"Ibu bolehkah aku keluar sebentar?" tanya ia kepada ibunya, ibunya hanya menganguk dan menitip pesan agar ia berhati-hati
agar tak terjatuh dari kursi roda itu.
ia pun berjalan menyusuri perkampungan yang begitu ramai akan kegiatan orang-orang dikampung itu.
ada ibu-ibu yang sedang mencari kutu dirambut anaknya.
atau ibu-ibu yang asyik mengobrol di teras rumah.
ia menyadari bahwa orang-rang kampung melihat-nya dengan tatapan sinis, ada juga yang melihatnya dengan tatapan hibah,
tapi ia tak menghiraukan itu.
baginya untuk apa mengetahui arti dari tatapan itu.
tiada guna sekarang baginya jalani saja hidup ini dengan ceria.
Terlihat seorang peria menghampiri dirinya, dan menyapa ia.
lalu peria itu bertanya kepadanya.
"mau ke mana bak?", tanya seorang pria yang sepantar-Nya.
namun ia hanya diam, sambil memutar roda, dan mulai menjahui peria itu,
namun nampaknya peria itu terus mengikuti-nya, sambil bertanya.
"boleh saya bantu mendorong?", tanya pria itu, menawarkan sebuah bantuan kepadanya,
ia pun menoleh ke arah peria itu.
dengan mata yang membelalak pertanda tak menyukai kehadiran peria itu di dekatnya, dengan tetap meneruskan perjalanannya ia masih menolak dengan sopan.
"tidak usah saya bisa sendiri." Jawabnya, namun peria itu memaksa ingin membantu dirinya.
"bolehkan?" Kata peria itu.
"kamu ini bodoh. aku sudah bilang tidak usah, ya TIDAK USAH!" kata-nya sambil sedikit teriak, dan memancing orang-orang kampung untuk melihat ke arah mereka.
"Ada apa ini?" tanya seorang bapak kepada mereka, namun dengan sigapnya peria itu menjawab.
"Eng... Engak kok pak, ini pacar saya sedang marah, hehehe..." cengir peria itu.
"EH Pa..." belum sempat meneruskan omongan mulutnya segera ditutupi peria itu.
Lalu peria itu berkata "kami pergi dulu yak pak, permisi" begitulah ucap peria itu.
Lalu mereka pergi menjahui orang-orang kampung itu.
"apa yang kau lakukan" tanya ia pada peria itu,
"kau ingin aku di hajar sekampung ya" ucap peria itu, sambil tetap mendorong kursi roda milik mawar.
"terus apa masalahnya pada ku?" Tanya mawar sekali lagi pada peria itu.
"Ih... Kamu sungguh kejam, aku takut..." canda peria itu,
namun tampak nya candaan-nya membuat mawar tambah marah saja,
" sekarang enyahlah dari ku" ucap mawar kepada peria itu.
"Oke, oke aku pergi" jawab peria itu dan langsung meningalkan-nya sendirian di pingir jalan.
pria itu pun pergi menjauhi nya,
tapi ia tak tega melihat seorang gadis yang duduk di kursi roda itu sendirian,
ingin ia membantu tapi, gadis itu menolak.
BRAK...! suara keras terdengar, peria itu pun menoleh ke sumber suara.
rupa-nya gadis itu terjatuh dari kursi roda-nya, dengan cepat ia menghampiri gadis itu dan menolongnya untuk bangkit.
"kau tidak apa-apa?" tanya pria itu sembari memapah nya,
"duduk dulu" lanjut pria itu.
malang nasib gadis itu, harus terjatuh dari kursi roda-nya, walau pun ia sudah berhati-hati tapi seperti-nya kemalangan terus menimpa-nya.
"kau tidak apa-apa?" tanya peria itu sambil memeriksa kakinya kalau-kalau ada yang terluka.
melihat peria itu yang sedang memeriksa kaki-nya, mawar menjadi sedikit risih dan lalu berkata pada peria itu.
"cukup aku tak apa-apa?" ucap ia, dan hendak memutarkan roda kursi itu, namun ...
"Aw..." pekiknya saat merasakan ada yang sakit di pergelangan tangan-nya.
mungkin saja karena tadi tangan-nya menahan tubuhnya saat terjatuh, jadi sekarang tangan-nya terkilir karena itu.
"bisakah aku membantu mendorong kursi roda mu?"
gadis itu pun hanya diam sambil mengangguk-anggukkan kepala-nya,
"mau ke mana?" Sambil mendorong kursi roda milik mawar.
"bisakah kau mengantar ku ke pantai?" pinta-nya pada pria itu,
"Tentu" dengan senyuman tulus terpancar di bibir pria itu.
mereka pun berjalan ke tempat yang dipinta gadis itu.
dalam perjalanan peria itu ingin mengajaknya bicara, tapi seperti biasa, kedinginan di tubuhnya membuat pria itu terdiam sejenak, dan sesaat sesudah itu, peria itu memulai lagi pembicaraan, dan terdiam lagi.
terus menerus berulang-ulang, yang tanpa disadari mereka sudah sampai di tempat tujuan gadis itu.
Peria itu pun duduk di atas pohon tumbang yang ada di pinggir pantai itu.
ia berta-nya dalam hati nya apa yang ingin dilakukan gadis ini, dipantai sunyi ini?
Mereka hanya diam tanpa bicara saat itu hanya ada suara hempasan ombak, atau pun suara burung-burung yang terbang dan hinggap dipohon mangrup.
Namun sepertinya kesunyian itu tak berlangsung lama sebab mawar mulai membuka pembicaraan itu.
"apakah kau suka senja" tanya mawar kepada-nya,
namun tampak-nya peria itu tak mendengar kan perkataan dar mawar, karena ia sedang asyik melamun, lalu mawar ulangi pertanyaan nya lagi dan seketika itu membuyarkan lamunan peria.
