Chereads / PAK DOSEN (Non Exc) / Chapter 13 - PD 12

Chapter 13 - PD 12

"Elo yakin nomor yang elo kasih kemarin nomornya Kak Reza?" tanya Audrey saat menemui Damian di kantornya. "Yups. Masa iya gue bohong."

"Tapi kenapa yang angkat bukan suaranya Kak Reza tapi cewek." Dahi Damian mengerut. "Masa sih?!"

"Elo yakin nomor itu nomornya Kak Reza?"

"Yakin 1000%. Kalo bukan nomornya Reza ngga mungkin gue kontek kontekan sama dia. Mungkin ceweknya kali yang angkat."

"Ceweknya?! Ngga. Itu ngga nungkin."

"Loh kenapa ngga mungkin. Semua hal di dunia ini ngga ada yang ngga mungkin. Secara elo sama dia udah putus cukup lama. Apalagi si Reza udah move on cukup lama dari elo, masa iya dia ngga punya cewek."

Audrey terdiam membisu. "Ngga. Gue tetap yakin kalau suara cewek yang angkat telepon Kak Reza pasti pembantunya."

Damian tertawa ngakak. "Eh mana ada pembokat yang berani angkat telepon majikannya. Elo jangan jadi pelawak ya kagak lucu lawakan lo!"

"Damian gue serius! Siapa tahu bener kan. Lagian ngapain ceweknya Kak Reza pagi pagi buta ada dirumahnya. Ngga mungkin banget kan. Yang udah jelas sih pembokat kalo menurut gue."

Damian menggaruk-garuk dagunya. "Maybe his wife." Damian coba menebak.

"What?! Impossible!"

"Oh come on. Gimana kalo kita taruhan. Menurut elo kan cewek yang angkat telepon si Reza pembokat. Menurut gue cewek yang angkat teleponnya isterinya. Masa iya pembokat berani angkat telepon majikannya. Gua gibeng itu pembokat kalo berani sentuh barang-barang gue."

"Oke, siapa takut. Gue yakin satu juta persen kalo itu pembokatnya yang kurang ajar." Keduanya pun deal.

***

Dua hari tidak masuk kuliah membuat Ayumi ketar ketir ketinggalan pelajarannya. Haid bulan ini benar-benar membuatnya berbaring seharian di kamar.

Kepalanya berdenyut hebat tiap kali bangun dari tidur. Reza dan Dewi dibuat khawatir dengan keadaan Ayumi dan berniat membawa Ayumi ke rumah sakit untuk diperiksa.

"Kamu denger kan apa yang di katakan sama dokter penyakit dalam. Kamu udah ngga boleh makan yang pedes pedes lagi. Haid kamu makin sakit karena lambung kamu ikutan bermasalah gara-gara makan yang pedas."

Ayumi hanya mengangguk. Keduanya dalam perjalanan pulang ke rumah.

"Iya Mas tahu. Udah dong jangan di marahin terus."

"Habis kamu bandel banget kalo di kasih tahu. Kalau masih ketahuan makan pedas lagi lihat aja. Mas biarin kamu guling guling nyeri perut kayak tadi!" Ancam Reza.

"Oke janji."

Tak lama keduanya pun tiba dirumah. Dewi yang menunggu dirumah segera menghampiri anak dan menantunya. Reza menceritakan apa yang terjadi pada isterinya. Dewi pun ikut mengingatkan Ayumi untuk mengurangi memakan makanan pedas. Dewi menyuruh menantunya untuk kembali beristirahat.

"Kok belum tidur?" tanya Reza yang baru saja kembali setelah mengerjakan pekerjaannya diruang kerja. Ia melihat Ayumi tengah duduk bersandar di ranjang di kelilingi buku buku kuliahnya. Sebuah kaca mata bertengger di hidungnya membuat kecantikannya meningkat beberapa persen.

"Tanggung Mas lagi belajar buat besok ujian."

Reza menghampiri isterinya dan duduk di samping tempat tidur. "Ujiannya nyusul aja. Badan kamu masih belum fit. Gimana mau ujian kalau belajarnya sambil peringas peringis megangin perut. Yakin masuk materinya ke otak?"

"Sstt... Mas berisik deh ah. Udah sana tidur duluan. Aku mau belajar dulu biar besok bisa ngerjainnya," sungut Ayumi. Reza menggelengkan kepala. Ia pindah ke sebelah isterinya dan merebahkan tubuhnya.

"Matikan lampunya ya kalau udah selesai belajar."

"Hmm..."

***

Keesokan harinya,

"Kamu yakin mau ke kampus? Perut kamu gimana? Masih sakit?" tanya Reza khawatir karena Ayu bersikeras mau datang ke kampus karena hari ini hari pertama ujian semester.

"Yakin. Kalo ngga dateng ujian hari ini nanti aku harus susulan. Ngga ada yang bantuin aku pas ujian."

"Ck, jadi bukan niat ujian kalo gitu?"

