18 tahun yang lalu
"perintahkan semua manajer untuk melakukan produksi sesuai design nya aku tidak mau ada kesalahan lagi, satu lagi aku tidak mau ada rumor lagi mengenai Isabel, pria itu harus menjauh dari putriku" ujar Gerald Winthrop memberi perintah pada PA nya Steven Juliandra. Mereka sedang berada di dalam mobil dari pesta formal di sebuah hotel berbintang. Steven mengangguk mengerti dan mencatat seluruh perintah bosnya yang duduk di sebelahnya.
"saya akan minta pengawalan ekstra untuk nona Isabel pak" balas Steven dan diberi anggukan oleh Gerald.
Tiba-tiba mobil mereka mengerem mendadak hingga Gerald hampir saja menabrak kursi di depannya.
"Ah, ada apa ni, kenapa kamu malah berhenti tiba-tiba?" hardik Stevan pada supir yang membawa mobil. Gerald menegakkan kembali tubuhnya sebelum akhirnya bertanya hal yang sama.
"maaf pak, tapi sepertinya saya menabrak seseorang" Gerald melebarkan matanya lalu melihat pada Steven yang sama terkejutnya dengannya.
"Steven coba periksa"
"baik pak" Steven dan supir itu langsung keluar dan langsung berjalan ke depan mobil. Suasana malam tidak begitu banyak lampu di jalanan yang sedang mereka lewati. Gerald mengawasi dari dalam mobil sebelum akhirnya Steven kembali melongok melewati kaca belakang mobil.
"pak, ada anak yang tertabrak mobil kita" Gerald mengerutkan keningnya. Ia pun mengangguk dan ikut keluar dari mobil. Gerald berjalan ke depan mobil dan melihat seorang anak dengan siku dan kepalanya berdarah akibat terserempet mobilnya tergeletak di jalan aspal. Gerald langsung menghampiri dan membalikkan tubuh anak itu. Terlihat ia sangat kumal dan tidak terawat sama sekali, tubuhnya kurus dan kulitnya pucat.
"kita bawa ke rumah sakit" ujar Gerald sambil menggendong anak kecil itu masuk ke dalam mobilnya. PA nya Steven mengikuti bos nya dan membukakan pintu. Gerald meletakkan anak kecil itu di kursi belakang dan Stevan duduk di samping supir mereka. Gerald langsung ke rumah sakit untuk membawa anak laki-laki yang masih pingsan itu.
Tiba di salah satu rumah sakit swasta, Gerald langsung memasukkan anak laki-laki itu ke ruang UGD. Karena ia tidak mengalami luka yang parah, anak itu bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Dan Gerald memerintahkan agar anak itu diberi kamar pribadi. Gerald tidak jadi kembali ke rumah dan malah duduk di sofa samping ranjang anak itu. Steven, PA Gerald Winthrop menghampiri setelah menyelesaikan administrasi rumah sakit.
"cari tau identitas anak ini" perintah Gerald sambil melipat kedua lengannya.
"baik pak" jawab Steven setengah menunduk.
"James...kak" gumam anak itu mengingau pelan. Gerald yang masih duduk akhirnya berdiri dan mendengar lebih jelas sebuah nama disebut. Ia memandang Steven dan tidak memberi ekspresi apapun kecuali bertanya dengan pandangannya, siapa James?.
Keesokan harinya ia kembali ke rumah sakit namun sebelum masuk ke ruangan, PA nya Steven memberikan laporan tentang identitas anak tersebut.
"kamu sudah dapat?"Steven mengangguk dan memberi sebuah dokumen pada Gerald.
"maaf pak, anak itu ternyata..." Gerald mengerutkan kening pada asisten nya yang berhenti bicara ragu untuk melanjutkan. Ia tetap menunggu Steven menyelesaikan penjelasannya.
"dia putra Wilda Gotardo pak" Gerald sedikit melebarkan matanya.
"cucu Abimayu Gotardo?"
"benar pak" jawab Steven sambil mengangguk. Gerald melihat dokumen yang dibawa Steven dan semua yang dikatakan nya benar.
