"Bagaimana kau ingin bertanggung jawab?"
Sontak Celine menganga mendengar perkataan Darren.
"Apa?" Celine memekik.
Namun, tidak lama ia pun kembali tersadar.
"Eh ... maaf, sa-saya keceplosan. Ehhh bukan, bukan seperti itu. Maksud saya, emp ... apa maksud dari yang anda katakan tadi!" ucap Celine setelah beribu kali memperbaiki ucapannya.
"Tidak ada maksud apa-apa! justru saya bertanya, Bu Celine ini mau bertanggung jawab seperti apa?" jawab Darren santai.
"Aku?" Celine menunjuk hidung mancungnya.
"He'um..., aku baik, kan? aku meminta pendapatmu dengan bertanggung jawab sesuai keinginanmu,"
Sial! baik apanya? dia sadar tidak dengan apa yang dia katakan? hal itu sama saja dengan membunuhku!! aku mana bisa menjawab! maki Celine dalam hati.
"Emp ... Pak Darren, anda sadar tidak, anda itu terlalu ahli dalam menekan seseorang. Jelas saja aku tidak bisa menjawab perkataan anda itu!!" tegas Celine.
Enak saja dia mau membuatku tenggelam dalam pilihanku sendiri! nanti aku memilih tidak bertanggung jawab, baru tahu rasa dia! umpat Celine.
"Kau itu sulit untuk dijelaskan, tapi aku suka!" ungkap Darren.
Deg!
Apa ... apa yang baru saja dikatakan lelaki itu? pada siapa perkataannya itu dilontarkan? tapi kenapa pipi tirus Celine yang jadi merona?
Gleg!!
Baru saja Celine ingin bertanya maksud dari perkataan pria itu. Darren sudah langsung berbicara.
"Temui aku di The Edge Restaurant weekend ini!" perintah Dareen, lalu ia pun langsung membuka pintu untuk Celine, tanpa ia beranjak dari kursi pengemudi.
Celine yang masih bingung itu melihat ke arah Darren, tetapi lelaki itu malah main mata dengan mengedipkan sebelah matanya.
Sumpah...! itu sangat manis, batin Celine.
Gadis polos itu bagikan terhipnotis oleh pesona pria yang ada di depannya itu. Ya mau bagaimana lagi, pesona yang di miliki pria itu terlalu mencolok dan tebal, wajar saja bagi Celine yang polos langsung terkagum-kagum.
Celine ke luar dengan ekspresi yang masih bingung, bahkan bisa dikatakan dia lebih mirip seperti berjalan bengong.
"Jangan lupa, sabtu ini temui aku di 'The Edge Restaurant', aku akan menunggumu di sana!" jerit Darren sebelum dia pergi.
"Fiuhhh!!! ada apa denganku? kenapa jantungnya mendadak tidak terkontrol? apa aku akan menjadi penderitaan penyakit jantung di usia mudaku?" ucap Celine sambil memegang dadanya.
"Apa aku perlu menjalani pengobatan secara intens pada dokter?" lanjutnya.
Sore hari~
Setelah pulang kantor, dengan sedikit terburu-buru Celine berangkat ke kampusnya.
Kali ini dengan terpaksa ia harus menggunakan alat transportasi umum ke sana.
"Huuuuu ... kalau aja motorku tidak rusak, tidak akan aku terburu-buru begini!" cibir Celine.
Wajar saja dia tidak menyukai situasi seperti ini, jika naik kendaraan umum, dia harus memakan waktu 2 kali lebih lama, atau bahkan bisa sampai 3 kali lebih lambat dari dia mengendarai motornya.
"Ini semua karena pria tampan tadi, ketampanannya tidak hanya membuat motorku ciut, aku rasa jantungku juga. Dia benar-benar sumber sialku!" lanjut Celine menggerutu, dia bahkan tidak sadar semua mata penumpang yang ada di dalam angkutan umum itu mengarah kepadanya karena dia berbicara sendiri sejak tadi.
