"Jadi saya udah boleh pulang kan dok?" tanya Ayu penuh harap. Beberapa hari di rawat di rumah sakit sudah membuatnya bosan setengah mati. Ia ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat.
Keluhan yang di rasa pasca operasi perlahan berkurang. Masih tersisa sedikit nyeri jika ia bergerak terlalu aktif, selebihnya aman.
"Hasil pemeriksaan kemarin bagus. Tulang rusuk mu yang patah mulai ada perbaikan. Oke, kamu sudah boleh pulang."
"Yang bener dok?" Serunya kesenangan.
Ucapan dokter bedah itu langsung membuat wajah Ayumi berseri-seri. Reza yang setia mendampingi pun tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya melihat isteri kecilnya boleh pulang dan beristirahat dirumah.
"Iya boleh. Hari ini boleh pulang. Minggu depan jangan lupa kontrol di klinik saya ya."
"Baik dok."
"Obatnya jangan lupa diminum. Fisioterapi rawat jalan juga ya."
"Siap dok."
"Kalau begitu saya pamit dulu."
Reza mengantar dokter itu keluar kamar sekalian membereskan administrasi agar Ayu bisa segera pulang.
Ayu segera mulai membereskan baju bajunya ke dalam tas. Meski harus perlahan tapi setidaknya gerakan tangan sudah jauh lebih membaik di banding hari pertama selesai operasi.
Ia tampak sangat bersemangat karena sudah diperbolehkan pulang. "Finally, bisa pulang juga. Bosen banget sumpah," ucapnya sambil melipat pakaiannya.
"Kamu duduk aja. Biar saya yang beresin barang-barangnya." Reza muncul di balik pintu lalu mengambil alih yang dilakukan Ayumi.
"Aku bisa beresin sendiri Mas. Lagian nyerinya juga jauh berkurang kok. Itung-itung latihan fisioterapi juga."
"Latihan bisa nanti dirumah. Kalau kamu yang beresin ini semua kapan pulangnya."
Dalam sekejap barang-barang sudah rapi dan siap di bawa pulang. Keduanya menunggu berkas-berkas yang akan mereka bawa pulang sekaligus surat kontrol ke klinik bedah. Tak lupa obat-obatan seabreg yang harus rutin Ayu minum sudah ditangan.
"Mas aku belum kabarin papa mama dan ibu kalau aku udah boleh pulang," ucap Ayumi saat keduanya masuk ke dalam mobil.
"Tadi saya udah telepon semuanya. Mereka seneng karena kamu udah boleh pulang."
"Oh ya kapan teleponnya?"
"Tadi pas nunggu antrian untuk beresin administrasi." Ayumi hanya beroh ria. "Mmm... Mas boleh ngga kita pulang ke rumah Mama?"
"Kenapa memangnya?"
"Gpp sih. Cuma pengen aja istirahat beberapa hari di rumah mama. Ya kalo Mas ijinin itu juga. Kalau ngga ya udah pulang ke rumah Ibu."
"Kita pulang ke rumah Ibu aja ya. Saya berangkat ke kampus terlalu jauh kalau dari rumah Mama."
Ayu tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya karena tidak bisa pulang ke rumah orang tuanya. Tapi lagi lagi dia berpikir tentang apa yang di katakan suaminya. Jarak rumahnya dan kampus memang jauh, kasihan juga jika Reza pulang pergi memakan waktu yang cukup lama.
"Oh yaudah deh. Kita pulang ke rumah ibu aja." Ayumi memalingkan wajahnya ke jendela. Kepalanya langsung menoleh saat tangan Reza mengelus rambutnya.
"Pulang kerja besok baru kita ke rumah Mama. Sekarang kita pulang dulu ke rumah Ibu. Ibu mau ketemu kamu dulu. Ingin memastikan kalau kamu baik-baik saja."
Senyum Ayumi merekah. "Makasih Mas."
Tanpa ia sadari, Ayumi membuat seorang Reza mematung karena tindakannya yang dengan spontan memeluknya erat. Reza tak bisa menyembunyikan senyumannya.
"Eh... Maaf Mas."
Wajah Ayumi berubah merah seperti tomat matang. Reza mengacak-acak rambut isterinya. Tak hanya Ayumi yang deg-degan dan salah tingkah. Reza pun begitu.
•••
The Girls.
Tika : Yu, elo dah keluar dari rumah sakit ya?
Fitri : Kok elo ngga ngabarin sih kalo udah out dari rumah sakit. Kita datang ke rumah sakit katanya elo dah pulang 🤧🤧
Ayumi : Sorry guys 🙏🏻
Gue lupa ngasih tahu. Dokter udah bolehin gue pulang kemaren. Kalian kenapa ngga chat gue dulu.
Fitri : ya tadinya mau kasih surprise gitu 🤭 eh gagal.
Tika : 🤣🤣
Ayumi : 🤣🤣 bodor ya kalian bedua.