"Wilda Gotardo Kim...jadi dia putra Kim MinJeong alias Micheal Kim" Gerald menutup dokumen dan memberikannya pada Steven.
"apa yang terjadi?" tanya Gerald makin mendekat pada Steven.
"dia bukan putra resmi, Wilda hanya istri kedua, pernikahannya tidak pernah diakui" Gerald mengangguk mengerti
"dan putraku tau semua itu?" Steven mengangguk. Gerald menelan ludah pahitnya berkali-kali.
"kita ke panti asuhan tempat dia di asuh, sekarang" ujar Gerald tiba-tiba memberi perintah.
"baik pak" Gerald langsung berbalik berjalan ke arah keluar rumah sakit dan tidak jadi melihat anak lelaki yang ia selamatkan. Gerald menuju mobil dan beberapa pengawalnya mengikuti ke sebuah panti asuhan. Sampai di mobil, Steven duduk di sebelah bosnya dan masih menjawab beberapa pertanyaan mengenai anak lelaki tersebut.
"lalu siapa James?" tanya Gerald ketika mobil sudah melaju setengah jalan
"ada seorang anak di panti asuhan yang sama bernama James" Gerald menoleh pada PA nya.
"dia punya kakak?" Steven menggeleng
"menurut hasil yang kami dapat, mereka hanya berada di satu panti asuhan yang sama, James sudah diambil orang tua asuhnya seminggu lalu, kemungkinan besar ia ingin mengikuti temannya itu sebabnya dia lari dari panti asuhan" Gerald mengangguk.
Tak berapa lama mobil itu pun tiba di depan sebuah rumah yang agak masuk ke dalam sebuah perkampungan. Rumah itu agak jauh dari beberapa rumah di sekitarnya. Gerald turun dari mobil dan sebuah mobil yang berisi pengawalnya juga ikut turun. Sambil memperbaiki jasnya, Gerald masuk bersama pengawalan beberapa orang ber jas hitam. Ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat beberapa anak-anak kecil dan balita sedang bermain bersama. Mereka terlihat sangat lusuh dan kurus, tidak terurus sama sekali. Gerald tidak memandang lama pada anak-anak malang itu, tempat itu pun tidak bersih sama sekali lebih mirip gudang daripada rumah.
Gerald berjalan ke ruang kantor pengasuh dan langsung menemukan pemilik panti. Ia menyuruh pengawalnya untuk memegang pemilik panti mengikatnya dikursi dan menghajarnya beberapa kali.
"bawa anak-anak itu keluar" perintah Gerald dingin pada salah satu pengawalnya. Pengawal itu mengangguk sekali dan langsung keluar kemudian menutup lagi pintu kantor.
"katakan padaku dimana kamu menemukan anak yang bernama Arjoona" tanya Gerald berdiri di depan pemilik panti yang sudah kesakitan dipukuli oleh pengawalnya.
"aku gak tau anda siapa?' jawab pria itu sambil meringis kesakitan.
"tidak penting aku siapa, jawab pertanyaanku sebelum aku kehilangan kesabaran" ujar Gerald sambil mencekik leher pria tersebut. Pria itu akhirnya bicara setelah tidak tahan pada siksaan.
"seseorang membawa nya kemari waktu dia berumur 3 tahun, aku gak kenal siapa" Gerald melepaskan cekikannya.
"ambil file nya" perintah Gerald dan Steven mulai mengacak acak dokumen di kantor itu.
"ambil juga punya James" Steven mengangguk dan setelah menemukan kedua dokumen ia pun menyerahkannya pada Gerald. Gerald yang menerima langsung memeriksa dan mulai menginterogasi lagi.
"siapa James?" Pria itu masih terengah sebelum menjawab.
"dia seperti kakak bagi Joona, Dastan James Harristian, aku kasih mereka nama belakang yang sama" Gerald memandang pemilik panti dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
"Arjoona dan James Harristian, mereka tidak ada hubungan darah?" pemilik panti itu menggeleng.
