Chereads / Cinta yang (tidak bisa) Kutinggalkan / Chapter 9 - Ask for permission

Chapter 9 - Ask for permission

"Kenapa kamu sangat yakin kalau Bu Susan akan mendengarkan kamu?" tanya Celine.

Bagaimana tidak Celine terkejut, Bu susan itu terkenal dengan sikapnya yang sukit diajak kompromi dan begitu tegas, tetapi lelaki ini dengan sangat percaya dirinya mengatakan akan membantunya untuk mendapatkan izin tersebut. Apa pria ini biasa berbual sembarangan? Atau, ada hubungan apa antara dia dengan Bu Susan? batin Celine.

"Apa itu perlu dipertanyakan?" jawab Darren.

"Lupakan lah! Kamu tidak akan pernah serius," ketus Celine.

"Ha ha ha... Aku dan Susan itu berteman baik. Kami pernah satu sekolah saat SMA?"

"what?" Speechless Celine mengucapkan kata itu.

"Kenapa sampai terkejut seperti itu? Memangnya ada yang salah kalau kami itu teman SMA?" tanya Darren, ada nada kejengkelan dari ucapannya.

"Ya wajar saja aku terkejut, kamu dan Bu Susan itu teman semasa SMA, lalu berapa umurmu sekarang?" tanya Celine.

"Apa aku terlihat tua?"

"Ah, tidak begitu. Ya sudah kalau kamu tidak mau jawab, tidak apa. Aku per-"

"Umurku 26 tahun. Tidak tua kan?" jawab Darren percaya diri.

"26 tahun? Kamu sudah om-om, apa aku perlu memanggilmu om?"

"Hei, kita cuma beda 8 tahun, kenapa ingin memanggil aku 'om'?" ketus Darren. Kali ini dia benar-benar jengkel dibuat Celine.

"Ha ha ha... Biasa aja dong, tinggal mengaku saja kalau kamu tidak suka dipanggil om. Kenapa harus bawa-bawa perbedaan usia? Lagi pula apakah itu tidak jarak yang terlalu jauh?"

"Tidak, itu normal. Lihat banyaj saudara kandung yang bahkan perbedaan usia mereka sampai 13 tahun, lalu apakah mereka harus saling oanggil om dan tante?" tanya Darren.

"Baiklah, aku hanya bercanda. Jangan marah seperti itu, nanti kamu tidak akan tampan lagi lho ya," goda Celine.

Mendengar kata tampan itu berhasil membuat Darren tersipu sekali lagi. Konyol sekali sebenarnya, hanya karena sebuah pujian yang sudah biasa dia terima, sanggup membuatnya bahagia dan tersipu ketika gadis kecil ini yang mengatakan itu. Biasanya dia malah tidak suka dipuji tentang fisiknya.

"Aku masuk kantor dulu, kalau mau membantuku untuk mendapatkan izin dari Bu Susan silakan," lanjut Celine, dan sudah bersiap-siap membuka pintu.

"Terima kasih Om," lanjut Celine dan langsung berlari.

Dengan jelas Darren mendengar bunyi tawa Celine yang merasa bahwa dia berhasil menjahili dirinya. Tetapi Darren malah tertawa bahagia. Hingga sampai punggung Celine menghilang, dia batu menjalankan mobilnya untuk meninggalkan tempat itu.

Mungkin kencan pertamaku memang tidak ditakdirkan untuk menjadi indah, batin Celine sambil berjalan.

☘️☘️☘️

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah 3 bulan kedekatan yang terjalin di antara keduanya sejak pertemuan kala itu.

Kini, Darren juga Celine semakin dekat. Bahkan bisa dikatakan keduanya telah menjalin hubungan 'pendekatan' atau lebih sering disebut PDKT, yang artinya akan terciptanya suatu hubungan yang special. Kenyamanan lah yang membuat mereka bisa hingga ke tahap yang disebut proses pendekatan itu.

Tidak hanya melalui chat, tetapi keduanya juga sering jalan dan menghabiskan waktu bersama. Kedua orangtua Celine sudah sungguh penasaran kepada lelaki yang saat ini dekat dengan putrinya yang terkenal cuek dan tidak mau tahu tentang urusan pria. Itu terlihat saat adanya seorang pria saat Celine di bangku SMA kelas 3, datang ke rumah dan memohon kepada kedua orangtua Celine untuk membujuk putrinya agar membuka hati padanya.