Tika : ya udah kita otw rumah lo ya. Elo balik ke rumah kan. See you at home bu Ayu 😗
Ayumi : hah? Otw rumah? 😱
Ceklis satu.
"Waduh gawat kalau mereka ke rumah Mama. Gimana dong?!"
Ayumi panik karena teman-temannya tidak tahu kalau dirinya sudah tidak tinggal dirumah orang tuanya lagi sejak menikah. Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan hampir jam dua belas siang.
Ayumi harus bergerak cepat pulang ke rumah orang tuanya tapi masalahnya mama mertuanya ada dirumah. Ayumi perlahan turun dari kamarnya dan menghampiri ibunya.
"Loh Laras kamu mau kemana?"
"Anu Bu... Temen kampus ku mau jenguk dirumah. Tapi kan ngga ada yang tahu aku udah nikah. Jadi..."
Dewi menunggu kelanjutan ucapan menantunya. "Jadi kenapa Laras?"
"Boleh ngga Ayu pulang ke rumah Mama sebentar aja." Ayu menatap mertuanya sambil memohon.
"Tapi kamu masih sakit Laras. Suruh temen mu datang ke rumah ini saja."
"Ngga mungkin Bu. Nanti mereka tanya tanya dan jatuhnya ribet. Sebentar aja bu. Ayu janji akan balik lagi setelah mereka pulang."
Melihat menantunya semakin panik akhirnya Dewi mengijinkan Ayumi pulang di antar supir.
"Jangan lupa kabari Mas mu kalau kamu pulang duluan ke rumah Mama mu." Dewi mengingatkan.
"Iya Bu. Nanti Ayu chat Mas."
Fiuuhhh... Semoga mereka belum datang pas gue nyampe rumah, gumamnya dalam hati.
•••
"Bu Ayuuuuu.... Kangeeeen," seru Tika yang langsung memeluk Ayumi erat saat gadis itu membuka pintu rumahnya. Ayu meringis kesakitan karena ulah temannya itu.
"Eh eh sorry Yu. Aduh tulang rusuk lo patah lagi ngga ya?!" ucapnya cemas karena tubuh Tika big size.
Fitri memukul lengan temannya, "Elo tuh ngga sadar body ya. Udah tahu si Ayu cungkring maen elo tubruk aja. Elo mau tanggung jawab kalo semua tulangnya remuk di tabrak badan babon elu!"
Ayu tertawa sembari meringis. "Ya sorry. Gue terlalu eksaiting ketemu ini bocah. Maaf ya Yu."
"Duh kayaknya nanti gue harus kontrol lagi ke dokter bedah gue deh. Kayaknya tulang gue patah lagi gara-gara di pelul elo, Tik." Goda Ayumi.
"Apaan sih Yu. Kan gue ngga sekenceng itu meluknya." Tika memberengut kesal. Ayumi dan Fitri tertawa. "Ciyee bete."
"Tahu ah!"
"Udah yuk masuk. Atau elo berdua mau berdiri aja depan pintu?!"
"Gila lo. Emangnya gue patung selamat datang. Ya masuk lah gue. Masa iya berdiri."
Fitri dan Tika berebutan masuk ke dalam rumah. Ayumi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia pun segera masuk ke dalam rumah menyusul kedua temannya.
Kedatangan kedua sahabatnya membuat Ayumi sejenak melupakan rasa nyeri di tubuhnya. Ketiganya asik mengobrol dan mentertawakan sesuatu yang ngga penting tapi iti justru makin mempererat pertemanan mereka.
"Eh eh gue kepo deh. Selama gue dirawat Pak Reza ngajar ngga?"
"Tumben lo kepo sama dosen jutek itu."
"Iya nih. Jangan jangan elo kangen ya kena omel dosen jutek itu."
"Idih apaan sih. Kan gue cuma tanya doang. Masih jutek ngga dia gue ngga masuk kelas."
"Makin parah anjir! Tiap ngajar moodnya jelek banget. Kek anak-anak abege yang baru menstruasi gitu loh. Sensi banget. Senggol bacok kayaknya."
Ayumi tertawa. "Berarti dia yang kangen gue." Fitri dan Tika saling berpandangan. Kedua alis mereka mengerut.
"He to the Lo. Hellooooo!! Misi Mbak misi. Siapa elo ya pake di kangenin sama Pak Reza. Geer lo!"
"Tahu nih anak. Balik dari rumah sakit bukannya waras malah makin edan. Elo salah pengobatan kali Yu."
"Sialan lo! Kagak salah lah," ucapnya tak terima. "Gue tanya serius guys. Beneran Pak Reza se-sensi itu di kelas."
"Parah." Ayumi kembali tertawa. Dia harus bertanya langsung sama orangnya.
"Kenapa sih Yu?"
"Eh iya waktu elo masuk rumah sakit, Pak Reza ngapain datang kesana? Sama nyokapnya lagi." Fitri memulai penyelidikannya.