"lalu kemana James sekarang?" tanya Gerald lagi.
"dia sudah ada yang mengasuh"
"siapa?"
"data nya ada di laci itu" ujar pemilik panti lagi. Steven pun mengambil dokumen yang dimaksud dan memberikannya pada bosnya.
"bersihkan tempat ini, berikan semua anak pada dinas sosial, dan dia...singkirkan dengan rapi" perintah Gerald sambil berbisik. Gerald pun keluar dengan dokumen ditangannya bersama teriakan kecil dari bekapan mulut dan jeratan tali di leher yang dilakukan oleh Steven Juliandra dengan dingin. Seorang pengawalnya membekap mulut sementara Steven yang memakai sarung tangan kulit menjerat leher pemilik panti itu hingga ia tidak bisa bernafas dan mati. Setelah memastikan jika ia tidak lagi bernafas, Steven melemparkan ujung tali panjang yang menjerat leher pemilik panti ke salah satu pengawal yang kemudian menyambutnya dan melempar lagi tali itu keatas kayu plafon diatas kepala mereka.
Dua orang lagi menarik seluruh beban tubuh pemilik panti hingga tergantung seolah ia bunuh diri. Setelah terlihat rapi, Steven meletakkan kursi di bawah kakinya dan mendorong hingga kursi itu jatuh.
"bersihkan jangan ada bukti" perintah Steven pada pengawal-pengawal itu.
"baik pak" Steven pun keluar menyusul bos nya di mobil. Setelah semua hal di bereskan oleh Steven, mereka pun kembali ke rumah sakit. Sebelum masuk ke ruangan rawat Arjoona, Gerald memberi perintah baru pada Steven.
"cari tau orang tua asuh James Harristian, laporkan padaku dalam dua jam, satu lagi sediakan sebuah rumah dan pengasuh wanita yang bisa merawat anak umur 10 tahun"
"baik pak" Gerald pun membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan rawat itu menemui seorang anak kecil yang sudah duduk di atas ranjang sedang menghabiskan makan siang nya dengan lahap. Gerald tersenyum manis ketika melihat Arjoona yang tiba-tiba berhenti makan begitu melihat Gerald. Gerald duduk di pinggir ranjang dan memandang anak itu sambil masih tersenyum.
"bagaimana keadaan kamu?" tanya Gerald dengan suara lembut. Arjoona mengangguk dan tersenyum.
"baik pak" Gerald pun mengangguk
"siapa nama kamu?"
"Arjoona Harristian" Gerald mengangguk lagi. Meski ia sudah tau nama Arjoona tapi ia masih bertanya.
"kenapa kamu lari dari panti asuhan?" tanya Gerald dan Arjoona menunduk.
"aku mau ketemu James" jawab Arjoona polos
"siapa James?"
"kakakku"
"jadi kamu punya kakak?" Arjoona menggeleng
"bukan kandung, tapi dia kakakku, saudara angkat" Gerald mengangguk lagi dan masih tersenyum.
"mulai sekarang, kamu akan tinggal dibawah pengawasanku, apa kamu bersekolah?" Arjoona menggeleng.
"kalau begitu setelah keluar dari rumah sakit aku akan mendaftarkanmu di sebuah sekolah, sepertinya kamu anak yang cerdas" Arjoona hanya menunduk.
"namaku Gerald Winthrop, senang berkenalan denganmu Arjoona Harristian" Arjoona tersenyum.
"aku berhutang budi padamu pak, apa yang harus aku lakukan untuk membayarnya?" Gerald mengangkat alisnya lalu tersenyum. Arjoona terlihat seperti anak yang sangat sopan.
"nanti akan aku pikirkan, sekarang habiskan makan siangmu, setelah ini kita akan lihat apa kamu sudah bisa keluar dari rumah sakit, aku punya kejutan untukmu" Arjoona mengangguk. Gerald pun membelai rambut Arjoona beberapa kali sebelum membiarkannya meneruskan makan siangnya.
Keluar dari ruangan Arjoona yang sudah beristirahat, Steven kembali menghampiri bos nya.
