Arjoona masih bernafas sedikit terengah sambil mengurut tekuknya mencoba menenangkan diri. Ia tidak mengindahkan David yang masih berdiri penasaran dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.
"lebih baik abang pulang aja hari ini, biar pekerjaan abang aku yang selesaikan," ujar David menawarkan bantuannya. Arjoona menengadah melihat David yang berdiri disampingnya sambil tersenyum
"gak apa Vid, gue gak apa, lo bisa terusin aja kerjaan lo," David hanya diam memperhatikan Joona.
"abang yakin?" Arjoona mengangguk pelan. David pun tidak ingin memaksa, ia akhirnya keluar setelah beberapa saat memandang Arjoona. Arjoona masih duduk di kursinya dengan kedua lengannya berada di lutut. Ia mengusap wajahnya beberapa kali dan mengingat sesuatu dari masa lalunya.
Ia teringat saat ia melamar Dessy kekasihnya hampir setahun lalu. Arjoona yang begitu percaya diri jika Dessy dan keluarganya akan menerimannya datang melamar ke orang tua Dessy, dua bulan sebelum mereka putus. Tidak ada seorang pun yang tau termasuk Claire bahwa Arjoona merupakan cucu angkat Gerald Winthrop dari sejak berumur 10 tahun.
Begitupun ketika ia datang melamar, orang tua Dessy mengira ia adalah yatim piatu miskin. Mereka langsung bersikap sinis dan menolak lamaran Arjoona. Kini setelah hampir satu tahun ia mencoba melupakan rasa sakit karena ditolak dan juga setelah Dessy kekasihnya ternyata berselingkuh di belakangnya dengan pria yang lebih kaya, Arjoona malah dilamar oleh orang kaya. Salah satu pengusaha paling kaya di Inggris menjodohkannya dengan cucunya yang merupakan pewaris tunggal seluruh kekayaannya.
Arjoona menghela nafas berat dan mengerutkan keningnya. Ia sesungguhnya tidak ingin dianggap sebagai pria pencari kemewahan dengan menikahi gadis kaya. Hal itu pasti akan disematkan padanya jika orang-orang tau ia menikahi Claire Winthrop.
"gak, gue gak bisa nikahin dia," gumam Arjoona sambil menggeleng.
RUANG CEO, WINTHROP ELECTRONICS
Louis masih berdiri dengan kesal sementara Claire tengah merayu nya agar ia tidak marah lagi.
"aku gak akan nikah sama cowok lain, beneran" ujar Claire sambil memegang lengan Louis mencoba menenangkannya.
"tapi kamu dijodohin sama orang lain, sama aja," sahut Louis dengan nada tinggi. Ia mengibaskan tangannya ke udara. Claire meringis mencoba terus merayu Louis.
"aku menolak perjodohan itu," Louis tidak mau mendengar penjelasan Claire.
"aku tau kakek kamu gak pernah suka sama aku, tapi ini..." Claire mendekati Louis lagi dan memeluknya dari belakang menyandarkan pipinya dipunggung kekasihnya.
"aku akan bicara sama kakek, tolong jangan marah," Louis menghela nafas berat dan berbalik melihat Claire.
"sama siapa kamu dijodohin?" tanya Louis dengan pandangan serius. Claire terdiam dan ragu apa dia harus menjawab atau tidak. Tapi jika ia tidak bicara Louis akan terus bertanya atau mencari tau sendiri.
"aku gak kenal cowok itu, cuma kakek yang tau," Louis mengerutkan keningnya
"gimana caranya kamu nikah sama orang yang kamu gak kenal," Claire menyengir dengan rasa bersalah.
"ini cuma pernikahan kontrak dan gak lebih dari dua tahun," Louis mendengus
"kenapa kamu gak nikah sama aku aja, kalo tujuannya supaya kamu punya pendamping, aku bisa jadi suami kamu" Claire tersenyum bahagia dan memeluk Louis.
"aku juga pengennya nikah sama kamu sayang, makanya aku mau bicara sama kakek soal ini, kamu sabar ya," Louis memalingkan wajahnya dan membiarkan Claire tetap memeluknya. Ia menyengir sinis melihat kepala Claire di dadanya.
