"bang, ada masalah apa tadi?" tanya David sambil memegang ujung pintu mobil Arjoona. Arjoona masih mengelap ujung bibirnya yang berdarah dengan tisu sebelum menoleh pada David dan menjawab pertanyaannya.
"gue juga gak tau masalah dia apa" David mengerutkan keningnya
"bang, gak mungkin dia pukul abang kalo gak ada apa-apa" Arjoona menaikkan bahunya. Ia harus menghindari pertanyaan David. Arjoona dan Gerald sudah sepakat jika pernikahan nya akan dirahasiakan untuk orang luar. Tidak ada satupun pegawai di Winthrop yang boleh tau tentang pernikahan Arjoona dan Claire.
"Vid, gue harus pulang sekarang, gue perform nanti malam soalnya, sorry ya gue tinggal dulu" ujar Arjoona tersenyum tipis dan langsung masuk ke mobil. David memang agak curiga pada Arjoona tapi ia tidak mau memaksa Joona untuk mengakui. David akhirnya hanya mengangguk dan menutup pintu mobil sambil tersenyum.
Dalam perjalanan pulang, Arjoona terus berfikir apa yang harus ia lakukan dengan rencana itu nantinya. Apakah keputusannya benar atau dia sedang menjerumuskan dirinya pada masalah baru yang jauh lebih berbahaya?
Claire sendiri terus bersedih dan bingung harus berbuat seperti apa. Ketika kakeknya sudah mengambil keputusan tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu maka Claire tau bahwa sudah terjadi sesuatu. Ia sangat tidak menyangka kakeknya akan memaksanya menikah dengan pria yang sangat ia benci. Terlebih pria itu tidak bisa ia pecat sama sekali.
"Kek tolong jangan paksa aku nikah sama laki-laki itu, dia itu cowok brengsek kenapa kakek malah minta aku nikah sama dia" rengek Claire lagi pada kakeknya yang berada di kantornya. Gerald meletakkan dokumennya setengah melempar sebelum berbalik dan melipat kedua lengannya di dada.
"Arjoona itu pria baik-baik dan terhormat Claire, dia bahkan 100 kali lebih baik dari pacar kamu itu" jawab Gerald dengan nada kesal. Claire tertawa sinis
"kenapa sih kakek bela dia terus, siapa sih dia sebenarnya?" suara Claire mulai meninggi. Gerald berjalan mendekati Claire dan mengelus kedua lengannya.
"Claire, kakek sudah mengurus Arjoona sejak dia masih kecil, dia bagian lain dari kehidupan kakek"
"maksud kakek?" tanya Claire terkejut dengan kening berkerut
"dia cucu angkat kakek" Claire menggelengkan kepala tidak percaya. Gerald tersenyum
"kakek mengangkatnya dari panti asuhan saat berumur 10 tahun dan sejak saat itu kakek yang mengawasi ia hingga tumbuh dewasa seperti sekarang, percayalah Claire, pria ini ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin, dia akan membimbing dan melindungi kamu dengan baik" Claire mendengus mendengar penjelasan kakeknya.
"ah, kek, aku bisa jaga diri sendiri lagipula siapa sih dia, dia juga cuma anak miskin yatim piatu, apa kata orang-orang kalo aku nikah sama orang miskin kayak dia" balas Claire mengejek Arjoona. Gerald menggeleng dan menghela nafas berat.
"oh Claire sudah jangan membantah lagi lebih baik kamu mempersiapkan diri untuk pernikahan kamu minggu depan, dan putusin pacar kamu itu, kakek gak suka lihat dia" Claire sudah ingin menangis. Ia tidak bisa menentang kakeknya dan sangat mencintai Louis.
"kek..." panggil Claire lirih mencoba bernegosiasi
"no more negotiation, dan jangan menghina Arjoona lagi, dia tidak seperti yang kamu kira" Gerald kembali berbalik dan menuju mejanya mengambil dokumen yang sama. Claire yang tidak tau harus berbuat apa akhirnya menghentakkan kaki lalu keluar dari ruangan. Gerald hanya menghela nafas beberapa kali dan mengurut keningnya. Pernikahan Arjoona dan Claire tidak boleh gagal - pikir Gerald berkali-kali.
