Chapter 10 - Nervous

"Mau ke cafe Om, sekedar malam malam," jawab Darren mantap tanpa rasa grogi. Tampaknya pria itu sudah mempersiapkan diri dengan matang tadi.

"Sudah dapat izin dari siapa, kamu bisa membawa putriku?"

"Belum dapat izin Om, karena itulah saya datang ke sini lebih cepat dari jam yang kami janjikan. Saya ingin meminta izin secara langsung pada Om, dan saya sangat berharap Om mengizinkan saya membawa Celine makan malam di luar."

"Kalau saya tidak izinkan? Bagaimana?"

Darren tersenyum manis. "Kalau tidak diizinkan, saya bisa apa Om. Namanya juga minta izin, itu belum ada kepastian bakalan diizinkan atau tidaknya."

"Ya sudah, saya tidak izinkan. Sekarang pergilah!" tegas Sihar.

"Heuh?" Darren terkejut dan melihat ke arah Sihar yang terlihat sangat santai itu.

"Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi Om? Saya pasti akan membawa Celine pulang tepat waktu, tidak akan sampai lewat dari jam 11," bujuk Darren.

"Tidak!!! Aku tidak mengizinkan kalian untuk pergi, sekarang kau bisa pergi!"

"Alasannya Om?" Darren bersikukuh.

"Tidak ada alasan khusus, tapi seperti yang kamu ketahui, Celine masih kecil. Dia tidak akan bisa bersanding dengan lelaki dewasa sepertimu!"

"Saya baru akan 26 tahun, apakah itu sudah tua?" Darren berbalik tanya. "Om, justru karena saya sudah berumur, saya tidak akan mungkin mendekati putri Anda untuk bermain-main. Saya serius dengannya. Dan saya juga tidak akan memaksa Celine untuk buru-buru menikah, saya bersedia menunggu sambil menjaganya sampai dia siap menikah," terang Darren, terlihat keseriusan di matanya.

"Sudah berapa lama kalian bersama?"

"Eh ber-bersama?" Darren bingung akan menjawab apa, karena nyatanya mereka belum memiliki hubungan istimewa itu. Dan kita bisa itu dikatakan sebagai bersama.

Sihar menatap tajam, hal itu membuat Darren semakin takut.

Gleg!!! Darren menelan salivanya.

"Ka-kami sudah kenal selama 3 bulan Om, dan ini maksudnya bersama yang seperti apa?" tanya Darren gugup.

"Bukankah kamu pacarnya Celine?" tanya Sihar.

Dengan gentle walau sebenarnya takut, Darren memberanikan diri menjawab!

"He he... Kalau tentang pacaran, kami belum pacaran Om. Dan rencananya, malam ini baru akan saya sampaikan isi hati saya. Semoga dibalas oleh Celine," terang Darren, ia tersenyum indah karena di kala itu dia mengingat senyum Celine yang selalu membuatnya nyaman.

☘️☘️

"He he... Kalau tentang pacaran, kami belum pacaran Om. Dan rencananya, malam ini baru akan saya sampaikan isi hati saya. Semoga dibalas oleh Celine," terang Darren, ia tersenyum indah karena di kala itu dia mengingat senyum Celine yang selalu membuatnya nyaman.

"Jadi, baru malam ini rencanamu untuk menyatakan cinta pada Celine?"

"Eh iya Om."

"Kalau begitu, jangan buang-buang waktumu lagi. Aku tidak mengizinkan kalian keluar. Dan kalau kalian tidak jadi keluar, bagaimana caramu menyatakan cinta itu?"

"Om, mohon maaf. Tetapi apa alasan Om tidak bisa menerima saya? Saya datang dan berbicara dengan Om malam ini di sini, itu karena saya ingin Celine juga Om melihat keseriusan saya padanya. Celine meminta saya untuk menjemputnya di depan kompleks, tetapi saya ini bukan anak-anak lagi dan cinta saya bukan mainan pada Celine. Saya datang, dan minta izin pada Om, karena saya merasa saya perlu memperlihatkan diri saya. Bukan pacaran kucing-kucingan. Dan tanpa kejelasan, Om langsung menolak saya. Tapi maaf Om, penolakan om ini bukan akhir dari perjuangan saya untuk mengejar Celine. Saya tidak akan berhenti untuk mengejarnya, karena saya yakin dengan apa yang saya rasakan!" tekad Darren.

