"Maaf Bu," ucap Ayu tanpa berani mengangkat wajahnya melihat ibu mertuanya yang datang ke rumah sakit.
"Ibu ngga tahu harus ngomong apa lagi sama kalian. Bisa bisanya kalian menyembunyikan ini semua."
"Bu kami bukan bermaksud menyembunyikan masalah ini tapi..."
"Tapi apa? Untung Ibu dikasih tahu tetangga kalau Laras di larikan ke rumah sakit. Coba kalo ngga mau sampai kapan kalian menyembunyikan masalah ini dari orang tua." Dewi benar benar marah.
"Bu jangan marah. Ini salahnya Laras Bu. Mas Eza ngga salah. Maafin Laras ya Bu."
Ayumi mencoba untuk bangun tapi ia justru meringis kesakitan. Dewi dan Reza di buat ketar ketir karena melihat Ayumi kembali menangis kesakitan.
"Kamu harus segera di operasi Laras. Ibu ndak sanggup melihat kamu kesakitan kayak gini." Ayumi hanya bisa mengangguk lemah sembari menahan nyeri di dadanya.
"Dan kamu Reza cepat hubungi mertua kamu. Mereka harus tahu kondisi putri mereka saat ini.
"Inggih Bu."
Ayu melihat Reza keluar dari kamarnya untuk menelpon orang tuanya. Ayu hanya bisa pasrah jika nanti kedua orang tuanya datang dan histeris melihatnya tergolek lemah tak berdaya di atas ranjang rumah sakit.
***
Di kampus.
Fitri celingak celinguk mencari keberadaan Ayumi. Tidak biasanya gadis itu datang telat. Tak lama seorang dosen pria masuk ke dalam ruangan ujian.
"Sebelum kita memulai ujian, Bapak punya berita buruk untuk kalian." Mahasiswa mahasiswi yang menunggu kertas ujian dibagikan terlihat tegang.
"Salah satu teman kalian saat ini sedang mengalami musibah kecelakaan. Maka dari itu hari ini dia tidak hadir untuk mengikuti ujian hari ini. Mari kita berdoa sejenak untuk kelancaran operasi Ayumi Larasati hari ini. Berdoa mulai."
Semua orang menundukkan kepala, berdoa memohon agar Ayumi segera lekas sembuh. Setelah selesai berdoa, Dosen tersebut membagikan kertas ujian ke masing-masing mahasiswa/i.
Fitri sangat terkejut mendengar sahabatnya kecelakaan bahkan sampai harus di operasi. Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ternyata dari Raka.
[Katanya Ayu kecelakaan? Bohong kan?]
[Sayangnya beneran Kak 😭 Barusan dosen ngumumin kalau Ayu kecelakaan dan sekarang lagi di operasi. Mohon doanya ya 🙏🏻]
[Ya Tuhan!! Ya udah nanti sehabis ujian kita tengokin dia ya.]
[Oke]
Ujian hari itu benar-benar membuat konsentrasi Fitri terpecah. Ia ingin segera menyelesaikan ujiannya dan segera berangkat menuju rumah sakit. 90 menit waktu yang di berikn untuk mengisi soal soal ujian telah dilalui. Fitri segera menghubungi ponsel Ayu dan ternyata di angkat oleh ibunya.
Fitri langsung menanyakan kondisi Ayu saat ini dan juga rumah sakit dimana sahabatnya dirawat. Ia bergegas menemui Rafa di kelasnya.
"Yuk Kak. Aku udah dapat alamat rumah sakitnya dari Mamanya Ayu."
"Duh maaf banget. Elo duluan deh yang nengok. Gue nyusul lo setelah rapat sama kelab dulu."
"Oh gitu ya. Kirain mau bareng kesana. Ya udah gue berangkat duluan ya."
"Sip. Jangan lupa kirim alamat rumah sakitnya ke gue. Nanti abis rapat kelab gue langsung ke rumah sakit."
"Oke."
Keduanya pun berpisah. Sebelum ke rumah sakit, Fitri mampir sejenak ke toko kue membeli kue untuk temannya. Karena tidak menemukan toko buah buahan, Fitri akhirnya membeli beberapa buah roti kesukaan Ayu lalu segera melajukan motor maticnya ke rumah sakit.
***
"Loh Pak Eza. Ngapain Bapak disini?" tanya Fitri terkejut karena Reza yang membuka pintu untuknya. Pria itu tidak menjawab dan melengos begitu saja.
Fitri melihat keluarga Ayumi tengah duduk di sofa pojok bersama Reza dan seorang wanita paruh baya. Ia tersenyum sambil menyapa ayah dan ibu Ayumi. Fitri yang terheran-heran segera menghampiri Ayumi yang tersenyum lemah ke arahnya.
"Ya Allah Ay, elu kenapa sih. Gimana bisa kecelakaan? Elu di tabrak apa gimana?" Fitri melihat balutan di dada kiri Ayumi. "Masih terasa nyeri ngga Ay?" tanyanya lagi.
"Belum sih. Efek biusnya masih berasa."
"Ya Allah Ay. Elo ada ada aja. Gue kaget tahu waktu di kabarin Pak Rendra kalo elu kecelakaan. Kecelakaan dimana sih?"
