"mawar ada Ridho nih!" seru ibunya, lalu ia segera ke sana dengan cepat ia memutar roda, kursi roda itu.
"Eh... ridho ada apa?" denga malu-malu menatap wajah ridho lalu memalingkan wajahnya ke samping.
"mau Melihat senja?" tanya Ridho.
Mawar hanya mengganguk, kemudian mereka pun pergi ke pantai yang sudah mejadi tempat favorit mereka berdua. sembari melihat senja.
"kenapa muka kamu memerah, sakit ya?" lalu Ridho menyentuh kening-nya dengan punggung tangan.
"Eng..., Enggak kok, aku gak sakit" jawabnya gelagapan saat Ridho menyentuh keningnya.
"owh iya, ya. gak panas ternyata" dan menjauhkan tangan-nya dari kening mawar.
"kalau gak sakit?..." tidak meneruskan bicaranya, lalu tertunduk malu.
"Ehem... sebenarnya aku juga sama seperti mu" kata ridho yang ambigu.
"maksudmu?" tanya mawar penuh pertanyaan dalam otaknya.
lalu Ridho menatap ke arahnya dan memainkan rabut panjang Mawar yang terurai.
"Tok!"
tiba-tiba Ridho mengetuk pelan kening mawar dengan jari telunjuknya.
"Aw... sakit tauk" sambil memegangi keningnya dan muka-nya pun langsung memerah seketika itu.
Ridho pun hanya bisa tertawa melihat mawar kesakitan.
"kalau begini kamu kelihatan imut loh" lalu mencubit kedua pipi mawar dengan gemasnya.
kemudian menghentikan cubitan-nya ke pipi mawar.
"apakah benar, yang aku pikirkan ini" tanya ridho pada mawar, dengan penuh harapan.
"maksudmu?" mawar balik bertanya kepada Ridho.
Ridho tak menjawab pertanyaan itu karena ia malu untuk mengungkapkan-nya, tapi sedari tadi mawar terus memandangi wajahnya dengan lekat-lekat.
"tadi apa maksudmu?" mengulangi pertanyaan yang sudah ia tanyakan sebelumnya kepada ridho.
dengan gugup Ridho memulai bicara.
"A...Pakah benar Eng... kau me.. memiliki perasaan kepada ku." tanya-nya dengan gugup kepada mawar.
mawar pun tak menjawab mawar malu akan hal itu. muka mereka berdua memerah seketika.
"apakah ia tidak mencintaiku" tanya ridho dalam hatinya. "AH...! betapa bodoh diri ku".
lalu tiba-tiba mawar menggenggam tangan ridho dan meletakan ke wajahnya.
Ridho pun tersenyum, lalu ia belai wajah mawar dengan lebut. "benarkah?" tanyanya sekali lagi. mawar pun mengangguk.
"sejak kapan?" tanya Ridho pada nya.
mawar pun hanya menaikkan kedua buah bahunya sebagai bahasa israt, "tidak tahu" mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan semua itu.
Ridho pun kegirangan dibuat nya. bahwa orang yang ia cintai saat pandangan pertama dijalan kampung itu, juga diam-diam mencintai+nya.
secara refleks ia pun melompat kegirangan, sambil berteriak-teriak.
mawar pun hanya bisa menutup mulutnya sambil menahan tawa.
"aku tak menyangka, apakah ini nyata?" ia bertanya pada mawar, lalu dibalas dengan tamparan dimuka Ridho. "Aw...!" jeritnya.
"apakah nyata" tanya mawar sesudah menampar mukanya.
lalu ia pun mengangguk-anggukkan kepala-nya, dan memegang tangan mawar.
kemudian berbicara "bahagia ku cukup sederhana" katanya sambil cengar-cengir tak karuan.
mawar pun hanya bisa terdiam melihat Ridho seperti itu.
hari pun mulai gelam mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
"ayah, ibu!" teriak Ridho. pada kedua orang tuanya.
"apaan teriak-teriak gak jelas."
"duduk, duduk dulu" sambil menyuruh kedua orang tuanya untuk duduk.
"ada apa?" tanya ayahnya keheranan. ia pun hanya tersenyum-senyum tidak jelas .
kemudian kedua orang tuanya saling bertatapan keheranan melihat tingkah anaknya.
"anak mu tuh" kata ibunya.
"kamu sakit nak?" tanya ibu Ridho kepada anaknya
"Eng...gak"
"lalu?" tanya kedua nya serentak.
Ridho tak langsung menjawab pertanyaan mereka, melainkan memberi kan handphone nya memperlihatkan poto yang isinya poto mawar dengan dirinya di pantai berlatar belakang matahari senja.
"owh... ini toh, cantik ya mah" ucap ayahnya kepada ibunya.
lalu mereka berdua memandangi wajah Ridho dengan saksama.
"makai pelet apa anak kita ini?"
"gak salah lihat, gadis ini?" sambung ibunya.
"jelek, ya ma" kini ayahnya ikut berbicara.
sambil menatap lekat-lekat wajah anaknya.
"ayah...!" dengan raut wajah yang kesal karena digoda oleh ayah dan ibunya.
apakah ini awal kisah bahagia?
menatap senja dengan berlatar hujan bunga yang berwarna-warni.
apakah ini bisa bertahan untuk begitu lama sampai ajal menjemput, sampai mata tak lagi bisa membuka, sampai nafas tidak lagi berembus.
seandainya itu bisa terjadi mungkin akan menjadikan sisa hidup ini begitu bermakna. bertukar cerita, tertawa bersama. memandang senja dengannya.
khayal Ridho membayangkan semua itu.
lalu ia tertunduk lesu.
