Audrey terpana melihat sosok hades di balik kaca ruang kerja Damian. Sosok yang ia rindukan selama ini tengah sibuk berdiskusi penting bersama Damian mengenai proyek yang tengah mereka lakukan.
Bermaksud ingin memaki Damian secara langsung karena pria itu sok sibuk, Audrey tak menyangka akan bertemu dengan Reza secara tidak sengaja.
"Pak Damian sedang ada tamu Mba. Saya akan memberi tahu Pak Damian kalau Mba datang," ucap sang sekretaris yang sudah mengenal Audrey.
"Ngga. Ngga usah. Biarin aja mereka selesai dengan pekerjaannya. Aku tunggu disini aja," ujarnya saat Cintya akan mengangkat gagang telepon di mejanya.
Audrey duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan ruangan kantor Damian. Dengan sigap ia mengeluarkan kamera dari dalam tasnya lalu membidik banyak foto Reza yang menurutnya semakin tampan dan berkharisma.
"Baik Mba. Mau saya ambilkan minuman apa Mba?" tanya Cintya.
"Ngga usah. Kamu balik lagi kerja aja." Audrey sibuk memotret pujaannya dengan hati riang gembira. Tidak perlu susah payah mencari Reza kesana kemari, Tuhanlah yang justru mempertemukan mereka.
Tak terasa dua jam Audrey menunggu Reza menyelesaikan pekerjaannya. Audrey menunggu dengan sabar karena ia tahu Reza tidak suka di ganggu jika tengah fokus bekerja. Akhirnya ia melihat tanda-tanda Reza dan Damian sudah menyelesaikan pekerjaan mereka dan bermaksud untuk pulang. Audrey segera masuk ke dalam ruangan Damian dan memeluk pria itu dari belakang.
"Audrey," ucap Damian terkejut melihat kedatangan Audrey.
Reza menegang. Ia menoleh ke belakang dan melihat sosok wanita yang pernah menghuni hatinya bertahun-tahun tengah memeluknya. Audrey memeluknya semakin erat.
"A... Audrey."
Audrey mendongakkan kepalanya dan tersenyum menatap Reza. "Iya Kak. Ini aku Audi. Kesayangan Kakak Audi udah kembali." Senyumnya merekah.
Reza melepaskan tangan Audrey yang membelit tubuhnya lalu melangkah mundur. Audrey terlihat kecewa.
"Kak..."
"Urusan kita hari ini udah beres. Nanti tinggal gue pantau aja pembangunannya. Gue balik dulu," ucap Reza kepada Damian. Ia langsung melangkah pergi begitu saja dan tidak menghiraukan Audrey.
"Kak... tunggu!"
Audrey berusaha mengejar tapi Damian menahan tangannya. "Lepas! Lepasin gue!"
"Stop Audrey. Stop! Reza bukan punya elo lagi. Lebih baik elo berhenti dengan kegilaan ini."
"Ngga. Reza tetap milik gue. Sampai kapan pun dia milik gue!" Audrey berhasil menarik tangannya lalu berlari menyusul Reza.
Damian menggelengkan kepalanya. Audrey cukup keras kepala dengan pendiriannya. Semoga Reza bisa menyadarkannya kalau dirinya bukan Reza yang dulu lagi.
***
Reza menghentikan mobilnya di tepi jalanan setelah berhasil menjauh dari Audrey. Beberapa saat yang lalu mobil milik mantan kekasihnya itu masih setia mengikutinya kemana pun ia pergi. Hingga akhirnya Reza berhasil berbelok secara tiba-tiba dan membuat Audrey tertinggal cukup jauh.
Kedua tangannya meremas kemudi mobil dengan erat. Ia tidak menyangkal jika selama ini dirinya masih merindukan Audrey. Meski tidak kentara, dirinya masih mencari cari info mengenai Audrey.
Bisa dibilang pernikahannya dengan Ayumi berhasil mengusir pikirannya tentang kenangan bersama Audrey. Ia pikir dirinya sudah terbebas dari Audrey dan masa lalu mereka, tapi nyatanya ia belum bisa.
