Chereads / PAK DOSEN (Non Exc) / Chapter 14 - PD 13

Chapter 14 - PD 13

"Reza udah married. Yang angkat telepon elo itu isterinya Reza."

Mendengar ucapan Damian, Audrey mengamuk. "AAAAAAAA!!!"

Audrey membanting semua barang yang berada dalam jangkauannya. Dian sang Manager tampak terkejut melihat artisnya mengamuk seperti itu.

Dian berusaha memeluk tubuh Audrey yang terus menerus meronta ingin mengamuk. Tangannya terus berupaya ingin mengobrak-abrik barang-barang yang ada di hotel tempatnya menginap.

Beberapa hari pergi dari Jakarta karena ada pemotretan dan pembuatan video iklan untuk sebuah brand parfum membuat Audrey harus menahan diri untuk mencari keberadaan Reza.

Tapi sayang kabar yang ia harapkan tidak berjalan dengan mulus. Damian mengabarkan kalau Reza sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik dan masih muda. Damian juga mengabarkan bahwa terlihat begitu mencintai isterinya. Ia juga terlihat sangat posesif dan Audrey tidak menyukai itu.

Reza hanya boleh mencintainya. Reza miliknya dan bukan milik orang lain.

***

Ujian telah dilalui. Beberapa mahasiswa mahasiswi bersorak kegirangan karena ujian berat telah mereka lalui, ada juga yang was was menunggu hasil ujian. Akan masuk kelas remedial ataukah lolos dengan nilai yang memuaskan.

Diantara kegundahan itu, Ayumi tampak ketar ketir karena di grup kelasnya tersebar beberapa foto yang menunjukkan kemesraan Reza dengan seorang wanita cantik yang hanya terlihat bagian punggungnya saja.

Tapi mereka yakin kalau wanita yang tengah bersama Reza adalah Ayumi. Gadis itu pun tengah di sidang oleh teman-teman sekelasnya. Tika dan Fitri tidak bisa berbuat banyak karena mereka sudah menyangkal hal itu tapi tidak ada yang percaya.

"Sorry Ay. Kita berdua udah bantu lo sebisa kita. Tapi anak anak ngga ada yang percaya sama omongan kita. Sisanya elo yang hadapi ya," ucap Tika sebelum Ayumi masuk ke kelas.

"Hwaiting Ay!!" Fitri memberikan semangat untuk sahabatnya.

Ayumi ketakutan menghadapi serangan teman-temannya yang kepo tingkat dewa. Ayumi menggerutu kesal karena nomor telpon suaminya tidak bisa di hubungi padahal ia berada dalam keadaan yang genting.

"Gue ngga mau masuk. Gue mau kabur aja!" Seru Ayumi beranjak pergi tapi Tika dan Fitri menahannya.

"Ngga bisa Ay. Mau ngga mau elo harus hadapi mereka semua."

"Tapi gue takut. Bisa skip nanti aja ngga sih."

"Sekarang atau nanti sama aja. Ngga ada bedanya. Udah mending sekarang elo jelasin ke anak anak tentang apa yang terjadi antara elo dan Pak Reza."

"Apa?! Gila lo ya. Ngga mungkinlah gue bocorin itu ke anak-anak," ucapnya panik.

"Terus mau gimana?"

"Ya... mana gue tahu. Pokoknya gue mau kabur aja!!"

Belum sempat Ayumi melarikan diri, Rafael mencegatnya. Mimik mukanya tampak serius dan Ayumi yakin Rafael sudah mendengar desas desus tersebut.

"Apa bener gosip itu, Ayu?" tanya Rafael membuat Ayumi menelan ludahnya. "Kak Rafa... itu...."

"Ngga bener kan Yu? Kamu ngga ada hubungan apa-apa sama Pak Reza?" Rafael memegang kedua tangan Ayumi. Tanpa sadar ia menggelengkan kepalanya. Senyumnya mengembang.

Rafael menghela nafas lega. "Aku tahu kamu ngga mungkin punya hubungan sama Pak Reza. Aku ngga perlu khawatir lagi dengan gosip itu," ucapnya lega. Ia mengelus rambut Ayumi.

Tika dan Fitri menepuk jidat mereka melihat kebodohan Ayumi.