"kau harus kuat menghadapi ini!" hibur ayahnya.
"bisakah aku bertahan begitu lama?" tanya ia.
"kami akan mengusahakan nya" lalu ibunya menghampirinya dan memeluk erat tubuhnya.
apa maksud dari pembicaraan mereka seakan ada yang ia rahasiakan.
"aku hanya bisa menunggu semua itu" lalu ia menghela nafas panjang sambil matanya menanar.
"bisakah ayah, ibu?" tanya ia pada orang tuanya.
dan hanya dibalas dengan anggukkan dari keduanya.
mawar pun sama hal nya seperti Ridho, hatinya berbunga-bunga, sembari tersenyum-senyum sendiri.
Ibu yang melihat anak nya seperti itu merasa khawatir, ia berpikir apakah anaknya salah minum obat.
tapi ia hanya bisa memandangi anaknya tanpa bisa mengeluarkan kata-kata.
kemudian ibunya pergi darinya yang sedari tadi tersenyum sendiri.
begitu lah mawar yang sedang dimabuk cinta.
terasa seperti melihat Ridho berlari menghampiri nya disebuah taman bunga nan indah sembari berucap
"aku menyukaimu"
khayal nya begitu tinggi.
sampai melewati awan, begitu lah kalau seseorang sedang kasmaran.
hidup terasa sangat indah.
"bisakah kau menceritai nya?" tanya ibunya, bersender di kusen pintu kamar nya.
Ibunya sangat penasaran melihat tingkah anaknya yang sedang tersenyum sendiri, lalu ibunya menghampiri dirinya.
"apakah ini ada sangkut pautnya dengan ridho?" sambung ibunya.
kemudian ia mengangguk-angguk kepala-nya sebagai bahasa isyarat.
lalu ibunya berlalu begitu saja setelah mengetahui semuanya.
ia pun seperti tadi, menghayal tentang pujaan hati sembari berbaring dikasur berselimutkan kain.
memeluk bantal guling dan meremas-remasnya.
"aku tak percaya akan semua ini" gumanya lalu menutupi wajah nya dengan bantal guling.
Hidup itu sederhana, bahagia bisa didapat secara mudah.
yang kita perlukan hanya mencoba sedikit usaha agar bahagia itu datang.
kapan bahagia itu datang?
kita sendiri menentukan. sama seperti nya bahagia sanggatlah sederhana, mengetahui orang yang kita cintai mencintai kita juga, suda membuat hati berbunga-bunga.
"mawar ada ridho!" seru ibunya memanggil dirinya.
kemudian ia bergegas menghampirinya.
kini ia tersimpuh malu saat menghadap ridho tak seperti biasanya, kini mereka canggung satu sama lain.
ibu yang melihat mereka seperti itu hanya hanya bisa tersenyum.
lalu berucap
"apakah kalian akan begini terus, sampai negeri ini memiliki empat musim?" ucap ibunya yang diselingi candaan ringan.
mendengar hal itu, membuat mereka berdua memberanikan diri menatap wajah satu sama lainnya.
tapi tetap saja mereka malu-malu dengan wajah yang memerah di kedua.
"coba kalian jalan-jalan saja" ucap ibunya memulai inisiatif untuk menyuruh mereka jalan-jalan atau bisa dibilang kencan pertama.
tak ada kata dari mereka selain mencuri tatapan.
Dengan inisiatif terlebih dulu, Ridho pun mendorong kuris roda milik mawar dan mengajak ia untuk jalan-jalan.
tanpa tahu ke mana tujuannya.
lalu ia menaikkan mawar ke dalam mobil dan berlalu meninggalkan ibunya.
Sampailah mereka di sebuah restoran sederhana.
lalu keduanya memesan makanan yang mereka inginkan.
"bisakah hari ini, tidak cepat berlalu" ucap Ridho memulai membuka pembicaraan.
"aku juga berpikir seperti itu" sambung mawar.
lalu Ridho pun mengelus-elus rabut bagian atas kepala mawar.
tak lama pesanan pun datang. dan mereka menyantap makanan itu.
"ada tempat yang ingin kukunjungi bersama mu" kata Ridho sesaat sesudah selesai makan.
"kemana?" mawar bertanya padanya.
ia tak menjawab, melainkan mengajakkannya pergi ke suatu tempat.
"butik?" tanya mawar dalam hati.
kemudian Ridho menyuruhnya untuk mencoba semua baju yang telah ia pilih.
"bagai mana mas?. cantik bukan?" kata pemilik butik itu.
"ya sungguh cantik" ucap ridho tertegun melihat mawar mengunakan gaun berwarna merah mudah berpadu padan dengan kulit bersihnya.
"Anda tak salah menilainya" lalu pemilik tokoh itu pun menyuruh mawar mencoba lagi baju yang ia pilihkan.
sebanyak lima kali mawar mencobanya.
dan semuanya cocok di untuknya.
lalu Ridho pun membelikan semua baju yang dicoba tadi.
"apakah ini tidak terlalu berlebihan?" tanya mawar pada Ridho.
dan dibalas dengan ketukan pelan dari jari ridho di kening mawar
"ada yang ingin aku bicarakan ke mu" sambil memegang setir kemudi.
"mungkin besok aku akan pergi ke singapura untuk waktu yang cukup lama" menoleh dan kembali menghadap ke arah depan.
"berapa lama?" tanya mawar.
"aku juga tak tahu" sambil tangan kirinya mengelus rabut mawar.