Sihar hanya bisa diam, di satu sisi dia sangat mengagumi keberanian juga kedewasaan pria yang ada di sampingnya itu. Dan dia bahkan sangat menghargai putrinya, yaitu datang ke rumah minta izin dengan sangat gentle di malam saat dia akan mengungkapkan cintanya. Lelaki seperti itu sangat tepat untuk Celine.

Hufff!!!! Sihar membuang napasnya dengan kasar.

"Mama, mana Celine itu? Temannya sudah lama menunggu!" panggil Sihar.

"Om?" ucap Darren, dia sangat bahagia. Itu terlihat ketika dia hampir bersorak dengan tangannya secara sembunyi-sembunyi.

"Ya, kalian bisa pergi menikmati malam minggu ke luar!" ucap Sihar.

Dengan senyum lebarnya, Darren menjawab, "Terima kasih Om," ucapnya.

Ya sudahlah, Celine juga masih teramat muda. Tidak mungkin cinta mereka langsung mengarah ke jenjang serius. Masih banyak waktu bagi Celine, batin Sihar.

Setelah pamitan, Celine dan Darren meninggal rumah kecil itu lalu pergi.

"Kenapa kamu datang ke rumah? Bukankah sudah aku katakan, tunggu di tempat biasa?" omel Celine.

Darren mengelus rambut Celine. "Kenapa harus diam-diam? Itu terlihat aku yang kekanak-kanakan."

"Tapikan, tahu sendiri Papa-ku sangat galak. Tadi dia sudah memarahimu!" sesal Celine.

"Selain menarik hatimu, menarik hati orangtuamu juga adalag tugasku. Dan lihat, aku berhasil kan?"

"Menarik hati? Maksudnya?" tanya Celine.

Dan Darren hanya tersenyum.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

-Di rumah Celine-

"Kenapa Papa tampaknya tidak menyukai teman Celine yang tadi?" tanya Ririn.

"Huuufff... Bukan Papa tidak suka dia, sekilas bisa dilihat kalau dia anak yang baik dan sopan. Tetapi dia berbeda dengan kita," jawab Papa.

"Berbeda seperti apa maksud Papa?"

"..." Sihar terdiam.

"Pah?" ulang Ririn bertanya.

"Papa tidak mau Celine akan sakit hati. Papa tidak mau dia akan di tolak, sama seperti apa yang Papa alami dulu saat mengejar Mama. Lihatlah penampilan lelaki itu, siapa pun bisa tahu kalau dia berasal dari keluarga yang berada, tidak seperti kita."

"Papa, terlalu berlebihan. Celine masih anak-anak, tentunya dia tidak akan langsung menikah juga. Apalagi saat ini dia masih kuliah, tentunya dia tidak akan langsung buru-buru ke jenjang pernikahan. Mama sangat tahu seperti apa Celine."

"Yah semoga saja Mah."

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

The Edge Restaurant.

Begitu mereka sampai, para pelayan itu langsung mempersiapkan makanan di meja yang sudah di tentukan. Yaitu, meja yang posisinya bisa melihat seluruh keindahan malam kota. Kerlap kerlip lampu yang menyinari kota itu.

"Hemp, kenapa sudah ada makanan? Semuanya makanan favoritku lagi," ucap Celine.

"Tadi sudah aku pesan dulu, sebelum kita ke sini," balas Darren datar. Dia terlihat sangat kikuk.

"Kenapa aku merasa kamu seperti banyak diam begitu? Apa masih marah dengan Papa-ku?"

"Bodoh! Tentu saja tidak, makan makananmu."

"Tapi aku gak bisa makan kalau kamu gak makan!"

Darren tersenyum, tentu itu adalah aksinya untuk menghilangkan rasa groginya. Hemmp, malam inilah penentuan hubungan mereka, apakah berlanjut atau tidak. Jadi wajar saja si pria gemetaran.

"Kenapa kamu berpeluh? Padahal di sini tidak panas lho!" kata Celine.