Namun sebelum ia bisa berfikir tenang, pintu kantornya kembali dibuka oleh Keith Barnett yang masuk tanpa diundang. Gerald kemudian berbalik dan langsung memasang wajah tidak suka pada Keith.
"Apa yang kau lakukan disini?" Keith tersenyum sinis sebelum mendekati sebuah sofa dan duduk.
"Aku mengerti yang sedang kau lakukan tuan Winthrop, kau mencoba menyingkirkanku" ujar Keith sambil tersenyum. Gerald berjalan mendekati Keith yang sedang duduk dan sudah melipat sebelah kakinya sambil menjulurkan sebelah tangannya di sofa.
"Kau mungkin bisa menipu Isabel putriku tapi kau tidak bisa menipuku" Keith lalu bangun dari sofanya sambil sedikit tertawa dan mengancing jasnya.
"Aku mencintai Isabel tuan Winthrop, kenapa kamu terus mengatakan jika aku sedang menipu" Gerald tergelak sambil mendengus sinis.
"Kau pikir aku percaya? Kau bisa menipu semua orang kecuali aku, aku tau siapa dirimu Barnett, dasar penjahat kelas teri" Keith tertawa dan memasukkan kedua tangannya dalam saku celana.
"Kau tidak akan bisa menyingkirkan aku tuan Winthrop apalagi dengan anak kecil seperti...hhmm Arjoona Harristian" balas Keith sambil mengejek. Gerald tersenyum sinis.
"jangan meremehkan anak kecil, dia bisa membunuhmu, ingat kata-kataku Barnett, Arjoona Harristian lah yang akan menyingkirkan mu dan lebih baik jika dia juga akan mengakhiri hidupmu" Keith mendengus mendengar kalimat Gerald yang menurutnya tidak masuk akal.
"Ah, aku akan menunggu saat itu, kecuali mungkin dia tidak akan menikah dengan Claire, aku dengar Claire membencinya" Keith mulai memprovokasi.
"Kau tidak akan berhasil Barnett, Claire akan menikah dengan Arjoona apapun yang terjadi, tidak ada yang bisa menghalangi apalagi dirimu" Gerald memundurkan langkahnya.
"keluar dari kantorku, dan jangan muncul dihadapanku lagi" Keith tersenyum dan berjalan pelan ke arah luar sebelum ia akhirnya berhenti dan mengejek Gerald lagi.
"selamat malam...dad" Gerald mengeraskan rahang dan menggeram mendengar Keith bicara seperti itu sambil membuka pintu dan keluar. Gerald benar-benar kesal dan marah, ingin rasanya ia segera membunuh Keith.
Louis Pradipta langsung keluar dan tidak memperdulikan Claire yang terus memanggilnya di parkiran mobil. Dan semua pertengkaran Claire dan Louis disaksikan oleh Kenanga, hanya saja ia tidak tau apa yang mereka perdebatkan.
"Lou...please jangan tinggalin aku kayak gini" ujar Claire sambil memegang lengan Louis. Louis memalingkan wajahnya dengan kesal.
"kapan aku bisa dihargai sama kakek kamu, selama aku jadi pacar kamu selama itu pula dia gak pernah anggap aku sama sekali" ujar Louis setengah berteriak. Claire masih terus mencoba menenangkannya.
"aku udah bicara sama kakek, aku masih punya waktu satu minggu untuk terus bicara sampe kakek membatalkan rencananya, please jangan pergi kasih aku waktu" Claire terus memohon agar Louis tidak meninggalkannya.
"udahlah Claire gak ada gunanya" Louis menghentakkan lengannya dan langsung masuk ke mobil sportnya dan meninggalkan Claire yang masih memohon padanya.
Kenanga yang berdiri jauh dan menyaksikan perdebatan itu tersenyum senang. Ini kesempatanku – pikir Kenanga sebelum membuka pintu mobilnya dan masuk. Ia berencana mengikuti Louis.
Louis ditemukan Kenanga sedang minum disebuah klub sendirian. Kenanga yang sudah mencarinya lalu menghampiri pria tampan itu.
"hi Lou, sendirian?" tanya Kenanga sambil duduk disebelah Louis. Louis hanya mengangguk.
"kamu kenapa, kok sedih?" Kenanga mencoba terus mendekat dan Louis hanya bisa menarik nafas berat.
"aku gak papa Kenanga" jawab Louis singkat lalu meminum birnya. Kenanga tersenyum dan mulai membelai lengan Louis.