"Ayo aku temenin kamu ketemu anak-anak yang lain. Jelasin ke mereka kalau kamu ngga ada hubungan sama Pak Reza."

"E...eh Kak tunggu dulu."

Rafael tidak menghiraukannya dan terus menarik tangan Ayumi menuju kelas dimana semua orang telah berkumpul. Tika dan Fitri mengekori dari belakang. Entah apa yang akan terjadi pada sahabatnya itu yang jelas Reza harus tahu mengenai hal ini.

***

Ayumi tampak jengah mendengar tudingan tudingan yang dilontarkan kepadanya. Menurutnya percuma juga kan dia berbohong, toh tidak ada yang percaya. Jadi, Ayumi sedikit membuka rahasia dengan mengiyakan bahwa gadis yang ada di foto itu dirinya.

"Udah deh elo ngaku aja Ay. Elo punya affair kan sama Pak Eza? Ngaku aja deh loh."

"Katanya elo benci sama Pak Eza tapi nyatanya di belakang kita kalian jadian. Cih, muna loe!"

"Jangan maruk dong Ay. Masa iya elo gebet Rafael terus sekarang gebet Pak Eza juga. Mentang mentang cakep elo gebet semua cowok cowok ganteng di kampus ini, iya!"

Ayumi meremas tali tasnya dengan kuat. Kepalanya nyaris pecah mendengar tudingan tudingan itu semua. Ngga ngaku saja bikin satu jurusan heboh. Gimana kalau beneran ngaku udah nikah? Bisa bisa dia di arak keliling kampus terus di bakar hidup hidup ditengah lapangan upacara.

Memikirkannya saja membuat Ayumi bergidik ngeri. Ayumi harus segera mengatakannya kepada Reza untuk berhati-hati di kampus karena tindak tanduk mereka sudah di awasi.

Ayumi menghela nafas. Inhale exhale, Ayumi!!

"Gini ya man teman. Gue ngga paham sama kalian yang heboh sendiri menyimpulkan ini dan itu. Oke gue aku cewek di foto itu gue. Tapi gue ngga ngerti kenapa bisa itu orang fotoin gue pas banget sama Pak Reza. Seolah gue lagi jalan bareng. Gue juga ngga tahu kenapa karena gue ngga jalan bareng sama itu dosen nyebelin. Terus buat apa juga gue jalan sama dia," ucapnya geremet karena kesal.

"Terus kalo elo ngga jalan sama Pak Eza, kenapa bisa ada foto elo jalan sama Pak Eza. Pake turun dari mobil segala lagi."

"Ya mana gue tahu. Sono elo tanya sama yang sebarin foto foto itu. Bukan gue yang suruh apalagi minta di foto sok sok candid kek gitu!"

Ucapan Ayumi tidak langsung membuat teman-temannya percaya. Ayumi nyaris menangis karena kesal. Tiba-tiba Reza muncul di kelas membuat semua orang terperanjat karena kaget.

"Kalian kumpul sebanyak ini bukan untuk kulian tapi untuk ngeroyok satu orang?! Cewek pula.

Ternyata nyali kalian kecil ya. Beraninya keroyokan," cibir Reza sambil menatap tajam satu persatu mahasiswa yang hadir disana.

Ia melirik isterinya yang tertunduk menahan tangis. Tika dan Fitri bernafas lega melihat kedatangan Reza. Tanpa sepengetahuan Ayu, Tika dan Fitri mengirim pesan darurat ke handphone Reza. Beruntungnya saat itu Reza tengah on. Mereka langsung mengadukan hal itu dan meminta Reza untuk datang.

"Bukan gitu Pak. Kami hanya ingin tahu apa benar..."

"Memangnya apa yang salah dosen terlihat jalan berdua dengan mahasiswanya? Memangnya kalian ngga pernah kelihatan jalan bareng sama dosen?!"

Semua orang terdiam. Hampir semua orang tidak berani ada yang menyela ucapan Reza.

"Kalian berkumpul seperti ini hanya untuk membahas hal yang ngga bermutu. Apa kalian pikir yang kalian lakukan saat ini akan muncul dalam soal ujian semester, hah!"

"Tidak Pak!" Jawab mereka serempak.