Keesokan harinya, ayah tiri Claire Winthrop, Keith Barnett tiba di lobi Winthrop Electronics dengan gagahnya. Ia berencana hendak melihat putri tiri nya yang menjadi CEO di salah satu perusahaan elektronik terbesar di Asia itu. Senyuman misterius nya mengiringi langkahnya untuk masuk ke dalam kantor perusahaan itu.
Ia langsung menuju ruangan CEO untuk menemui putrinya. Tidak ada pemberitahuan apapun tentang kedatangannya di perusahaan itu. Namun demikian, ia melangkah dengan percaya diri dan tidak takut sama sekali.
"Hello CEO yang cantik," sapa Keith begitu masuk tanpa mengetuk. Ia tersenyum manis pada Claire yang sedang menelpon. Claire langsung membalas senyuman dan memutuskan sambungan telponnya.
"hi Pa..." sapa Claire langsung memeluk ramah sang ayah. Keith memeluk Claire sambil menaikkan tubuh Claire.
"apa kabarmu sayang, aku merindukanmu" ujar Keith masih dengan senyuman manisnya. Claire dengan setengah memeluk hanya mengangguk.
"papa bersama mom kemari?" tanya Claire sambil membawa ayahnya ke sebuah sofa.
"tidak, mommy mu sedang berlayar dengan teman-temannya," Claire tersenyum tipis. Ibunya selalu seperti itu terlalu sibuk untuk urusan yang tidak penting.
"kenapa papa tidak bilang jika mau kemari?" Keith masih tersenyum dan membelai pipi Claire
"kejutan, papa ingin memberi kejutan untukmu" Claire tersenyum lebar, ia merasa tersanjung pada perhatian ayah tirinya.
Keith adalah pria yang selalu berusaha memanjakan Claire. Sebelum ia menikah dengan Isabel Dickson yang merupakan menantu dari Gerald Winthrop, ia sudah mendekati Claire yang akan menjadi anak tirinya. Gerald tidak bisa menghalangi Isabel menikah dengan pria asing itu pada akhirnya. Ia berhasil mendapatkan kepercayaan Isabel dan beberapa anggota keluarga Winthrop. Isabel bahkan menyerahkan pengurusan komplek mansion milik almarhum suaminya Vincent Winthrop pada Keith setelah menjadi suaminya. Dan peran Keith yang terlalu besar membuat Gerald semakin kuatir, ia tahu benar membaca orang lain. Menurutnya Keith adalah seorang psikopat yang pintar menyembunyikan emosinya dan berencana merebut semua milik Claire nantinya.
Setelah berbasa basi beberapa menit, Claire mengajak ayah tirinya untuk ikut dengannya makan siang bersama sang pacar, Louis Pradipta Olsen. Keith menyambutnya dengan sangat baik. Ia menyukai Louis yang menurutnya sangat cocok untuk Claire. Claire juga ikut mengajak sahabatnya Kenanga Rinjani yang sudah mengenal Keith sebelumnya sebagai ayah tiri Claire.
Mereka berempat akhirnya makan disebuah restoran dan pub di pusat kota. Saling bercerita dan bercanda, mereka benar-benar menikmati makan siang. Sementara di sudut lain, Arjoona sedang bersama Gentala Samudra, DJ nya di klub hiphop sedang membahas proyek musik yang akan mereka kerjakan. Gentala membutuhkan bantuan Arjoona sebagai songwriter untuk memproduseri lagu bagi seorang penyanyi solo baru yang akan debut.
Tidak ada yang menyadari Arjoona di restoran itu berdua bersama Gentala sedang asik berdiskusi hingga mata Kenanga menangkap sosok yang sepertinya ia kenal. Kenanga lalu menyikut pelan lengan Claire untuk menoleh ke samping dua meja dari mereka.
"kayaknya itu Arjoona ya," Claire mengerutkan keningnya
"ah gak mungkin dia disini," bantah Claire masih tidak mau melihat ke sampingnya.
"kenapa gak ini kan tempat umum" Kenanga berbisik masih sesekali menoleh mencuri pandang. Claire hanya mengangkat bahu tidak perduli dan lebih memperhatikan pembicaraan ayah tirinya dan Louis tapi Kenanga masih terus bicara soal Arjoona.