"kamu berantem sama Claire ya?" Louis mengerutkan kening dan memandang Kenanga dengan tatapan bingung.
"kenapa Gerald Winthrop gak pernah bisa menghargai aku sebagai pacarnya Claire, aku gak pernah dianggap apapun sama dia"
"itu karena Claire gak hamil anak kamu" ujar seseorang tiba-tiba dari sebelah kiri Louis. Louis dan Kenanga terkejut sambil memalingkan wajah mereka dan Keith pun muncul sembari tersenyum pada Louis. Ia mendekati bar dan memesan sebotol bir yang sama dengan Louis.
"kalo kamu mau menghalangi rencana itu, kamu harusnya sudah bikin Claire terikat sama kamu" ujar Keith lagi sambil meminum birnya dan duduk di sebelah Louis.
"maksud om?"
"ah, kalian ini pacaran di abad berapa sih, apa kamu pernah berhubungan intim dengan Claire?" Kenanga yang mendengar langsung mengerutkan keningnya. Ada apa ini sebenarnya?
"Claire bilang dia cuma mau ngelakuinnya kalo udah nikah" Keith tertawa
"haha ah Lou, kamu benar-benar penurut, jadi kamu gak pernah minta hal itu sama dia selama ini"
"ada pernah beberapa kali tapi dia selalu menolak dengan alasan gak yakin, gak siap" Keith masih tertawa mengejek
"gadis seperti Claire kalo kamu gak ikat dia di ranjang dia akan lepas dari kamu, dia itu masih kuno biarpun gayanya sangat modern" lanjut Keith lagi santai. Louis masih memandang Keith dan mengerutkan keningnya. Sedangkan Kenanga diam saja melihat ayah tiri Claire malah menyuruh pacar anaknya untuk menghamili Claire.
"jadi aku harus gimana dong om?" tanya Louis mulai serius
"buat dia hamil, Gerald pasti gak punya pilihan selain menikahkan kalian berdua" Louis kembali memandang ke bar di depannya dan mengangguk.
"itu bukan ide jelek" jawab Louis mengangguk. Keith tersenyum
"tapi gimana kalo Claire menolak?" tanya Louis lagi dan menoleh
"rayu dia, masa gitu aja kamu gak bisa?" tantang Keith menyeringai jahat.
Kenanga melepaskan pegangannya pada lengan Louis dan mengigit bibirnya. Jika Louis menikah dengan Claire maka ia tidak akan memiliki kesempatan untuk memiliki Louis lagi.
Keesokan harinya, Arjoona dihampiri oleh Claire yang langsung masuk ke kantornya di lantai dua pabrik eletronik itu. Arjoona yang sedang menyelesaikan design di layar PC nya kaget begitu pintu ruangannya dibanting oleh Claire yang berjalan dan berdiri di depannya. Claire memakai baju dress satin tosca gelap dengan rok sangat pendek dan outer jas sepanjang roknya. Ia langsung melipat kedua tangannya dan membelalakkan matanya pada Arjoona yang tengah sibuk. Arjoona langsung melepaskan nafas berat begitu melihat Claire.
"batalin rencana pernikahan itu sekarang!" perintah Claire dengan ketus. Arjoona masih duduk kemudian membuka kacamatanya dan setengah melemparnya ke atas meja. Ia pun berdiri dan menghadapi Claire
"gak, aku gak mau" balasnya tanpa takut. Claire makin tersulut dan ia hendak mengamuk.
"kamu gak bisa nikah sama aku"
"kenapa gak" Claire mendengus kesal
"karena aku benci banget sama kamu dan karena aku udah punya pacar" Arjoona menghembuskan nafas lalu memajukan bibirnya berpura-pura berfikir.
"gampang tinggal putusin aja pacar kamu" jawab Arjoona seraya menaikkan bahunya santai.
"apa kamu bilang, kamu memang kurang ajar!" Claire benar-benar dibuat emosi oleh Joona.
"terserah kamu mau bilang apa yang jelas, kita akan nikah beberapa hari lagi"
"Arjoona, aku atasan kamu, jangan lupa itu, kamu benar-benar ga tau malu!" umpat Claire dan itu membuat Joona jadi kesal.