"Lalu kenapa masih pada ngumpul disini! Kembali ke kelas masing-masing!" ucap Reza mengagetkan membuat kerumunan itu langsung bubar. Tinggallah Ayumi, Tika dan Fitri yang masih ada disana.

Reza menghampiri isterinya. Kepalanya celingak celinguk melihat sekitar. Setelah dirasa aman, ia memeluk isterinya yang menangis.

"Sorry tadi hapenya di getar. Untung temen temen kamu ngasih tahu," ucapnya sambil mengusap-usap rambut Ayumi.

Ia menyeka air mata Ayumi dengan sapu tangannya. "Jangan nangis. Nanti kita obrolin lagi dirumah oke." Ayumi mengangguk.

Reza menatap Tika dan Fitri. "Makasih udah ngasih tahu. Tolong temenin Ayu pulang."

"Siap Pak," ucap keduanya berbarengan. Reza mengangguk. Tika dan Fitri membawa Ayumi keluar dari ruangan kelas. Tak lama Reza pun keluar dari sana.

"Thanks ya guys. Kalian berdua udah nolongin gue. Gue ngga tahu gimana jadinya tadi kalau ngga ada laki gue." Saat ini ketiganya tengah nongkrong di sebuah cafe yang tidak jauh dari kampus.

"Santuy aja Ay. Lagian anak anak kelewatan banget sih."

"Terus elo gimana nanti Ay? Elo kan selama ini di antart jemput sama Pak Eza. Udah muncul kecurigaan kayak gini elo masih mau di anter jemput Pak Eza?"

"Ya ngga lah. Itu sama aja gue bunuh diri di depan mereka semua. Nanti gue bilang sama Mas bojo kalau mulai besok gue berangkat sama pulang sendiri. Semoga Mas Bojo mengerti."

"Ya udah elo bilang aja. Udah mulai ngga aman Ay. Anak anak udah mulai curiga."

"Itu dia masalahnya. Siapa sih yang motret gue sama Mas Bojo di parkiran? Nyebelin deh!"

"Iya juga ya. Jarang banget loh mahasiswa atau mahasiswi yang turun di parkiran dosen. Ngga ada malahan."

"Kok gue suudzon ada dosen yang sengaja fotoin elo berdua terus nyebarin ke anak-anak. Ngga mungkin juga kan ujug-ujug itu foto tersebar kalau bukan disebarin sama yang fotoin."

"Bener juga apa yang di bilang si Tika. Bisa jadi ada dosen yang ngga sengaja ngeliat elo sama Pak Eza berduaan di parkiran. Terus jiwa keponya muncul dan jepret sana jepret sini and whalaaaa... kesebar deh satu kampus."

Ayumi memikirkan ucapan kedua temannya. "Bisa jadi sih. Tapi gue ngga mau suudzon ah. Pamali."

***

Di rumah.

"Boleh ya Mas. Mulai besok aku berangkat dan pulang bawa si Beat. Dia pasti kangen aku naikin deh. Sejak nikah dia aku anggurin karena Mas anter jemput aku. Boleh ya?"

"Bahaya Ay. Nanti kalau ketabrak motor lain gimana? Udah Mas aja yang antar jemput kamu seperti biasa."

"Ngga mau. Mas tahu sendiri kan tadi siang kayak gimana. Mereka udah curiga Mas sama kita. Mending besok aku berangkat sendiri aja. Ya please..."

Reza menatap isterinya yang tengah memohon. "Kalau Mas ijinin kamu mau kasih Mas apa?"

"Dih apaan sih kayak bocah aja minta sesuatu kudu ada imbalannya."

"Ya udah kalau ngga mau. Mas ngga maksa."

"Eeh jangan dong. Iya iya aku kasih sesuatu tapi ijinin aku berangkat ngampus sendiri ya."

"Oke. Asal hati hati di jalan. Jangan kebut-kebutan apalagi nyalip nyalip."

Ayumi bersorak kegirangan. Ia memeluk tubuh suaminya dari belakang lalu memberikan sebuah kecupan manis di pipi kanan Reza. Setelah itu ia kembali ke atas ranjang untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Sementara Reza terdiam membisu setelah mendapatkan kecupan manis di pipi dari isterinya. Ia pun tersenyum.