"Claire kalo diliat-liat Arjoona ganteng juga ya, kesannya seksi dominan gitu," bisik Kenanga mencoba menggoda Claire. Claire sendiri malah mengerutkan keningnya mendengar Kenanga.
"gak salah, yang gitu dibilang ganteng" protes Claire
"eh liat dulu," ujar Kenanga agak memaksa. Claire menghela nafasnya dan menoleh ke samping dan melihat Arjoona tengah tersenyum sedikit tertawa berbicara dengan teman yang duduk di depannya. Claire belum pernah melihat senyuman Arjoona sejak pertama bertemu dan langsung terlihat lesung pipi nya yang sangat kentara menjadikan Claire sedikit terkejut. Kenanga hingga menaikkan alisnya melihat reaksi Claire. Claire hanya menanggapi dengan menggeleng sambil mengerutkan keningnya.
Kenanga yang masih mencuri-curi lihat pada Arjoona untuk menggoda Claire dipergoki Gentala yang kemudian membalas senyuman dan memberitahu Arjoona bahwa ada yang sedang memperhatikan mereka. Begitu Arjoona ikut berpaling kebetulan Claire juga ikut berpaling dan senyuman Arjoona pun hilang.
Keith secara tidak sengaja memperhatikan Claire yang melihat pada seorang pria di beberapa meja dekat mereka. Ia pun melirik sejenak siapa yang dibisiki oleh Kenangan pada Claire dan Keith mengerutkan keningnya. Siapa pria itu?
Arjoona membereskan dokumen kontrak materi lagu yang sedang ia diskusikan ketika ia tidak sengaja berdiri dan menabrak seorang tamu yang akan berjalan melewati mejanya.
"ah maaf..." Arjoona yang menunduk memberekan kertas berserakan tercekat begitu melihat siapa yang menabrak nya tidak sengaja.
"oh hai Joona" sapa Dessy yang ternyata sedang menggandeng kekasihnya ketika akan melewati Joona dan tak sengaja menyenggolnya. Arjoona tidak menjawab dan hanya tersenyum tipis. Sebuah kertas masih tertinggal dan sepertinya Dessy sengaja menginjaknya. Gentala yang melihat mengerutkan keningnya.
"aku gak tau ternyata kamu disini, ini kan restoran mahal ya," Arjoona mengerutkan keningnya mendengar Dessy seolah sedang mengejeknya. Bahkan mantan pacarnya masih mengira jika Arjoona tidak punya uang. Gentala yang ikut mendengar juga menggelengkan kepala dan kesal.
"maaf kamu menginjak kertas ku," Dessy terlihat acuh dan pura-pura tidak tahu. Ia pun melihat kebawah dan ketika tau bahwa itu adalah coretan lirik lagu ia memutar heels nya hingga kertas itu sobek.
"oops aku gak tau, maaf" ujarnya menyengir jahat seolah merasa bersalah dan baru melepaskan kakinya. Gentala yang kesal langsung mengambil kertas itu dari bawah kaki Dessy dan memberikannya pada Arjoona.
"lain kali mata juga harus dipake untuk ngeliat jalan," sindir Gentala langsung berjalan melewati Dessy dan pasangannya. Pacar Dessy yang tersinggung pada kalimat Gentala menghadangnya sehingga hampir terjadi keributan.
"heh, apa maksud lo ngomong gitu!" hardik pacar Dessy sambil memegang kerah hoody Gentala, dan Gentala langsung menepis tangannya.
"ajarin cewek lo, gak usah sombong, punya orang diinjak kayak gitu" balas Gentala dengan nada tinggi. Arjoona yang melihat gelagat akan terjadi perdebatan langsung menghampiri Gentala dan menenangkannya. Claire dan semua orang di mejanya mulai melihat apa yang sedang terjadi.
"udah Gentala, ayo pergi" Arjoona setengah berbisik dan hendak mengajak sahabatnya itu untuk tidak meneruskan perdebatan. Tapi Dessy malah tidak mendinginkan suasana.