"kamu gak perlu ulang-ulang terus posisi kamu, aku tau kamu bos disini, tapi diluar kamu calon istriku, mengerti, so find a respect" tegas Arjoona dengan nada masih rendah. Ia menahan mati-matian agar tidak meledak dan berteriak pada Claire.
"Asshole, aku gak akan pernah mau nikah sama kamu" Claire mulai meninggikan suaranya dan menunjuk wajah Arjoona.
"batalin pernikahan nya sekarang atau kamu gak akan suka yang akan aku lakuin ke kamu Arjoona" ancam Claire masih menunjuk marah pada Joona
"aku gak akan batalin pernikahannya dan terserah kamu mau ngelakuin apa aku gak takut" Arjoona masih memandang dengan tatapan tajam yang sama. Tangan Claire mengepal dan hendak memukul Joona ketika pergelangan tangannya ditangkap Joona dengan cepat.
"jangan coba-coba memukulku Claire, aku tau yang kamu pikirkan" desis Joona mendekatkan wajahnya lalu menghempaskan tangan Claire. Claire tidak lagi bisa bernegosiasi dengan Joona tentang pernikahan itu, ia pun akhirnya berbalik dan Arjoona masih menegur Claire.
"jangan sampe ada yang tau tentang pernikahan kita, atau aku akan buat kamu malu, dan jangan pikir kamu bisa mengancam aku" ujar Joona lantang. Claire langsung berbalik dengan tatapan mata marah.
"kamu akan merasakan akibatnya, aku akan bikin perhitungan sama kamu Arjoona, dasar laki-laki brengsek!" umpat Claire marah lalu langsung membuka pintu ruangan Arjoona dan membantingnya. Ia langsung pergi dan turun dengan cepat berjalan kembali ke kantornya. David yang hendak ke ruangan Arjoona melihat CEO mereka baru keluar dari ruangan Arjoona dengan wajah marah. Entah apa yang sudah terjadi lagi diantara mereka.
Arjoona langsung kehilangan mood bekerjanya begitu Claire keluar dari kantornya. Ia melempar stik touchpad dan mendengus kesal. Ia sudah berjanji pada Gerald akan menikahi Claire dan konsekuensi seperti ini sudah harus ia terima. David mulai curiga ada apa antara Arjoona dan CEO baru mereka. Tapi begitu ia masuk ke ruangan Arjoona dan melihat atasannya sedang membalikkan tubuhnya menghadap jendela dengan kedua tangan ada di pinggang, David hanya diam saja.
Sementara Louis yang menerima saran dari calon ayah mertuanya, mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Claire. Ia sudah berkorban terlalu banyak untuk bisa mendekati dan mendapatkan Claire. Melepaskannya begitu saja hanya akan menyebabkan kerugian baginya.
Ia masuk ke dalam ruangan Claire yang baru saja bertengkar dengan Arjoona. Claire masih terlihat menghadap jendela dan menenangkan dirinya. Louis mendekat dan memeluk Claire dari belakang dan mencium pipinya. Claire kaget dan langsung menoleh, ia langsung memberi Louis sebuah senyuman manis.
"Aku minta maaf karena sikapku kemarin sayang," ujar Louis dengan nada lembut. Claire langsung sumringah dan bahagia. Rasa kesalnya pada Arjoona langsung hilang begitu bertemu pacarnya Louis.
"aku juga minta maaf, harusnya aku bisa lebih ngerti kamu" balas Claire setengah merangkul lengan Louis. Louis tersenyum dan membelai pipi Claire.
"ini tantangan untuk hubungan kita sayang" Claire mengangguk setuju pada Louis.
"oh ya, aku mau ajak kamu makan malam ini" Claire mengangguk lagi dan memeluk Louis yang sedang merencanakan sesuatu nanti malam. Claire dan Louis akhirnya menghabiskan waktu berdua di ruangan Claire saling bercerita dan bercanda.
"yah, gue kesana sekarang" ujar Arjoona berbicara di telpon pada Gentala. Ia memberi kode pada David untuk masuk dan membuka dokumen laporannya. Sambil masih menelpon memakai earbuds Arjoona masih bicara pada Gentala.
"iya, iya gue ngerti, yang penting lo siapin aja materinya dulu, kalo udah kelar nanti kita bisa mix beatnya" ujarnya lagi sambil menandatangani dokumen tersebut. Arjoona mematikan earbudnya dan menyelesaikan sisa tanda tangan.
