Chapter 13 - Lost!!

Masih Celine Pov

Sudah lama sekali‚ aku tidak pernah melihat Darren, tepatnya sejak saat itu. Sebuah text‚ atau panggilan telepon pun tidak ada sama sekali. Ini sudah sebulan penuh kami tidak bertemu.

Aku resah dan aku merindukanya. Aku mulai mencari-cari di mana pun tempat yang biasa dikunjunginya. Berpacaran selama 15 bulan ditambah pendekatan 3 bulan lebih‚ membuatku sedikit tahu tempar-tempat favoritnya. Dengan bodoh dan hanya penuh harapan bahwa aku akan bertemu‚ kudatangi tempat itu satu persatu. Ternyata memang tidak ada, dia tidak kutemukan. Hilangnya bagai ditelan bumi, tidak berjejak.

Sejak saat itu memang kuakui, aku cukup egois. Aku tidak pernah menghubungi dia‚ tetapi pergi mencarinya ke tempat-tempat itu. Mungkin aku masih gengsi‚ atau bisa jadi aku hanya menuntut dia yang menghubungiku.

Namun‚ malam itu kulepaskan segala hal yang memberatkanku. Entah itu ego atau gengsi bahkan perasaan yang seakan menuntutnya untuk mencariku terlebih dahulu. Aku pun memutuskan untuk menghubunginya via panggilan telepon. Yang terjadi di luar prediksiku‚ nomor yang selalu ia kenakan itu tidak lagi aktif. Tapi sejak kapan? Aku pun bertanya-tanya. Aku semakin takut, takut jika dia benar-benar akan hilang. "Ke mana kau perginya‚ wahai lelaki yang kupuja?" tanyaku berulang kali.

Usahaku tidak berhenti sampai di situ‚ aku menantikan jadwal meeting dengan perusahaan TO Brand, perusahaan tempat ia bekerja. Dengan bodoh‚ berulang kali aku bertanya pada bu Susan‚ kapan akan aku arrange meeting dengan manager perusahaan itu‚ yang aku tahu adalah masih Darren.

Hari meeting pun tiba‚ aku menawarkan diri untuk menggantikan bu Susan kembali di pertemuan meeting kali ini. Tentunya masih dengan harapan yang sama‚ bertemu dengan yang telah hilang lalu memarahinya sampai kekesalanku hilang. Dan lihat‚ entah ini sifat egois atau sebuah keyakinan kalau dia akan sanggup menerima seluruh kemarahanku! Karena memang biasanya begitu, wkkwwk. Dia akan selalu dengan sabar menghadapi setiap amarahku dengan diam, lalu memelukku hangat. Hemp‚ tersinggung tentang kata 'pelukan' aku sangat merindukan itu.

Dan yang kutemui bukan dia yang kuharapkan. Sekali lagi, kenyataan telah menghantamku dengan sangat kejam. Aku mematung menerima kenyataan itu. 'Kenapa begini?' tanyaku berulang kali. Isi kepalaku dipenuhi oleh banyaknya pertanyaan yang sebenarnya tidak tahu mengarah ke mana pertanyaan itu.

"Di mana Pak Darren‚" tanyaku‚ pada seseorang yang menjadi teman meeting saat itu.

"Hallo, Bu Celine‚ saya manager pemasaran yang baru TO Brand‚ menggantikan Pak Darren!"

"Meng-menggantikan Darren?" cetusku gagap. "Ke mana memangnya dia pergi?"

"Pak Darren sudah pindah ke kantor pusat Bu, dan dia tidak di sini lagi!"

Jleb!☘️

Untuk sekali lagi, aku sepertinya terjatuh dalam lubang yang sama. Aku terluka! Jika tadi aku hanya mematung, maka sekarang aku terjatuh lunglai, serasa semua lututku tidak berfungsi dan tubuhku bagaikan tidak memiliki penyangga. Bahkan untuk berdiri saja, aku butuh topangan.