"Hah?! Seriusan Pak Reza sama nyokapnya jengukin elo Yu?"
"Iya beneran. Kan gue sama Kak Rafa jenguk dia eh pas masuk ada Pak Reza sama nyokapnya lagi ngobrol sama Papa Mamanya Ayu."
Tika menyunggingkan smirknya. "Gue mencium ketidakberesan di antara elo ama dosen galak itu."
"Apaan sih. Ngga usah berspekulasi aneh aneh deh. Gue kan udah pernah bilang, nyokapnya Pak Reza itu kenal sama bokap nyokap gue. Gue juga baru nyaho kalau mereka saling kenal." Kilah Ayumi.
"Tapi aneh aja Yu. Kok bisa kebeneran gitu. Elo meresa aneh ngga sih Tik?"
"Yes!! Aneh banget."
"Serah lo deh." Ayumi mendelik malas. Ia tidak ingin ambil pusing dengan pemikiran kedua temannya. Meski tidak bisa di pungkiri hatinya dag dig dug takut ketahuan.
Disaat tengah asik menikmati camilan yang di bawa kedua temannya, ponselnya berdering. Ayu langsung sigap mengamankan ponselnya.
"Santai aja kali. Ngga usah heboh gitu."
"Siapa pula yang heboh."
"Sana pergi angkat dulu teleponnya. Berisik tahu. Ngga kedengeran itu pelemnya."
"Iya iya. Gue pergi."
Ayumi berjalan ke arah taman belakang, lalu mengangkat telepon dari suaminya sambil berbisik.
"Assalammualaikum Mas."
"Waalaikumsalam. Kamu dirumah Mama? Saya sebentar lagi pulang."
"Iya masih Mas. Please kali ini jangan marah sama aku ya. Tadi bener-bener urgent banget. Nanti aku cerita sama Mas kalau Mas udah pulang."
"Oke. Mereka masih lama? Saya pulang kerumah dulu ambil baju. Baru pulang ke rumah mama."
"Gatau Mas. Semoga cepet pulang. Aduh maaf ya jadi ngerepotin Mas."
"Sudah biasa saya direpotin kamu terus."
Ayumi mengerucutkan bibirnya. "Ya udah nanti kabarin ya kalau udah otw ke rumah Mama. Hati hati dijalan Mas."
"Oke."
"Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam."
Ayumi memutus sambungan teleponnya. Saat membalikkan badannya, Ayumi terkejut melihat Fitri dan Tika berdiri di belakangnya dengan tatapan penuh selidik.
"Telponan sama siapa lo? Pake bisik bisik segala. Mencurigakan."
"Sejak kapan kalian ada di depan pintu? Untung badan gue setegar karang. Kalo ngga tadi jatoh saking kagetnya melihat penampakan elo berdua."
"Ngga usah mengalihkan pembicaraan Yu. Siapa tadi yang telpon elo? Pacar baru atau gebetan baru?"
"Kepo lu."
Ayumi masuk ke dalam rumah diikuti kedua temannya. "Kalian kenapa sih?"
"Yang telepon tadi Kak Rafa ya? Pake bisik bisik segala. Tenang aja kita ngga denger kok."
"Ngga denger sih tapi jadinya kepo. Iya kan."
"Dikit." Fitri tertawa. "Beneran Kak Rafa?"
"Bukan."
"Lah terus siapa? Secret banget kayaknya."
Ayumi memainkan roknya. "Sorry bukannya gue mau rahasia-rahasiaan sama kalian. Tapi memang gue belum bisa jujur tentang ini sama kalian."
"Hah?"
"Maksudnya gimana Yu?"
"Gue janji suatu hari nanti gue bakalan cerita semuanya sama elo berdua, termasuk tentang cowok yang tadi telpon gue. Gue harap nanti elo ngga ketawa apalagi pingsan karena kaget. Tapi bisa kan untuk kali ini kalian ngga tanya-tanya dulu?"
Ayumi menatap kedua temannya dengan tatapan memohon. Fitri dan Tika memeluk Ayumi.
"Its oke, Ayu. Kita akan selalu ada buat lo. Kapan pun elo siap cerita kita akan selalu siap mendengarkan."
"Jangan marah ya guys. Jujur gue juga bingung mau cerita dari mana."
"Kita punya banyak waktu untuk dengerin cerita lo nanti. Santai aja."
"Thanks guys." Kedua mata Ayumi berkaca-kaca. "Gue pasti cerita sama kalian berdua. Kalau perlu gue ajak itu orang buat ketemu sama elo berdua. Tapi inget jangan diketawain ya."
Fitri dan Tika tertawa. "Tuh kan belum apa-apa elo berdua udah ketawa!"
"Lucu aja anjir! Emang sejelek itu cowok lu?"
"Ngga lah. Ganteng pake banget. Tapi ya gitu mulutnya lemes."
"Gue yakin Kak Rafa deh pacar lo."
"Lihat nanti aja deh."