"bang iklan untuk tipe 322 udah selesai, kapan abang mau liat, anak adv tanya terus sama aku" tanya David menutup dokumen nya.
"besok pagi ya, ingetin gue" David mengangguk
"siap bos" Arjoona tersenyum
"lo mau ikut, gue ada makan malam sama Gentala" David menggeleng.
"abang kan tau kalo malam ibuku gak bisa ditinggal" Arjoona tersenyum dan mengangguk. Setelah membereskan meja, Arjoona mengambil ranselnya dan hendak beranjak pergi.
"ya udah gue duluan, sampe jumpa besok David"
"hati-hati bang"
Arjoona pun berjalan ke tempat parkir, ia akan menemui Gnetala di sebuah klub untuk sekedar bersantai dan membahas pekerjaan sampingannya. Mereka memilih klub lain sekedar mengganti suasana.
Louis dan Claire telah duduk lama di sebuah klub sambil minum berdua dan saling bercerita. Sesekali Louis mencium pipi Claire dan berencana hendak lebih dari itu. Klub itu tidak terlalu penuh dan lebih private. Setiap orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Tidak ada yang perduli jika ada pasangan yang berciuman sekalipun di salah satu sofa.
Tangan Louis mulai meraba paha Claire dan mulai menaikkan level ciumannya ke bibir. Claire belum terlalu mabuk jadi dia tau apa yang tengah dilakukan pacarnya.
"apa yang kamu lakuin Lou?" tanya Claire pelan sedikit mendesah
"sayang, kita udah lama pacaran tapi belum pernah sekalipun make love, aku sedang pengen banget malam ini," rayu Louis dengan blak-blakan. Claire hanya tersenyum tipis.
"tapi, kita kan belum nikah" Louis mendengus dan tertawa
"ah Claire aku pikir kamu perempuan modern, kamu masih jaga perawan kamu buat apa sayang, toh nanti kita juga akan ngelakuinnya kan" Louis masih coba menakhlukkan Claire yang masih menolak.
"aku belum siap" Louis mulai kesal
"kamu selalu bilang belum siap, kamu cinta gak sih sama aku sebenarnya?" tanya Louis dengan wajah sedih dan suara rendah. Claire memandang pacarnya dan mengangguk.
"kalo gitu buktiin, aku pasti tanggung jawab sayang kalo ada apa-apa" Claire masih ragu dan belum mengiyakan apapun. Louis mencoba terus merayu dengan menyentuh dan mencium telinga Claire.
"diatas ada kamar yang udah aku sewa, kita keatas aja, aku udah gak tahan" bisik Louis sambil setengah menarik Claire bersamanya. Claire yang agak ragu akhirnya menuruti keinginan kekasihnya.
Arjoona masih menikmati musik sambil minum bir dan mengobrol dengan Gentala. Ia mengedarkan pandangan melihat beberapa pengunjung yang bergoyang mengikuti musik hingga matanya menangkap sosok yang ia kenal sedang ditarik sambil diciumi oleh seorang pria. Arjoona memiringkan kepalanya untuk melihat lebih jelas lalu mengerutkan keningnya. Ia masih terus meminum birnya dan mencoba tidak perduli. Gentala masih terus bercerita dan sesekali bercanda.
Perasaan tidak nyaman langsung menyelimuti hati Arjoona. Mengapa ia jadi merasa ia harus mengikuti Claire yang dibawa naik ke lantai dua oleh pacarnya.
"Bukan urusan gue" gumamnya di depan botol bir dan meminumnya. Dua detik kemudian ia setengah membanting botol itu dan tersenyum pada Gentala.
"tunggu gue disini, gue mau ke restroom dulu" Gentala mengangguk sambil minum. Arjoona langsung berdiri menarik topi petnya sebelum berjalan ke lantai dua. Tiba di lantai dua, dia tidak tau harus masuk ke ruang yang mana. Ada beberapa kamar dan semua nya tertutup. Ia membuka salah satu kamar dan mengintip, dan ternyata berisi beberapa orang tengah mabuk sambil bernyanyi. Bukan ruangan yang ia maksud. Arjoona menebak lagi dan masih salah. Dan baru di ruangan ketiga, ia melihat Louis dan Claire tengah berciuman dengan kemeja Louis sudah setengah terbuka dan jas Claire telah tergeletak entah dimana.