"temen kamu ternyata memang gak punya sopan santun ya Joona" ujar Dessy sinis makin menyiram bensin. Ia bahkan tidak melerai kekasihnya yang makin memprovokasi Gentala. Arjoona langsung berbalik pada Dessy dengan ekspresi kesal.
"jangan cari masalah denganku Dessy, lebih baik kamu urus aja mantan selingkuhan kamu, oh pacar kamu" ujar Joona dengan nada rendah lalu berbalik menarik Gentala yang tersenyum sinis mendengar kalimat Arjoona. Dessy langsung berubah jadi kesal dan marah begitu mendengar Arjoona mengejeknya seperti itu. Pacar Dessy masih mencoba memprovokasi tapi Arjoona dan Gentala tidak perduli, malah langsung keluar restoran.
"itu bukannya kepala divisi design yang sok hebat itu ya?" ujar Louis pada Claire yang berbalik melihat perdebatan Arjoona. Claire hanya menaikkan bahunya dan mencoba tidak perduli.
"kepala divisi design?, jadi pria itu bekerja di perusahaanmu sayang?" tanya Keith pada Claire. Claire hanya mengangguk pelan dan meneruskan menyeruput minumannya. Keith hanya mengangguk mengerti dan memandang Claire.
Mereka akhirnya meneruskan kembali percakapan yang sedang berlangsung sebelumnya. Tapi konsentrasi Claire yang sempat terpecah akibat perdebatan Arjoona sebelumnya tidak lagi kembali, ia terlihat hanya mengiyakan dan menggeleng jika ditanya. Claire tak lagi banyak bicara.
Kembali ke kantornya, Joona meneruskan pekerjaannya yang sedikit lagi hampir selesai. Ia memiliki tugas akhir mengawasi produk yang akan sedang diujicobakan sore ini. Setelah bersiap dengan laporan dan segala macam hal yang ia perlukan, Arjoona pun turun setelah dipanggil oleh ketua tim produksi dari walkie talkie nya. Arjoona sedang memperhatikan dan mencoba produk lemari pendingin smart dengan layar sentuh ketika seseorang memanggilnya.
"Arjoona" Joona pun berbalik dan melihat Gerald Winthrop telah berdiri di belakangnya agak jauh. Joona pun menghampiri, membuka sarung tangan dan googles khusus dari wajahnya.
"ya pak," jawab Arjoona tersenyum tipis.
"bisa kita bicara?" Arjoona melihat pada tim produksi
"sebenarnya kami sedang melakukan tes fitur pada produk baru, jadi bisa kita bicara nanti?" Gerald Winthrop tertawa, kini pegawainya malah menolak bicara dengannya. Belum selesai Gerald tergelak terdengar suara Claire di belakang memanggil kakeknya.
"kakek ngapain disini?" tanya Claire begitu melihat sosok kakeknya. Bersama Claire ada Keith dan Louis mengikutinya ke pabrik. Ternyata Claire sedang menunjukkan perusahaan Winthrop Electronics pada ayah tirinya.
Begitu Gerald melihat Keith, pandangannya langsung tidak menyenangkan. Dan Keith hanya menanggapinya dengan santai dan senyuman licik seperti biasa. Gerald tidak menyangka jika Keith bahkan sudah berada di Indonesia dan mengunjungi Claire. Sekarang hanya tinggal menunggu waktu hingga Keith bisa menguasai semuanya. Jika dia disini maka rencana Gerald menikahkan Arjoona dan Claire bisa dihalangi oleh Keith.
"apa yang kamu lakukan disini Keith?" tanya Gerald dengan nada ketus. Keith hanya tersenyum mencoba ramah.
"ah, dad aku hanya berkeliling, kebetulan putriku yang cantik ini yang mengajakku" jawab Keith dengan nada menyindir.
"jangan panggil aku dad, aku bukan ayahmu!" Keith hanya menaikkan alisnya dan menyengir lagi. Claire yang melihat telah terjadi ketegangan dan tidak ingin masalah keluarganya hingga dilihat oleh para pekerja pabrik. Ia akhirnya mencoba mengajak kakek dan ayah tirinya untuk keluar dari tempat itu dan bicara di luar.
