, paling gak jauh beda dari jenis perjamuan sperti yang ia hadiri biasanya.

"Kali ini perjamuannya berbeda," ucap Abdi meneruskan.

"..." Celine diam.

"Perjamuan ini diadakan untuk memperkenalkan President dan vice president perusahaan TO brand,"

Celine mengangguk, dia juga tidak tertarik. Sungguh, kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, dia juga bakalan tidak pergi ke acara formal seperti itu. Dia tidak menyukai hal yang berbaur party!

Oh iya, setelah mengabdi selama 5 tahun di perusahaan itu, kini Celine yang dulunya hanya seorang karyawan magang, sudah diangkat menjadi seorang kepala sekretaris. Jadi dia memang akan selalu mendampingi GM-nya (General manager) untuk menghadiri atau menggantikan kehadiran atasannya.

☘️☘️☘️

Malam hari pun tiba, Celine pergi ke tempat yang dituju. Setelah pertemuannya dengan Darren, mereka pun kini kembali mendekat. Tidak tahu sebagai apa, hanya memang dekat dengan perasaan yang masih sama, yaitu saling mencintai. Namun, sejak tadi Celine sama sekali belum menerima notifikasi apa pun dari Darren. Hal itu membuatnya kesal.

"Ih! Dia pergi ke mana coba? Padahal aku mau minta diantar ke tempat perjamuan itu!! Kalau gini, nyesal deh aku sudah dandan!" gerutu Celine sambil melihat ponselnya berulang kali.

Hotel Egh adalah tempat berlangsungnya perjamuan. Celine pun tiba di sana. Hiruk piruk keramaian bukanlah style hidupnya. Dia lebih suka menyendiri dan terkurung dalam rumah, kalau masih ada sisa waktu, sesekali ia coret-mencoret, karena itulah hobby abadinya.

Menyendiri, tulis coret, mendengar music, juga membaca berbagai jenis novel romance. Maklum, Celine introvert woman, jadi dia akan lebih merasa aman jika itu sudah rebahan. Jika ada saja waktu, tidur siang itu bagaikan sudah liburan ternikmat baginya, tidak ternilai harganya.

Setelah menunjukkan diri pada beberapa teman, juga menemani atasan yang menyempatkan diri membahas masalah pekerjaan, Celine pun pergi mencari tempat untuk menyendiri. Sayangnya tempat itu terlalu ramai, mau tidak mau dia hanya bisa pergi menyendiri ke atas mencari balkon yang bisa menjadi tempatnya bersembunyi sambil memandangi banyaknya orang-orang dengan berbagai jenis di sana.

"Baiklah! Mari kita sambut, president direktur dan vice president...!!!" ucap si Mc setelah melakukan salam pembuka.

Plok plok plok...!!

Tepuk tangan mengiringi langkah kedua pria gagah, satunya berumur setengah baya dan satunya sangat muda dibalut dengan setelah jas profesional, yang tentu saja siapa pun melihat lelaki muda itu pasti akan langsung jatuh cinta.

"Hemp ... tidak buruk, tapi jauh lebih menarik Darren!" gumam Celine dari atas balkon itu. "Melihat pria itu, tiba saja aku langsung merindukan Darren!!" gumamnya bersedih. "Entah ke mana perginya anak itu, sampai-sampai dia tidak balas whatsapp juga text-ku sama sekali," lanjut Celine menggerutu.

Baru saja ia akan mengalihkan pandangannya dari sosok yang saat ini menjadi pusat perhatian para setiap orang, dan ingin menikmati juice yang ada di tangannya, tiba-tiba mata Celine menangkap sosok yang ia kenal.

"Darren..." ucapnya, gugup.

Entah karena apa, tapi ada penasaran yang tidak bisa ia terima mengetahui bahwa pria yang ingin dikenalkan secara resmi itu adalah 'Darren' yang sebagaumi Vise president.

"Hallo, Bapak Vise president To Brand, apa kami bisa mengetahui nama Anda?" tanya si Mc.

Darren tersenyum manis. "Nama saya Darren Theodore," ucap Darren singkat.

"Dan dia adalah, putra tunggal saya yang kelak juga akan mewarisi perusahaan TO brand ini," sambung lelaki setengah baya itu.

"A-anak?" ulang Celine, tangannya serta bibirnya sangat gemetar.

Celine memperhatikan lelaki separuh baya itu dengan seksama.

"Astaga..." decaknya begitu mengingat tentang pria itu.

"Aku mengingatnya, dia adalah papa Darren, yang waktu itu bertemu di rumahnya," lanjut Celine bergumam.

Kebenaran apa ini? Kenapa aku tidak menyadarinya sejak Dulu. Vincent Theodore, itu ayah Darren. Nama yang selalu kutemui kalau mengadakan meeting dengan perusahaan mereka. Foto yang selalu nampak, di setiap adanya kerja sama yang terjalin, tapi aku? Kemana saja aku? Kenapa aku bahkan tidak menyadarinya, pikir Celine.

Kepalanya terlalu sakit untuk mencerna ini.

"Dan inilah istri president To Brand, Ibu Linda Theodore..., mari kita berikan sambutan yang begitu luar biasa," ucap si Mc, menyadarkan Celine dari isi pikirannya.

Mata Celine pun langsung menangkap sosok itu, wajah yang terlihat begitu ramah dengan senyum yang selalu tertempel dibibirnya, siapa yang menduga wanita ini pernah mengatakan hal yang begitu tidak manusia pada Celine.

Seketika, penghinaan itu pun terngiang kembali, bagaikan nada yang keluar masuk ke telinga Celine dan disaring oleh otaknya.

Sangat menyakitkan!! Walau sudah 3 tahun berlalu, tetapi rasa sakit itu masih terlihat jelas.

'Ahhh....!!' Tanpa sadar Celine menjerit pelan sambil menyentuh kepalanya, sehingga gelas itu pun terjatuh dari tangannya mendarat hingga ke tanah.

'Prannggg...'

"Aduh..."

Suara bunyi kaca itu dibarengi dengan jeritan kesakitan seseorang. Iya, kaca itu mendarat tidak langsung ke tanah melainkan singgah di kepala salah satu tamu di acara makan malam ini.

"Apa yang terjadi? Kenapa bisa ada gelas terbang?"

"Panggil ambulans, cepat!"

Semakin riuh suasana itu semakin membuat Celine ketakutan, sekujur badannya gemetaran. Membuat Celine tidak bisa berdiri tegap dan hanya duduk bersandar.