Sejak dia pergi, aku mendapati diriku bukan milikku lagi. Tidak lengkap dan kosong. Mungkin, tubuhku masih baik-baik saja, aku beraktifitas seperti biasa, aku bisa tersenyum, bahkan tertawa, terlihat sempurna seperti tidak ada masalah. Namun, ketika sendiri, barulah nampak dengan jelas apa yang tersimpan di dalam hatiku. Ragaku pergi entah ke mana, meninggalkan tubuh yang tertatih. Harus kuisi apa kekosongan itu?

Banyak yang bilang, obat untuk 'move on' itu‚ ya‚ harus jatuh cinta lagi. Demi Tuhan, aku tidak pernah menutup hati pada orang yang mencoba singgah untuk mengetuk pintu hatiku. Hanya saja‚ semua yang datang dan kutemui tidak ada yang seperti dia. Ada sesuatu yang dari Darren tidak bisa aku dapatkan dalam diri orang lain. Tidak ada kenyamanan yang begitu sempurna yang aku dapat, sama seperti saat bersama Darren. Dan ini sudah ke tiga tahun dia menghilang, bahkan selama itu tidak ada satu pesan pun yang datang.

Cinta itu masih bersemayam, masih indah walau hidupku terasa kosong.

Namun, Berbicara tentang cinta. Apakah benar cintaku ini?

Apa yang ada di benakmu tentang cinta?

Dan jika di suruh memilih, kisah cinta seperti apa yang kamu inginkan menghampirimu?

Orang-orang berkata, hal yang paling indah itu adalah ketika kau mendapatkan cinta dari orang yang kau cintai, istilah kerennya Cintamu terbalaskan.

Sekilas mungkin terdengar indah, tapi apakah benar di dalam cinta yang dibutuhkan hanyalah balasan cinta yang setimpal ketika kita memberi cinta?

Tentu saja, manusia itu terlalu mendominasi, yang dia inginkan hanya balasan dari setiap apa yang ia berikan termasuk cinta.

Siapa yang tidak mendambakannya? Terlalu munafik jika kita berkata, 'tidak masalah yang penting aku mencintaimu dengan tulus, dan tentang kau menyambutnya atau tidak, itu hanyalah keberuntungan menurut takdir'.

Tapi cintaku berbeda... Indah, dan menurutku dia sudah sangat tepat bagiku. Dan memang Sang Maha cinta berpihak, kami bersatu. Menurut pengakuan Darren, ia juga mencintaiku sejak pertama melihat senyum indah.

Cinta yang terjalin itu begitu indah, bahkan terlalu indah. Bisa dipastikan itu adalah kisah cinta yang didambakan setiap insan yang berpasangan. Namun, di dalam keindahan itu ada sebuah penghalang yang tebal untuk bersatu yaitu sebuah 'restu' yang tak kunjung di dapat. Bahkan penghinaan itu masih terngiang jelas ditelingaku!

Perbedaan ras, status dan kedudukan yang mengarah pada kekayaan, kehidupan sosial serta pendidikan, membuat mereka (keluarganya) menolakku.

Seharusnya memang aku tidak bersama dengannya, seharusnya memang cinta itu tidak pernah timbul, tapi mau bagimana lagi? Bahkan ketika Darren sudah pergi pun tetap cinta itu masih berdiam di dalamku.

Bolehkah aku meminta pada Sang Maha cinta, jika memang tidak untuk bersama, tolong... Genapkan jiwaku yang telah terangkatnya separuh! Kembalikan hatiku yang dibawa olehnya.

Jika tidak, lalu apakah salah kalau aku berharap? Sekali lagi saja di kehidupan ini, izinkan aku memilikinya, ucapku dalam setiap doaku.

Karena yang kualami sejak dia pergi, tidak ada cinta sebaik dia yang datang menghampiri.

Pov off-

☘️☘️☘️

Sekarang 🌻

Sekarang 🌻

Nuansa Natal sudah terlihat di mana-mana. Di jalan, mall, kantor-kantor, cafe, restoran, akan selalu menjumpai gemerlap Natal itu. Bulan desember memang selalu mengandung sukacita. Tidak heran, bulan itu selalu dijuluki dengan bulan yang penuh 'joy' karena mengandung kebahagiaan serta damai, termasuk pada Celine dan keluarganya.