"Niat ujian dong. Tapi kan lumayan kalau ada yang bisa di tanya pas ujian."

Reza mengacak rambut Ayumi. "Oh iya Mas mau kemana hari ini? Rapi bener. Ngga ada jadwa ngajar kan hari ini?"

"Mas mau ketemu temen. Mau bahas soal pekerjaan baru. Mas deal mau kerja sama sama dia."

Ayumi hanya beroh ria. "Jam berapa selesai ujiannya? Nanti mas jemput."

"Oke nanti aku chat mas ya kalau udah selesai."

"Iya."

Tidak seperti biasanya, Reza menurunkan Ayumi beberapa meter dari gerbang kampus. Isterinya itu memaksa di drop disana karena teman-teman kampusnya mulai curiga. Reza pun menuruti. Lalu ia melanjutkan perjalanannya ke kantor Damian.

***

Damian's Office.

Tanda tangan kerja sama antara Reza dan Damian telah berhasil di lakukan. Damian sangat senang karena sahabatnya itu sudah bersedia untuk bekerja sama dengan pihaknya. Ia pun bermaksud mengajak Reza untuk makan siang bersama sekaligus mempertemukan Reza dengan Audrey.

"Thanks Bro. Gue seneng banget kita akhirnya bisa kerja sama."

"Sama sama Bro. Semoga kerja sama kita membawa berkah ya."

"Amin. Oh iya Bro nomor lo ngga ganti kan?"

"Ganti nomor? Maksudnya?"

"Gini, waktu kapan hari gue telpon lo pake nomor asisten gue tapi yang angkat cewek. Ya gue kaget lah. Elo ngga ganti nomor kan?!" Damian mencoba mempertanyakan tentang wanita yang mengangkat telpon Reza.

Dengan santainya Reza menjawab, "Oh isteri gue kali yang angkat." Damian melongo mendengar Reza sudah memiliki isteri. "Hape gue ngga gue bawa pas jogging. Kayaknya isteri gue yang angkat."

"Jadi, elo udah nikah?! Seriously?!"

"Yups. I'm married Man." Reza memperlihatkan jari tangannya yang terpasang cincin pernikahannya dengan Ayumi.

"Anjriiit! Kapan lo nikah? Kok gue ngga tahu? Ngga undang- undang lagi."

"Panjang ceritanya. Yang jelas gue udah nikah beberapa bulan ini." Reza tersenyum tipis saat menceritakan pernikahannya.

"Wah seru nih. Siapa nih cewek yang berhasil menaklukkan loe? Penasaran gue."

"Nanti gue kenalin. Tapi sekarang dia lagi ujian semester."

Damian menatap sahabatnya seolah tidak percaya. "Elo lagi ngga nge-prank gue kan ngaku ngaku kalo elo udah nikah?!"

Reza tertawa. "Ngapain gue nge-prank elu. Emang gue ngga ada kerjaan lain apa. Ya ngga lah. Gue seriusan udah kawin."

Damian menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh sahabatnya. "Gue butuh bukti kalo elo udah nikah. Mana buku nikah lo? Gue mau liat sendiri!"

"Ada dirumah lah. Masa iya buku nikah gue bawa bawa. Ya kali disamain sama buku tabungan."

"Iya juga sih. Oh-foto. Foto pas lo nikah ada kan? Mana foto foto nikahan lo. Kalo ngga ada foto nikah elo bohong berarti."

"Meski gue tunjukin semua bukti yang membuktikan kalo gue udah nikah tapi elonya yang ngga percaya ya ngga akan ngaruh apa-apa. So, terserah elo aja deh mau percaya ya syukur. Kalo ngga ya emang gue pikirin."

"Sialan lu!" Maki Damian. "Ya udah gini aja. Sekarang lo telpon isteri lo terus ajak makan siang bareng kita. Biar gue nilai sendiri yang menilai."

"Serah lo deh!" ucapnya malas. "Gue tanya isteri gue dulu dia mau ikut apa ngga. Soalnya dia lagi nyeri haid. Takut tumbang lagi."

"Oke deh."

Tak lama ponsel Reza berbunyi. My Wife's calling. Reza langsung mengangkat telepon isterinya dan mengajaknya untuk ikut makan siang. Ayumi setuju untuk ikut makan siang sekaligus bertemu Damian.

"Dia jadi ikut. Kalo soal makan dia semangat banget," ucap Reza setelah menutup teleponnya.

"Oke let's go!"

"Gue jemput dia dulu di kampus ya."

"Gue ngikut. Gue ngga sabar pengen ketemu isteri lo."

"Ternyata prediksi lo salah, Drey. Reza udah nikah dan elo udah ngga bisa kejar dia lagi," ucap Damian dalam hati.

***

Kampung Daun Culture Gallery & Cafe.

Reza mengajak Damian dan Isterinya makan di Kampung Daun Culture Gallery & Cafe. Selain ingin menikmati makanan khas sunda, Damian juga ingin menikmati suasana sejuk disana.