Arjoona langsung masuk dan menarik tubuh Louis ke belakang. Entah mengapa tubuh Arjoona langsung panas melihat adegan itu padahal ia awalnya tidak perduli.
"eh apa apaan lo" Louis tidak bisa melihat terlalu jelas siapa pria yang menariknya karena ia memakai topi. Claire yang juga kaget mencoba memperbaiki pakaiannya yang sudah jatuh ke sisi bahu. Arjoona tidak perduli pada hardikan Louis, ia langsung menarik pergelangan tangan Claire.
"ayo pulang" Claire menghentakkan tangannya
"Siapa kamu" Arjoona jadi kesal dan marah
"aku calon suami kamu, pulang!" teriak Arjoona sambil membuka topi dan memakainya lagi. Claire sangat terkejut melihat Joona bisa tiba-tiba berada di ruangan itu begitu pula dengan Louis.
"Heh, jangan ikut campur lo, dia cewek gue"
"gak lagi, kalian udah putus sekarang" Arjoona menolak tubuh Louis yang agak limbung karena ia mulai mabuk. Tanpa melepaskan pegangannya pada Claire, Arjoona menarik kerah kemeja Louis dan mendorongnya hingga ia membentur dinding.
"Ah Lou, lepasin aku!" Joona langsung menarik pinggang Claire begitu ia hendak berlari menghampiri Louis.
"jangan gila kamu, jangan kurang ajar lepasin aku sekarang!" teriak Claire terus meronta. Arjoona makin tidak bisa mengendalikan emosinya. Louis sudah meringkuk menempel di dinding karena terbentur cukup keras ia masih berusaha bangun dan kembali jatuh. Alkohol membuatnya tidak konsentrasi. Arjoona lantas mengambil jas dan tas Claire dan terus menariknya keluar kamar. Claire terus meronta tapi tidak bisa melawan Arjoona yang lebih kuat menariknya turun tangga dengan paksa. Sampai di lantai satu, Arjoona yang terus memaksa Claire ikut dengannya terkena tamparan Claire. Kini semua orang memperhatikan Joona menarik Claire yang mulai terlepas darinya.
Gentala yang heran dan terkejut dengan Arjoona yang tiba-tiba bisa menyeret seorang wanita hendak mendekati ketika Arjoona memanggil namanya.
"Genta, tas gue!" perintah Arjoona masih melihat Claire tajam. Gentala langsung mengambil dan memberikan ransel Joona. Begitu mendapatkan tasnya, ia memakai menyilang dan mulai menarik tangan Claire lagi.
"pulang sekarang"
"gak, dasar kurang ajar, kamu pikir kamu siapa" Arjoona yang diteriaki di depan banyak orang jadi makin tidak terkendali. Ia menyentak paksa pinggang Claire hingga menabrak dadanya dengan rahang menggeram kesal.
"jangan buat aku marah Claire, kecuali kamu mau aku lapor sama kakek kamu apa yang aku lihat, see kamu mabuk, lebih parah bahkan," desis Arjoona di wajah Claire dengan wajah marah. Claire masih terus mencoba lolos ia hendak lari ketika Arjoona tidak bisa lagi menoleransi tingkahnya.
Arjoona menarik tangannya dan menunduk, ia mengangkat tubuh Claire ke bahunya dan berteriak lagi pada Gentala yang masih bengong melihat Arjoona menggendong wanita cantik dan seksi seperti itu.
"Gentala kunci gue," teriak Arjoona dan Gentala langsung melempar kunci dan ditangkap Arjoona dengan sebelah tangannya sambil ia berjalan. Seluruh tamu yang melihat langsung bertepuk tangan seolah itu pertunjukan yang hebat. Arjoona berjalan tanpa perduli dengan memeluk paha mulus Claire yang memberontak hendak lepas.
Tubuh Claire kalah kecil dari Joona yang memiliki tinggi hingga 187 cm sedangkan Claire hanya 160 cm. Seberapapun kuatnya ia memberontak Arjoona lebih gampang mengendalikannya.
"lepasin aku dasar cowok bejat" tiba di mobilnya Arjoona baru menurunkan Claire yang hendak menamparnya lagi. tapi tangan Arjoona lebih cekatan, ia mencekal tangan Claire dan menempelkannya di dinding pintu mobil.