Malam ini adalah Christmas Eve! Dia sekeluarga akan pergi ke gereja untuk merayakan hari besar itu.

"Hemp... Tahun ini ketiga tahunnya kau pergi, bahkan sebuah berita tentangmu pun tidak pernah aku dengar. Kau benar-benar sukses pergi menjauh dan tanpa tapak kaki!" lirih Celine yang saat itu tiba-tiba teringat momen saat merayakan Christmas bersama Darren.

Selain perbedaan status yang mengarah pada finansial, agama adalah sebuah perbedaan yang signifikan bagi keduanya. Seharusnya memang sudah bisa berpikir tentang itu, tetapi entah kenapa kedua insan itu seakan tidak terlihat mempedulikan hal-hal tersebut. Yah‚ ini sudah zaman modern bukan‚ kiranya memang perbedaan itu, apa masih dipertimbangkan? Atau ... mungkin juga karena kesempurnaan yang didapat saat bersama, mengubah mereka menjadi sosok yang egois untuk terus bersama.

Ting... Ting... Ting....!!!

Suara bunyi lonceng gereja pun langsung menggelegar memenuhi seluruh isi ruangan bangunan gereja itu, bahkan terdengar hingga ke sekitarnya.

Celine melipat kedua tangannya di atas dada‚ ia berdoa dengan khidmat begitu lonceng berbunyi. Tidak banyak yang dia ucapkan, selain hanya perkataan syukur kepada Tuhan yang Maha Segalanya atas pencapaian yang telah dipercayakan untuk ia nikmati. Dan tentang Darren, tidak tahu, kapan nama itu berhenti terucap dalam setiap doa yang ia naikkan. Mungkin‚ karena Celine merasa sudah melakukan tugasnya yaitu mendoakan kebaikan dan kebahagiaan buat Darren.

Saat Celine menyudahi doa khusyuknya. Matanya tiba-tiba menangkap sepasang mata yang sejak tadi melihatnya. Dia terkejut melihat siapa yang ia tatap saat itu, bahkan sampai hampir terjatuh. Sepasang mata itu melihatnya dengan penuh cinta, sambil tersenyum manis dan memapah Celine yang bahkan tidak bisa menopang tubuhnya itu.

"Sudah selama ini, masih saja hobby jatuh!" ucap sepasang mata yang sejak tadi menjadi objek penglihatan Celine.

Mimpi ini kok begitu nyata, bahkan suaranya masih sama tidak berubah. Apa karena aku terlalu merindukannya? batin Celine. Dia masih enggan buka suara, takut itu hanyalah halusinasi dan menghilang lagi seperti sudah seharusnya.

Tetapi orang itu malah menyentuh pipi Celine dengan lembut. "Ada apa, kok hanya diam saja?" ucapnya sambil tersenyum. Senyum itu begitu nyata, dan senyuman tulus indah yang tidak pernah hilang dari balik mata Celine.

Apa aku harus bermimpi di saat terbangun? batin Celine.

"Darren...?" panggil salah seorang dengan pelan, yang tidak jauh berada dari posisi Celine. Celine langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kapan kamu datang? Dan ke mana aja selama ini?" tanya orang itu lagi. Orang itu adalah bu Susan.

"Baru tadi," jawab Darren.

'Baru tadi.... Baru tadi' dia menjawab, dia ada dan memang nyata, isi pikiran Celine dan dengan cepat Celine pun langsung memeluk Darren dalam kursi itu. Air mata pun mengalir begitu deras.

"Bodoh! Apa yang kamu lakukan? Kita ibadah dulu," tegur Darren.

Dan selama ibadah itu berlangsung, Celine menggenggam tangan Darren seakan takut jika itu akan hilang lagi. Dia masih takut, jika itu hanyalah halusinasi.

Tuhan, aku tarik kembali perkataanku. Aku tidak akan melupakannya. Izinkan kami bersama, batin Celine.