***

Sudah seminggu Ayumi berangkat dan pulang kampus sendirian. Ia sangat merindukan kebebasannya berangkat dan pulang kampus sendiri meski tetap terus memberi kabar kepada Reza.

Akhir akhir ini Reza mulai sibuk dengan pekerjaan barunya di kantor Damian. Ia benar benar datang ke kampus hanya untuk mengajar. Terkadang hanya memberi materi dan tugas untuk di kumpulkan.

Jarang melihat suaminya berkeliaran di kampus membuat Ayumi tiba-tiba merindukan sosok suaminya itu.

"Diem diem bae neng. Kangen Pak Su ya," goda Tika membuat Ayumi salah tingkah.

"Apaan sih rese banget deh. Siapa pula yang kangen. B aja tuh."

"Yakin ngga kangen? Terus kenapa itu WA Storynya galau dan merindu begitu. Ngaku aja deh kalo elo kangen Pak Su." Fitri tak mau kalah ikut menggoda Ayu.

"Elo berdua makin hari makin rese ya. Ngga ada Pak Su eh ketemu elo berdua!" Ayumi jengah.

Dari arah yang berlawanan tiba-tiba muncul sebuah mobil mewah berwarna hitam mengagetkan ketiganya dengan berhenti mendadak dan nyaris mencelakai ketiga gadis tersebut.

"Woy!! Punya mata ngga sih lo! Ngerem seenak udel lo di sembarang tempat. Ngga liat kalo ada orang lagi jalan!"

Seorang wanita cantik keluar dari mobil. Ia melepas kacamata hitamnya dan menatap ketiga gadis di hadapannya.

"Sorry!" ucapnya singkat. Fitri semakin kesal dibuatnya. Udah salah nyebelin pula. Jika saja Ayumi tidak menahan tangannya mungkin wanita itu sudah ia maki maki lagi.

"Lebih baik kita balik. Ngga usah nanggepin itu mba mbak." Ayumi mengajak kedua temannya pergi dari sana.

"Tunggu dulu!" Ketiganya menengok kebelakang. "Apa bener Reza mengajar di kampus ini?"

"Reza mana Tante? Disini banyak banget yang namanya Reza." Fitri menanggapi pertanyaan wanita itu.

"Tante? Sejak kapan gue nikah sama Om lo. Gue belum setua itu."

"Sorry." Fitri membalas singkat ucapan wanita itu. Ia berhasil membuat wanita itu kesal.

"Gue tanya Reza beneran ngajar disini?"

"Reza siapa namanya Mbak? Di kampus ini yang namanya Reza banyak. Noh satpam yang molir di pos juga namanya Reza." Tika menunjuk ke arah satpam kampus yang tengah tidur sambil mangap di posnya.

Ayumi menahan tawanya. Ia tidak bisa menahan kedua temannya untuk menjahili wanita yang menyebalkan itu.

"Ck! Elo ya!"

"Apa? Mau apa lo! Berani lo orang baru sama gue hah?!"

Wanita itu menahan kekesalannya demi mendapatkan informasi. "Reza yang gue maksud itu Reza Pratama. Dia dosen muda disini katanya. Dia ngajar disini kan!"

Fitri, Ayumi dan Tika saling bertatapan. "Kalau iya, lo mau apa?" tanya Tika penasaran.

Wanita itu hanya tersenyum. Ia kembali memakai kacamata hitamnya. "Bukan urusan lo, bocil!" Wanita itu masuk ke dalam mobil lalu pergi begitu saja.

"Anjrit! Gue dibilang bocil?! Wah bener bener ya itu nenek lampir. Awas aja kalo ketemu gue lagi gue smackdown baru tahu rasa!"

"Udah udah. Ayo pulang."

"Kok cewek tadi kenal sama laki lo si Ay?" Ayumi mengangkat kedua bahunya masa bodoh. "Meneketehe."

"Hati hati Ay. Lihat gelagatnya sih keknya dia ngincer laki lo. Dasar cewek cabe cabean. Cewek gatel."

"Iya Ay. Hati hati. Jagain laki lo dari godaan wanita cabe cabean kayak gitu. Ngeri ah!"

"Iya iya pasti gue jagain Pak Su gue oke. Ayo buruan balik. Nanti Pak Su interogasi gue kalo pulang telat."