"pak saya sudah mendapatkan informasi tentang James" Gerald menyampingkan tubuhnya menghadap Steven.
"James diasuh oleh pasangan suami istri Subrata lalu mereka menjual anak itu ke salah satu jaringan mafia Italia, sekarang kita tidak tau dimana dia, kemungkinan besar dia sudah tidak lagi berada di Indonesia" Gerald menghela nafas dan mengangguk.
"sembunyikan ini dari Arjoona, kita anggap saja James sudah tiada, dan untuk pasangan suami istri itu, masukkan mereka ke penjara dengan sangat lama" Steven mengangguk mengerti sebelum akhirnya mengikuti bos nya keluar dari rumah sakit.
Arjoona baru bisa keluar dari rumah sakit keesokan harinya setelah melewati serangkaian tes yang memastikan tidak ada luka dalam. Ia dibawa oleh Gerald Winthrop ke sebuah rumah sederhana tapi sangat nyaman dengan pakaian baru yang dibelikan Gerald padanya.
Turun dan berdiri di depan teras rumah, Arjoona melihat ke kanan dan kiri hingga seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
"Arjoona perkenalkan ini pengasuh kamu, namanya ibu Marina" Arjoona memberi salam dengan menundukkan kepalanya. Wanita itu tersenyum dan langsung menyukai Joona. Gerald lalu berlutut dan memegang kedua lengan Joona.
"mulai sekarang, ini rumah kamu, kamu akan tinggal dan bersekolah seperti anak lainnya, tumbuhlah dengan baik dan jadilah anak yang pintar, aku akan mengunjungimu sebulan sekali" ujar Gerald sambil tersenyum.
"terima kasih pak" Gerald masih tersenyum dan mengucek kepala Arjoona. Ia lalu berdiri dan menghadap wanita pengasuh Joona.
"jaga dia, apapun kebutuhannya katakan saja" wanita bernama Marina itu hanya mengangguk sambil tersenyum. Gerald akhirnya pamit dan pergi dengan mobilnya. Arjoona kecil memberi lambaian tangan pada penyelamat hidupnya Gerald Winthrop sebelum ia pergi.
Semenjak saat itu, Marina mengurus Arjoona selayaknya anak sendiri. Ia sendiri tidak menikah dan tidak memiliki keluarga sehingga hanya Arjoona lah yang menjadi anak angkat nya. Marina sendiri meninggal sesaat setelah Arjoona memperoleh double degree magister nya di umurnya yang ke 24 tahun.
Karena pertolongan Gerald dan asuhan Marina, Arjoona tumbuh menjadi pemuda normal tanpa kekurangan apapun. Ia tidak kaya dan tau persis siapa dirinya. Arjoona sudah bekerja sampingan sejak masih remaja dan musik hiphop yang mulai dikenalnya gara-gara tidak sengaja mendengar album milik rapper Nas, It Was Written di jalanan. Sejak saat itu, Arjoona mengembangkan bakat musik hiphop dan kemampuan rap nya dengan menulis beberapa bar dan lirik lagu. Di umurnya yang 14 tahun ia mulai tampil di pentas sekolah dan sejak saat itu ia memiliki kepercayaan diri untuk tidak lagi minder di hadapan banyak orang.
Ia menjalani dua kehidupan yang bertolak belakang, seorang rapper dimalam hari dan insinyur di siang hari secara bersamaan dengan baik. Dan itu terus terjadi hingga ia diminta Gerald untuk mulai berkarir di perusahaannya, berawal dari staf teknik biasa Arjoona melesat menjadi kepala divisi yang membawahi ratusan pekerja di pabrik produksi peralatan elektronik milik Winthrop.
Pesonanya semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia. Kini ketika ia berumur 28 tahun punya karir bagus meski tidak memiliki uang berlimpah tapi Arjoona sudah hidup mandiri dan cukup mapan. Ia mulai jadi rebutan beberapa perusahaan kompetitor Winthrop dan yang membuatnya bertahan hanyalah rasa terima kasihnya pada Gerald yang tidak akan bisa ia bayar seumur hidup. Selain juga karena lingkungan kerja di Winthrop yang sangat menyenangkan bagi Joona.