"jangan main-main denganku Claire" Claire makin kesal dan marah melihat Arjoona
"dasar brengsek"
"terserah kamu mau bilang apa" teriak Arjoona
"apa masalah kamu sih sebenarnya"
"kamu hampir tidur dengan laki-laki lain itu masalahnya" Claire masih belum bisa tenang ia tetap hendak melawan Arjoona yang masih menempelnya.
"apa urusan kamu, jangan campuri urusanku Arjoona"
"oh aku calon suami kamu, mungkin kamu lupa aku ingetin sekarang"
"dasar brengsek, jangan pikir aku bakal tidur sama kamu kalo kita nikah, kamu gak akan bisa sentuh aku"
"aku juga gak sudi sentuh kamu, sekarang masuk, kamu harus pulang" balas Arjoona hampir berteriak
"Gak!" Arjoona langsung membuka pintu mobil dan memasukkan paksa calon istri nya itu dengan menekan kepalanya hingga ia masuk. Arjoona membanting pintu dengan kesal. Ia membuka lagi pintu belakang lalu melempar tasnya, tas dan dan jas milik Claire. Joona lalu berjalan memutar dan langsung masuk ke mobilnya dan pergi.
"pakai sabukmu Claire"
"gak, turunin aku" Arjoona langsung mengerem lalu menarik sabuk pengaman dan memakaikannya pada Claire.
"dasar sinting"
"terserah!" balas Arjoona setengah berteriak. Ia benar-benar kesal dan marah. Arjoona langsung mengebut ke rumah Gerald Winthrop untuk mengantarkan Claire. Tiba di lobi mansion milik Gerald, Arjoona berhenti dan mematikan mesin mobil. Ia turun dan membuka pintu agar Claire bisa ikut turun. Tapi Claire yang keras kepala malah hanya melipat tangannya. Ia tidak mau turun, dan Arjoona hanya bisa mendeguskan nafasnya. Gerald Winthrop tiba-tiba membuka pintu setelah salah satu pelayannya memberi tahu jika ada tamu di lobi. Gerald yang mengerutkan kening lalu menahan senyumnya pada akhirnya.
"turun!" perintah Arjoona masih berdiri di samping mobil. Claire hanya melirik sinis dan tidak mau turun.
"turun atau aku tarik kamu keluar!" hardik Arjoona lagi. Claire akhirnya membuka sabuknya dan turun dengan wajah marah. Ia mengambil tas dan jasnya dari jok belakang lalu menghadapi Arjoona lagi yang menutup pintu mobil.
"kamu akan merasakan akibatnya karena menganggu urusanku" Arjoona mendegus sinis
"harusnya kamu berterima kasih sama aku karena kalo gak kamu udah digerayangi laki-laki murahan macam itu" balas Arjoona tidak kalah sengit.
"dasar laki-laki gila"
"lebih bagus gila daripada bejat kayak pacar kamu" Arjoona masih tidak mau kalah. Gerald sempat membelalakkan matanya mendengar pembicaraan Arjoona dan Claire.
Claire akhirnya hanya bisa meluapkan kekesalannya sambil mengepalkan tangannya. Ia ingin sekali memukul wajah Arjoona.
"brengsek, dasar bajingan!" umpatnya sekali lagi lalu langsung pergi menaiki tangga dan melewati kakeknya begitu saja. Arjoona masih terus mengatur nafas dan emosinya ketika ia berbalik melihat Gerald sudah berdiri diatas tangga pintu masuk. Ia pun turun dan menghampiri Arjoona dan tersenyum.
"terima kasih sudah mengantar Claire pulang" Arjoona mengangguk pelan dan hendak pergi.
"Arjoona" panggil Gerald, Arjoona berbalik dan menemukan ia tersenyum.
"dan terima kasih sudah melindungi kehormatannya" Arjoona hanya tersenyum tipis.
"sampai jumpa besok pak" Gerald mengangguk dan masih tersenyum.
Arjoona langsung keluar dengan mobilnya melewati taman mansion dan gerbang depan. Gerald masih berdiri dan tersenyum melihat Arjoona pergi, sebagian hatinya lega Arjoona kini mulai bisa melindungi Claire seperti yang ia inginkan tapi sebagian lagi masih resah. Ia tidak punya cukup banyak waktu lagi untuk menahan rahasia hidup Arjoona terlalu lama.