Melihat aksi pria itu, Papa dan Mama Celine hanya bisa tertawa. Dan berulang kali kedua orangtua itu, menggoda putrinya. Mengatakan bahwa mereka akan kehilangan Celine-nya yang periang, dan akan segera dilamar oleh pria asing.

Saat itu, Celine hanya menganggapi dengan membalas godaan kedua orangtuanya, yang artinya dia memang tidak tertarik dengan suatu hubungan di masa itu. Tidak hanya pria itu, bahkan beberapa teman semasa kecil, juga teman-teman sekumpulan muda/i di gerejanya mendekati Celine. Tetap tidak mampu melumpuhkan keras hati Celine tentang cinta saat itu. Dan bahkan, saat dia mulai bekerja, ada jiga beberapa pria yag mencoba untuk mengejarnya, dan lagi, Celine membuat jarak untuk itu.

Yahh, orang yang sudah tertutup hatinya, memang akan sulit untuk menghancurkan pintu itu.

Di akhir bulan November di tahun itu, Darren mengajak Celine bertemu. Masih di tempat yang sama, yaitu The Edge Restaurant. Entah sejak kapan tempat itu sudah menjadi tempat favorit mereka.

"Malam nanti, aku akan menjemput kamu ya," ucap Darren.

"Okay, di tempat biasa ya!" pinta Celine saat dia hendak akan turun dari mobil Darren.

Tempat biasa itu adalah, depan pintu masuk perumahan Celine. Yang artinya, tidak dijemput sampai depan rumah.

Mengingat usianya yang baru saja 19 tahun, Celine berniat menyembunyikan hubungannya. Toh mereka juga tidak memiliki hubungan khusus, pikir Celine.

Malam sudah tiba, tidak tahu kenapa ada yang aneh dari perasaannya saat ini. Jantungnya berdetak kuat, padahal ini bukan yang pertama kalinya mereka pergi sekadar jalan bersama.

Saat Celine akan mengirim sebuah text pada Darren. Tiba-tiba di depan rumahnya terdengar bunyi suara mobil yang berhenti di depan rumah mereka.

Tidak lama setelah itu, bunyi suara ketukan pintu pun menyusul.

"Tok tok tok....!"

Mama, orang yang langsung berdiri membuka pintu itu. Di depan pintu, berdiri tegap seorang lelaki dengan pakaian smart casual khas pria itu.

Sebelum pria itu menyapa dengan keramahan yang ia miliki, Ririn, ibunya Celine langsung berbicara terlebih dulu.

"Maaf, cari siapa?"

"Selamat malam Tante, saya Darren teman Celine. Saya mau mencari Celine, kita sudah ada janjian soalnya," ucap pria berkaca mata itu, tidak lupa ia memberikan senyumannya sebagai bentuk keramahannya.

Sihar, yang saat itu juga sedang duduk di ruang keluarga kecil rumah mereka, langsung melihat ke arah pria itu sambil memperbaiki posisi kaca matanya, agar jelas melihat seperti apa rupa dari lelaki yang akan mengajak putrinya itu pergi.

"Huh!!!" Decak Sihar, tidak tahu apakah dia suka atau menolak. Karena lelaki paruh baya itu tidak mengatakan apa pun selain hanya berdecak.

"Emp, Celine ada. Duduk silakan masuk dulu, saya akan panggilkan Celine," ucap Ririn ramah.

Dari sudut lorong-yang bisa melihat jelas ke ruang tamu juga pintu-Celine mengintip, ia sangat khawatir tentang reaksi orangtuanya mengenai Darren.

"Ihhh, lelaki itu mau cari mati ya? Kenapa dia datang ke rumah, bukankah aku sudah katakan akan menunggu di tempat biasa? Apa tanggapan Papa ya? Dia izinkan tidak aku pergi jalan dengan Darren?" decak Celine khawatir. "Ya tentu sajalah Papa tidak akan mengizinkan. Terlebih lagi, dia tidak mengenal Darren," lanjut Celine berguman, ia menjawab sendiri pertanyaan yang ia lontarkan.

Saat Ririn pergi memanggil Celine, Sihar langsung mengambil kesempatan untuk mengintrograsi Darren.

"Mau ke mana kalian?" tanya dingin Sihar.