18 Tahun Kemudian
Kini Arjoona duduk berhadapan dengan Gerald Winthrop yang memandangnya lekat menunggu jawabannya. Arjoona tidak menyangka jika ia harus membayar hutang budinya saat ini.
"apa gak ada cara lain aku bisa membayar selain harus menikahi cucu bapak?" tanya Arjoona masih belum menyerah. Gerald tersenyum
"Arjoona apa aku pernah meminta sesuatu dari mu selama ini?" Gerald balik bertanya. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Joona.
"Arjoona jika bukan karena aku sangat khawatir pada Claire aku gak mungkin minta bantuan kamu seperti ini, aku tau kalian seperti air dan api tapi aku tidak punya pilihan" Arjoona mendengus kesal. Ia tidak tau harus menjawab apa.
"pak, tolong jangan paksa aku menikah dengan Claire" Gerald kembali menyandarkan punggungnya di kursi.
"begini saja, kalian tanda tangani surat nikahnya lalu terserah kalian mau tinggal bersama atau tidak, Claire butuh surat nikah itu agar ia bisa dilegalkan menjadi pewaris tunggal Winthrop secepatnya" Arjoona mengerutkan keningnya.
"apa itu syarat surat wasiatmu?" Gerald mengangguk
"mengapa bapak malah membuat wasiat seperti itu?" tanya Arjoona heran
"agar orang seperti Keith tidak bisa mengambil apapun dari cucuku, jika dia tidak menikah dia dianggap tidak layak memimpin dan perusahaan bisa jatuh ke tangan putriku Isabel itu artinya Keith bisa menguasainya dengan mudah" Arjoona membuang pandangannya.
"aku mohon Arjoona, Keith sudah menguasai mansion kami di Inggris jika Claire tidak menikah dalam waktu dekat dia juga akan datang kemari dan menguasai pabrik ini dan ketika saat itu tiba, kamu pun akan disingkirkannya" tambah Gerald lagi.
"mengapa dia bisa berkuasa tapi kan bapak pemilik Winthrop?" Gerald menghela nafas dan menunduk.
"Winthrop bukan perusahaan tunggal, kepemilikannya adalah kolektif, beberapa anggota keluarga Winthrop memiliki kepemilikan yang sama denganku hanya mereka memilihku menjadi pimpinan, Keith berhasil memanipulasi beberapa anggota keluarga yang menjadikan nya kini wakil mereka, aku tau dia menyelewengkan banyak uang"
"jalan satu satunya adalah mengangkat keturunan ku menjadi pewaris, masalah nya adalah Claire dianggap belum matang dan dia membutuhkan pendamping agar bisa mengambil keputusan dengan baik" tambah Gerald terus meyakinkan Joona.
"lalu kenapa bukan Louis saja, memangnya dia tidak bisa menjaga Claire?" Gerald menaikkan alisnya melihat Arjoona.
"kamu sudah bertemu dengan Louis kan, apa dia lelaki baik?" Arjoona mendengus dan melipat kedua lengannya di dada.
"dia brengsek, aku ingin sekali menghajarnya" jawab Arjoona membuang pandangannya.
"see kamu sendiri gak menyukai dia, bagaimana aku bisa mempercayakan dia untuk menjaga cucuku, dia sendiri bahkan tidak bisa setia, dia player" Arjoona memajukan bibir bawahnya sambil mengangguk pelan.
"tapi..."
"bacalah kontrak nya dulu, tolong pikirkan lagi" Gerald menyodorkan sebuah dokumen kontrak perjanjian pernikahan di depan Arjoona. Ia melihat lagi pada Gerald yang mengangguk padanya.
Arjoona hanya bisa mendengus dan menengadahkan kepalanya lalu meremas rambut belakangnya. Ia masih memandang dokumen yang ada di depannya dan berfikir.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?