Sial!!! tuhkan, aku mendapat sial lagi, pasti saat ini para penumpang ini mikirnya aku ini gila karena berbicara sendiri. Aduh, kenapa aku selalu menjadi aneh setiap kali mengingatnya!' batin Celine sambil menepuk jidatnya.
Tepat jam 17.35 dia pun sampai di kampus kebanggaannya. Ya walaupun itu bukan kampus impiannya, tepi Celine sangat menyukai kampusnya ini.
Sekilas kalau kita lihat, mungkin ini terlalu melelahkan untuk ukuran gadis belia sepertinya. Pagi harinya ia harus bangun lebih awal untuk pergi kerja, dan pulang kerja langsung harus kuliah. Berangkat dari rumah pukul 08.00 dan kembali rumah sudah hampir tengah malam-itu jika tidak ada hambatan- tapi dia terlalu menikmati semua yang ia tekad-kan itu.
Ada mimpi yang harus menjadi nyata, batinnya.
Kurang tidur sudah menjadi hal yang biasa baginya, tidak apa Celine ikhlas menjalani apa yang kini menjadi aktivitasnya itu. Ini pilihannya, dan dia harus bertahan dalam pilihan yang dia buat. Pastinya ada bayaran dari setiap apa yang dia pilih, tentu beserta dengan konsekuensi dari pilihan itu. Jika dia bertahan menghadapi konsekuensi itu, dia akan menjadi pemenang. Jika kalah, yahh ... itu tidak perlu dibahas.
Pukul 22.00~
Kini kelasnya telah selesai, waktunya untuk kembali dan tidur.
Eh ... tapi apa benar begitu dia sampai di rumah, dia bisa langsung tidur?
Tentu saja tidak, Celine seorang wanita yang sangat bodoh! tidak akan cukup baginya hanya mengulang sekali pelajaran yang diberikan dosennya. Dia perlu mengulangnya sampai dia bisa di bidang itu, hempp.
"Bagaimana aku akan pulang?" ucap Celine, dia lupa memberi kabar pada ayahnya untuk menjemputnya sehabis kelas. Inilah memang salah satu penyakit yang melekat pada Celine yaitu pelupa yang akut. Semoga saja suatu hari nanti Celine tidak lupa bagaimana hidupnya berjalan. Ha ha ha.
"Kalau aku menghubungi papa sekarang, pasti akan sangat lama menunggunya. Masih harus 45menit lagi," batinnya.
"Celine..., kau tidak pulang? di mana motormu?" tanya Cindy, bisa dibilang sahabat Celine, walau mereka baru bertemu dan kenalan.
"Emp ... motorku mogok dan tinggal ditempat kerja," jawab Celine cemberut.
"Lalu, apakah papa-mu akan menjemputmu?"
Celine menggeleng pelan. "Aku lupa menelepon papa tadi,"
"Ya Tuhan Celine, lalu bagaimana kau akan pulang?"
Sekali lagi Celine menggeleng. "Aku ini sudah sangat bingung loh ya, kenapa kau masih harus memojokkan aku?"
"Loh ya?" ulang Cindy. "Dapat dari mana kau bahasa itu?"
Gawat! kenapa aku mengikuti ucapan bodoh lelaki itu? pengaruh lelaki itu terlalu besar pada konsentrasi-ku, umpat Celine dalam hati.
"Eh Celine, pacarku sudah datang menjemputku. Terus kau bagaimana ini?" tanya Cindy.
"Tidak apa, pergilah. Kalaupun aku ikut dengan kalian, akan di mana aku di bonceng?" jawab Celine.
"Baiklah, maaf karena tidak bisa mengajakmu sekalian. Segeralah hubungi papa-mu, tak apa kalau menunggu sebentar," saran Cindy lalu mereka pun pergi.
"Yeah, people will come and go. And you will definitely be alone again!" ucap Celine.
"People will always come and go too. But, there will always be meaning behind a meeting and parting."
"KAMU....??" ucap Celine terkejut, melihat siapa orang yang tiba-tiba menyapanya.