Suasana hari itu sangat enak. Tidak panas dan juga tidak mendung. Udara segar sangat menyehatkan jiwa dan raga yang lelah setelah beraktifitas seharian.

"Ay, kenalin. Ini temannya Mas yang tadi pagi mas ceritain. Mas kerja sama sama dia untuk membangun beberapa perumahan di kantornya." Reza memperkenalkan Damian kepada isterinya.

"Dan ini isteri gue. Namanya Ayumi."

Damian dan Ayumi bersalaman. Damian masih tidak percaya kalau gadis lugu dan masih tampak muda ini adalah isteri sahabatnya.

"Hai, gue Damian. Temen Reza. Salam kenal ya."

"Halo Mas Damian. Saya Ayumi isterinya Mas Reza."

"Panggil Kakak atau Om aja Ay jangan Mas. Ngga cocok. Yang boleh di panggil mas selain aku ngga ada lagi yang lain."

"Ciyee cemburu niye. Bininya manggil mas ke cowok lain."

"Diam lu!" Damian tertawa. "Eh suami lu pemarah ya. Posesif banget orangnya. Kenapa mau sama orang seposesif dia?"

Ayumi menatap suaminya. "Memang Mas Reza posesif ya? Menurut ku ngga. Aku seneng malah kalo mas bawelin aku. Itu tandanya dia sayang."

Reza tersenyum bangga. Damian mendelik sebal. "Kamu pinter banget sih Ay. Ini baru isteri ku." Puji Reza membuat kedua pipi Ayumi bersemu.

Ketiganya berbincang dengan akrab. Tak lama pesanan makanan mereka pun datang. Ketiganya menikmati makan siang dengan lahap.

"Jadi, kalian menikah karena perjodohan? Dan sekarang kalian harus merahasiakan pernikahan karena Ayumi masih kuliah?!"

"Yups... bener banget."

"Kenapa ngga di umumin sekalian aja sih. Kan lebih enak buat kalian berdua."

"Pengennya sih gitu. Tapi dia yang kasihan. Dia ngga bakalan konsen sama kuliahnya. Pasti nanti dosen dosen yang lain menilai dia ngga secara objektif. Makanya kita sepakat untuk menyembunyikan pernikahan dari kampus."

Damian manggut-manggut. "Tenang aja cuma tinggal setahun kurang dia kuliah. Bentar lagi lulus. Jadi, sabar aja dulu."

Reza tersenyum manis ke arah Ayumi. Begitu juga dengan Ayumi yang tampak malu-malu mendapati suaminya tersenyum semanis itu. Bisa bisa dia diabetes gegara senyum maut suaminya.

"Ehem!!"

"Bisa ngga kalian berdua menghargai yang jomblo ini?!" Reza dan Ayumi tertawa.

"Kita jalan-jalan yuk, Ay. Biarin yang jomblo menderita karena ngga bawa pasangan." Reza meledek Damian. "Sialan lo!!" umpat Damian.

Ia menggandeng tangan isterinya berjalan jalan melihat suasana di Kampung Daun yang asri. Tak lupa mereka mengabadikan momen indah itu melalui kamera handphone.

Damian yang melihat kemesraan Reza dan Ayumi meyakini jika sahabatnya itu benar benar sudah move on dari Audrey. Seulas senyum tercipta tatkala Audrey menghubunginya.

"Yo what's up!!"

"Oh gue. Gue lagi di restoran sama Reza makan siang dan elo tahu Reza datang sama siapa?! Dia datang sama isterinya. So, tebakan gue kemaren bener kan. Kalo yang angkat telepon lo itu adalah isterinya Reza bukan pembokatnya."

Terdengar kericuhan suara Audrey dan itu membuat Damian tertawa geli.

"Kalo elo ga percaya wajar. Karena gue pun tadinya ngga percaya kalo dia udah married. Tapi begitu dia kenalin isterinya... gue percaya."

Audrey nampak tidak puas dengan ucapannya dan ia meminta bukti untuk meyakinkan bahwa Reza sudah menikah.

"Oke. Nanti gue kirim foto Reza & isterinya. Bye."

Damian memutus sambungan telepon Audrey dan segera bergabung dengan pasangan baru tersebut. Damian menawarkan diri untuk memotret foto keduanya sekaligus memberikan bukti untuk Audrey.

"Yang mesra dong Bro. Kan udah halal nih. Masa masih malu malu mau mesra mesraan," seru Damian ikut gereget melihat tingkah pasangan itu.

Meski masih malu malu tapi hasil bidikan Damin sangat memuaskan. Damian mengirimkan satu foto keduanya yang menurutnya paling bagus. Ia sengaja menutupi wajah Ayumi dengan stiker untuk membuat Audrey semakin penasaran.

To Audrey

Reza and wife

To Damian

Fuck šŸ–•šŸ»!!

To Audrey

šŸ¤£šŸ¤£šŸ¤£šŸ¤£