"aku memang perlu bicara dengan kalian semua, Arjoona ikut aku sekarang" ujar Gerald lalu berjalan ke depan meninggalkan Claire dan Keith di belakang. Claire hanya melirik sebentar pada Arjoona lalu membuang wajahnya dan merangkul Louis yang memandang Joona dengan sinis. Keith yang baru bertemu dengan Arjoona hanya memberinya senyuman sinis dan langsung mengikuti Claire. Arjoona adalah orang terakhir yang berjalan di belakang mereka setelah memberikan kacamata dan sarung tangannya pada ketua tim produksi.
Gerald Winthrop berdiri ditaman belakang kantor setelah dikosongkan oleh pengawalnya agar tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka. Setelah semua berkumpul, Gerald langsung berbalik dan menarik lengan Joona yang berdiri paling belakang ke hadapannya.
"kalian semua tunggu disini, ayo Joona" ajak Gerald menyuruh Joona untuk ikut bersamanya. Keith dan Claire hingga mengerutkan kening tapi kemudian mencoba untuk sabar menunggu Gerald kembali.
Gerald membawa Arjoona ke sebuah jembatan kayu kecil diatas sebuah kanal kecil buatan.
"kamu mengembalikan kontraknya, apa kamu sudah memutuskan?" Arjoona mengangguk
"aku gak bisa menikahi Claire pak" Gerald menyandarkan punggung nya di pegangan jembatan sambil melipat kedua lengannya di dada.
"kamu tau apa yang aku tuntut kan Arjoona?" Joona melepaskan nafas berat.
"pikirkan masa depanmu Joona" Arjoona kembali menunduk dan berfikir. Ia terus berdiri dengan sebelah tumitnya mengetuk lantai kayu tempatnya berdiri. Ia sedang berfikir keras tentang nasib dan masa depannya jika ia setuju pada ide gila bos nya, Gerald Winthrop, pemilik Winthrop Corporation.
"apa tidak ada cara lain melindungi cucu mu, kenapa aku harus menikah dengannya?" protes Joona pada pria yang sudah berumur lebih dari 70 tahun itu. Gerald tersenyum dan mendekati Arjoona.
"tidak ada, aku pikir dia akan lebih aman denganmu" jawabnya santai sambil tersenyum. Arjoona makin kesal, ia mendengus berkali-kali.
"terlebih Keith sudah datang kemari, jika kalian tidak segera menikah maka dia akan memanipulasi Claire"
"pak, cucumu membenciku, aku pun tidak menyukai perempuan macam dia, bapak kan bisa menyewa bodyguard"
"aku perlu seseorang untuk mengawasi nya siang dan malam"
"kalau begitu suruh dia menikah dengan pacarnya, gampangkan?" Gerald memasang wajah serius pada Arjoona.
"aku tidak pernah bisa mempercayai Louis, dia bukan pria baik kamu tau itu, lagipula jangan lupa jika kamu berhutang budi padaku Arjoona Harristian" Gerald terus mengingatkan Arjoona pada hutang biudinya. Melihat Arjoona yang mulai resah Gerald mulai menyeringai senang.
"lagipula ini hanya pernikahan dua tahun, setelah Claire memimpin perusahaan maka kalian bisa bercerai, dan kamu akan mendapatkan setengah saham Winthrop Motors, aku pikir kamu akan senang berada di pabrik otomotif, bukankah itu impianmu Joona?" Joona menjilati bibirnya lalu berfikir sekali sebelum menarik nafas berat.
"Joona, jika kamu tidak menikahi Claire dan ia sempat menikah dengan Louis maka semuanya akan sia-sia, aku ingin kamu melindungi dan membimbing Claire, aku tau kemampuanmu, aku mohon, nak!" Arjoona makin tidak enak hati. Ia tau ia harus membalas begitu banyak hal pada Gerald. Jika bukan karena nya maka mungkin Arjoona sudah mati di panti asuhan itu.
"aku harus membayar hutang budiku padamu pak, setelah ini selesai, hutang budi ku selesai" Gerald mengangguk dan tersenyum. Arjoona ikut mengangguk.
"setuju" mereka pun bersalaman.
"aku akan tanda tangani kontraknya" senyum Gerald kembali mengembang.