"Gue jatoh dari tangga rumah."
"Tangga rumah? Rumah elo kan ngga ada tangganya Ay. Tangga rumah mana yang elo maksud?"
Ayumi menepuk jidatnya. Ia lupa kalau Fitri sering menginap dirumahnya. Sudah jelas kalau Fitri tahu di rumahnya tidak ada anak tangga.
"Di rumah sodara gue Fit maksudnya."
Fitri hanya beroh ria. Ayumi melirik suaminya yang tengah menatapnya. Terlihat sekali suaminya itu berusaha menahan tawanya, dan itu membuat Ayumi kesal.
"Eh btw kenapa Pak Eza ada disini? Dia ngga lagi deketin elo kan," ucap Fitri bisik bisik.
Dia laki gue, Oneng!!
"Kagak lah. Pak Eza kesini karena nyokapnya dia kenal ama bonyok gue. Dia nganterin nyokapnya jenguk gue sekalian temu kangen sama Papa Mama."
"Oh bulet. Eh iya Rafa mau kesini jenguk lu juga."
"Apa?! Ngapain dia kesini?!" Ayumi ketar ketir karena disana ada orang tua dan juga mertuanya. Belum lagi suaminya pun ada disana.
"Ya mau jengukin elu lah. Masa iya mau belanja sih. Belanja mah ke emol beb."
"Maksud gue kenapa dia harus jengukin gue segala sih. Gue ngga enak tahu."
"Gue ngga ngajak dia kok. Dia sendiri yang inisiatif ngajak gue jenguk elu. Tapi tadi sih ada acara rapat di kelabnya dulu makanya gue datang sendirian."
"Aduh! Coba elu telpon atau wa dia suruh ngga usah datang. Bisa berabe nanti kalo..."
Tok tok tok...
"Assalammualaikum."
Ayumi dan Fitri berpandangan. "Tuh orangnya nongol. Gila gercep abis."
"Mampus gue!!"
Lagi lagi Reza membukakan pintu dan ia terhenyak melihat Rafa yang datang membawa buket bunga yang besar dan juga sekeranjang parcel buah untuk Ayumi.
"Eh Pak Eza. Lagi jenguk Ayumi juga Pak?" Tanya Rafa basa basi. "Iya. Kamu sendiri mau ngapain kesini?!"
"Mau jenguk Ayumi Pak. Permisi."
Rafa melewati Reza begitu saja lalu bergabung dengan Fitri dan Ayu. "Eh ada siapa ini?" Seru Shandy menghampiri.
"Mampus gue!!"
"Double kill, Ay!" Bisik Fitri sambil menahan tawa.
"Perkenalkan saya Rafael, Tante. Temen kampusnya Ayumi." Rafa menyalami Shandy dan juga Randy.
"Oalah... temen temen kampusnya datang toh. Kok Mama baru tahu kamu punya temen deket cowok, dek." Shandy menatap putrinya sambil tersenyum, meminta penjelasan.
"Hehe... Iya Ma. Kami semua baru temenan akhir akhir ini. Kak Rafa senior di kampus Ma Pa."
"Oh seniornya. Pantesan Tante baru pertama kali lihat. Biasanya Ayumi sering sama Fitri. Tapi kok sekarang ada anak cowok yang datang."
"Iya Tante. Kami baru saja temenan akrab di awal semester. Pas kebetulan kerja sama satu tim," jawab Rafa. Randy dan Shandy tersenyum.
"Ya sudah. Silakan mengobrol." Shandy dan Randy kembali ke sofa dan mengobrol dengan Dewi. Sementara Reza berdiri tak jauh dari ketiganya sambil mengawasi gerak gerik Rafa.
"Ini bunga untuk kamu Ay. Cepet sembuh ya," ucap Rafa mengulurkan buket bunga yang dibawanya sambil mengelus rambut Ayumi. Lagi lagi pria itu membuat wajah Ayu memerah dan salah tingkah.
"Ma... Makasih Kak. Bunganya cantik."
"Secantik orangnya."
Blushing.
Fitri sedari tadi menahan tawa akhirnya tertawa melihat Ayumi salah tingkah. Belum lagi Pak Reza yang menatap Rafa horor.
"Kamu gpp kan Ay? Gimana awalnya sampai dirawat kayak gini?"
"Oh i itu... emm..."
"Dia jatuh dari tangga rumah dan ada dua tulang rusuknya yang patah dan menciderai paru parunya. Makanya harus di operasi." Reza menjawab pertanyaan Rafa dengan nada dingin.
Rafa menatap Reza sekilas lalu kembali menatap Ayumi. "Ya Ampun Ay. Hati hati ya kalau jalan. Jangan sampai kamu terluka lagi."
Rafa bermaksud ingin mengelus lagi rambut Ayumi tapi kali ini tindakannya di cegah oleh Reza. Pria yang berstatus suaminya itu mencekal tangan Rafa yang hendak menyentuh rambut isterinya.
"Bisa tidak kamu ngga dikit dikit ngelus rambut dia?!" Ucap Reza menahan amarahnya. "Eh..."
"Saya tidak suka kamu dikit dikit sentuh dia seperti itu."