"tidak aku tak terlalu suka senja" jawab peria itu seada-nya.
lalu mawar menghela nafas panjang dan melanjutkan bicara-nya "aku juga dulu sama seperti mu?" ucap mawar kemudian tersenyum pada peria itu,
lalu mawar menoleh lagi ke arah matahari senja. Yang nampak turun perlahan di lautan biru.
"maksud-nya?" tanya peria itu keheranan.
Hempasan ombak terdegar, angin pantai berhembus kencang, mawar hanya tersenyum lalu berkata.
"ya bagi ku dulu senja tak ada arti, tapi..." ia tidak langsung meneruskan bicara-nya, namun ia dongak kan kepala-nya ke atas sambil melihat langit yang mulai gelap.
ia mengingat masa-masa dulu saat teman-nya bilang pada-nya, "mawar kau sungguh cantik".
tak terasa air mata nya bercucuran melewati pipi nya.
peria itu keheranan dengan apa yang ia lihat. lalu mawar pun tertunduk ke bawah seraya melanjutkan bicara-nya, "tapi aku tahu semua itu tidaklah selalu benar" kata-nya sambil menatap lurus ke arah matahari senja,
peria itu pun ikut menatap senja walau pun ia tak menikmati-nya, lalu mawar menyuruh peria itu untuk memejamkan mata,
"apa yang kau rasakan?" tanya mawar ke pada peria itu.
Peria itu menggelengkan kepalanya.
sambil berkata,"tak ada" lalu dengan tatapan datar kepada mawar.
Mawar hanya tersenyum kepada-nya, lalu menoleh lagi ke arah matahari senja.
"mungkin kita tak sama dalam memandang senja" tukas peria itu.
"mungkin" jawab mawar itu dengan tatapan masih ke arah senja.
setelah itu mereka pun terdiam dalam hening-nya suara,
apakah senja berarti bagi gadis itu?, terka peria itu dalam pikiran-nya,
apakah senja penuh makna bagi-nya?.
hanya terkaan saja yang dapat ia lakukan sambil menatap ke arah gadis itu.
Mawar pun tak tahu bahwa peria itu menatap diri-nya karena ia sedari tadi hanya melihat ke arah senja, yang mulai tenggelam.
"hari mulai malam, apakah kau mau di sini terus" tanya peria itu pada nya yang membuyarkan lamunan nya.
"tentu tidak" jawabnya.
"bisakah kau mengantar ku" tanya nya pada peria itu.
yang disambut dengan anggukkan dari peria itu.
lalu pria itu pun mengantar gadis itu pulang ke rumah-nya, sampailah mereka di rumah gadis itu.
yang cukup sederhana seperti rumah kebanyakan orang pada umum-nya, lalu peria itu berpamitan pada gadis itu.
dan dibalas dengan senyuman dari mawar lalu mawar berkata "bisakah kami menemani aku untuk melihat senja?.
"tentu" jawabnya, lalu peria itu melangkah pergi sambil mengucapkan salam.
Setelah peria itu pergi, ia memanggil ibu-nya.
"ibu, tolong kesini sebentar" kata ia sesudah mengucapkan salam.
"Iya tunggu sebentar". jawab ibu-nya saat mendengar pangilan dari anaknya.
lalu ia meminta tolong pada ibunya untuk mendorong kursi roda.
karena tangannya masih sakit akibat terjatuh tadi.
"tadi ibu dengar kamu berbicara pada orang?"
"ya" jawabnya
"siapa?" tanya ibunya, ia tak langsung menjawab, melainkan meminta ibunya untuk mendorong kursi roda miliknya, mereka pun masuk ke dalam rumah, sesampainya di dalam rumah.
Mawar meminta ibu untuk mengambilkan obat oles, untuk dirinya,
"kenapa tanganmu nak" tanya ibunya saat anaknya mengoleskan obat itu ke tangannya.
"habis jatuh dari kursi roda" sambil tetap mengoleskan obat itu ke pergelangan tangannya.
"ibu kan sudah bilang hati-hati nak" dengan tatapan khawatir ke anaknya,
mawar tak menjawab perkataan ibunya, ia berpikir kalau ia berbicara lagi, yang ada malah membuat ibunya lebih khawatir, lalu ia meminta tolong kepada ibunya untuk jangan khawatir berlebihan pada dirinya, ibunya hanya menghela nafas panjang sambil berkata,
"mandi gih"
lalu ia papah anaknya ke kamar mandi
"cukup sampai sini aja, ibu bisa pergi" katanya sambil meraba-raba dinding agar bisa menopang berat tubuhnya.
"baiklah" jawab ibunya.
terdengar sayup-sayup suara deruan air yang jatuh ke lantai.
sambil ia memikirkan kejadian sore tadi.
ia tak membayangkan masih ada orang senasib dengan dirinya, tapi bisa ditutupi dengan senyum ceria di bibirnya.
Bagai mana mungkin ia bisa?
menyembunyikan semua itu, apakah hatinya tak bergejolak? biar pun ia bisa menutupi semua itu tapi kesedihan pasti ada didirinya.
apakah ini sebuah kemunafikan?
entahlah
"mungkin peria itu adalah orang yang tegar",pikirnya,
tapi apakah ketegaran itu akan selalu ada didirinya.
bukankah lambat laun akan hilang ditelan masa.
"sudalah jangan dipikirkan" ucap mawar, lalu ia pun keluar dari kamar mandi,
"Bu !" seru nya memanggil ibunya,
tak lama setelah itu ibunya pun datang dan memapah nya untuk ke kamarnya.
"ibu tinggal di sini dulu, kalau udah ganti baju panggil ibu ya. kita makan malam" ucap ibu pada dirinya.