"jadi dimana kontrak pernikahan nya?" tanya Joona lagi.
"kita akan tanda tangan setelah ini, ayo ikut" Gerald kembali mengajak Arjoona pada Claire, Keith dan Louis yang sudah menunggu.
"kakek darimana?" tanya Claire begitu melihat kakeknya sudah kembali. Gerald tersenyum dan membelai rambut Claire.
"hanya meluruskan beberapa hal" Arjoona terlihat memalingkan wajahnya tidak mau melihat pada siapapun.
"aku mengumpulkan kalian kemari karena ada yang ingin aku bicarakan," semua menyimak perkataan Gerald. Arjoona memilih berdiri agak di belakang Gerald.
"aku ingin memberitahukan kalian sesuatu terutama Claire, bahwa Claire akan menikah minggu depan dengan Arjoona Harristian" ujar Gerald dengan tegas. Claire, Keith dan terutama Louis terkejut hingga membuka mulutnya. Sedangkan Arjoona hanya menutup mata dan memalingkan wajahnya. Arjoona tidak tau akan secepat itu, Gerald tidak bilang padanya bahwa waktunya adalah minggu depan.
"tapi tuan Winthrop, aku dan Claire...anda tau kan kalo kami berpacaran?" sahut Louis protes dengan suara agak tinggi. Gerald sempat mendelik kesal pada Louis yang malah protes.
"kalian cuma pacaran dan bukan menikah, jadi kalian tinggal putus" Louis memandang tidak percaya dan ia menggeleng
"gak ini gak mungkin" Claire terlihat seperti hendak menangis. Sedangkan Keith melirik atas Arjoona dengan pandangan yang tidak bisa diketahui maksudnya.
"aku tidak butuh persetujuan siapapun, keputusan pernikahan Claire aku yang atur, jadi ini hanya pemberitahuan" Claire menggeleng dan mulai meneteskan airmata. Louis yang mulai marah memandang Arjoona dengan tatapan permusuhan. Ia tidak mengawali hubungan yang baik dengan Arjoona dan kini akan semakin buruk karena ternyata Arjoona lah yang dijodohkan oleh kakek Claire pada pacarnya itu.
Setelah belum bisa berbuat apapun pada keadaan, Louis pun langsung pergi tanpa mengatakan apapun sambil mengepalkan tangannya. Claire yang melihat Louis pergi hendak meraih tangannya namun Gerald lebih dulu menahan lengan Claire.
"Louis..." panggil Claire setengah menangis.
"sudah biarkan saja dia"
"tapi kek?"
"Claire, jangan membantah" Claire benar-benar sudah menangis. Arjoona berada dalam posisi yang sulit, ia terjebak pada konflik sebuah keluarga yang bukan keluarganya. Keith masih berdiri dan mencoba bersikap biasa saja. Ia lalu menoleh pada Arjoona dan tersenyum tipis.
"selamat tuan Harristian, aku harap pilihan tuan Winthrop benar" ujar Keith setengah mengolok sambil tersenyum sinis dan berjalan pergi.
"pa.." ujar Claire sambil menangis tapi begitu ia melihat Arjoona dibelakang kakeknya diam saja ia langsung mengamuk.
"dasar pengecut, kenapa kamu diam aja hah!" bentak Claire pada Arjoona. Gerald langsung menghalangi Claire yang terlihat seperti hendak menyerang Joona.
"Claire bersikap sopan, dia calon suami kamu" Arjoona langsung membuang muka mendengar kata-kata calon suami Claire Winthrop keluar dari mulut Gerald.
"gak, Claire gak mau nikah sama dia, lebih baik Claire mati!" teriak Claire kesal dan setengah terisak.
"kamu ngomong apa sih?"
"kamu Arjoona, kamu malah diam aja, kita udah sepakat gak akan menjalani pernikahan ini kenapa sekarang kamu malah setuju" Claire masih bersikap hendak menyerang dan menunjuk Joona dengan marah. Arjoona hanya diam saja, karena menurutnya tidak ada gunanya menghadapi wanita yang sedang marah, dia tidak akan mendengar penjelasan apapun.
"Claire, dengarkan kakek, kamu akan menikah dengan Arjoona apapun yang terjadi" Claire tetap menggeleng dan memohon.
"tolong kek, aku cintanya sama Louis, aku cuma mau nikah sama dia bukan dengan cowok lain" Gerald menggeleng
"satu saat kamu akan berterima kasih sama kakek, sekarang balik ke kantor kamu" Claire begitu kesal hingga menghentakkan lengannya dan langsung pergi. Gerald hanya menghela nafas dan menggeleng, ia lalu menoleh pada Joona di belakangnya.
"terima kasih Arjoona, sekarang aku yang berhutang budi padamu" Arjoona mengerutkan keningnya
"kenapa bapak begitu percaya aku akan melindungi Claire?" Gerald tersenyum
"karena kamu anak baik" jawab Gerald singkat
'dan karena aku harus menebus dosa putraku padamu' ujar batin Gerald. Arjoona hanya diam dan tidak memberi respon apapun. Gerald pun menyuruh Arjoona untuk kembali ke aktivitas bekerjanya semula.
PARKIRAN WAREHOUSE WINTHROP ELECTRONICS
"dasar brengsek, lo berani coba-coba ambil cewek gue!" teriak Louis tiba-tiba menyerang Arjoona di parkiran mobil ketika Joona hendak pulang. Ia ditarik lalu diberi sebuah tonjokan di wajahnya hingga Joona terjatuh ke belakang. Pukulan Louis lumayan keras, bibir Joona hingga berdarah.
"lo jauhin cewek gue!" teriaknya lagi mengancam. Beberapa orang mulai berkumpul dan menyaksikan. Arjoona yang sadar bahwa kabar ini tidak boleh tersebar mencoba bangun dan hendak menghadapi Louis agar ia tak banyak bicara. Namun Louis kembali menyerangnya.
"sini lo, hadapin gue secara jantan, jangan jadi banci lo!" ejek nya lagi dan hendak menyerang, kali ini Joona lebih mawas ia hanya menghindar pukulan tanpa membalas.
"gue gak ada urusannya sama lo!" balas Arjoona setengah berteriak.
"jelas ini urusan gue, dasar brengsek!" umpat Louis makin menyerang Arjoona. Tidak diam saja ia dipukuli, Arjoona pun akhirnya membalas. David lalu datang berlari dan melerai keduanya. Louis sendiri akhirnya dipegangi oleh petugas keamanan.
"udah bang... cukup bang!" ujar David setengah memeluk Arjoona dari depan. Arjoona sudah terlanjur marah dengan yang dilakukan Louis padanya.
"gue gak ada urusan sama lo, kalo lo mau protes elo ngomong sendiri sama Gerald Winthrop, ngapain lo datang-datang nyerang gue!" teriak Arjoona masih dipegangi oleh Louis.
"gue bakal bunuh lo kalo lo berani ambil punya gue!" mata Joona membesar
"oh, gue gak takut sama lo," balas Joona menantang. Keduanya masih seperti banteng hendak berkelahi ketika Claire datang dan merangkul lengan Louis agar tidak meneruskan perkelahian.
"Louis please jangan bikin keributan, tolong" ujar Claire memelas memohon pada Louis. Louis yang masih terengah akhirnya menghentakkan pegangan petugas keamanan padanya. Ia memandang Claire sekilas sebelum mengancam Joona lagi dengan rahang mengeras.
"urusan kita belum selesai" ancam Louis sambil menujuk pada Joona yang masih dipegangi David. Ia langsung menarik tangan Claire dari tempat parkir itu. Arjoona yang melihat calon istrinya ditarik pria lain hanya mendengus saja. Ia melepaskan diri dari pegangan David dan meraba bibirnya yang berdarah.
"abang gak apa?" tanya David dengan wajah cemas. Ia sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada Arjoona sebenarnya. Arjoona hanya menggeleng lalu berjalan mengambil ranselnya di tanah dan menuju mobil. Beberapa pekerja yang sebelumnya menyaksikan perkelahian itu hanya bisa memandang Joona yang tidak bicara apapun masuk ke mobilnya. David mencoba mengejar dan bertanya.
"bang, ada masalah apa tadi?"