Audrey terlalu kuat menempel di pikirannya.
"Astagfirullahhaladzim," ucapnya berkali kali karena mengingat-ingat hal yang tidak seharusnya ia ingat. Ponselnya berdering. Ayumi menghubunginya.
"Halo Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam Mas. Mas dimana? Kok belum pulang? Lembur lagi ya?" Reza tersenyum mendengar suara isterinya yang tengah khawatir.
"Ngga lembur. Udah beres kok tingga memantau ke lapangan aja. Mas pulang malam ini Ay."
"Yeay... Akhirnya aku ngga bobo sendirian lagi!" seru Ayumi keceplosan. "Apa Ay?!"
"Hah?! Kenapa Mas?"
"Tadi kamu ngomong apa Ay?"
"Bawain aku martabak ya Mas. Jangan lama lama pulangnya. Aku tungguin Mas oke!"
Ayumi memutus sambungan teleponnya. Reza terkekeh. Ia tidak ingin membuat isterinya itu menunggu lama kepulangannya. Segera ia tancap gas menuju rumah tapi sebelumnya ia membeli pesanan isteri tercintanya.
***
"Kenapa sih ngekorin Mas terus?"
Kepulangan Reza lebih awal membuat Ayumi mengekorinya kemana-mana. Tangannya memegangi baju tidur suaminya seolah tak ingin berjauhan dengan suaminya.
Dewi yang melihatnya hanya bisa terkekeh geli. Sebegitu rindunya sang menantu kepada suaminya sampai sampai kemana pun suaminya melangkah ia terus mengekori.
"Kenapa memangnya? Ngga boleh ya?"
"Bukan ngga boleh Ay tapi aneh aja kamu ngekorin Mas kesana kemari."
"Siapa suruh jarang pulang. Aku kan kangen Mas."
Reza tersenyum lebar mendengar ucapan isterinya. Ia memegangi wajah isterinya dan mengelusnya lembut.
"Jadi, kamu udah mulai kangen nih sama Mas?"
"Ya kangen lah. Emangnya Mas ngga kangen isterinya. Udah mah dirumah jarang ketemu eh di kampus ketemu juga susah."
Ayumi memeluk tubuh suaminya dengan erat. Setelah menikah ternyata senikmat ini memeluk pria yang halal baginya dan Ayumi menyukainya. Reza membalas pelukan isterinya.
"Mas juga kangen kamu Ay. Maaf ya Mas akhir akhir ini sibuk banget sampai ngga ada waktu untuk kamu."
Ayumi menggelengkan kepalanya. "Mas kayak gini kan untuk aku juga. It's ok Mas. Aku paham kok. Cuma kangen aja karena ngga bisa sering ketemu."
"Makasih ya Ay sudah pengertian. Mas akan usahakan pulang lebih cepat biar bisa ketemu kamu." Ayumi mengangguk.
Matanya terpejam menikmati hangatnya tubuh suaminya. Keduanya larut dalam suasana yang mereka bangun, tapi keduanya tidak menyadari tengah bermesraan di dapur.
"Ehem!"
Ayumi langsung melepaskan pelukannya dari tubuh suaminya. "I Ibu." Reza tergugup. Ayumi memilih menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh tegap suaminya. Wajahnya sudah sangat memerah karena malu.
"Mau mesra mesraan mbok ya di kamar toh. Jangan di dapur kayak gini. Ibu kan jadi ngga enak mau ambil minum."
"Maaf Bu. Kalau gitu kami balik ke kamar."
Reza menggandeng tangan isterinya menuju kamar. Ayumi tertawa geli karena kepergok memeluk suaminya di dapur. Keduanya tertawa.
"Ya Tuhan ada ada saja mereka."
***
"Ajak isteri mu jalan jalan. Kasihan dia selama kalian menikah kalian belum pernah jalan bersama," ucap Dewi saat Reza membantunya membereskan kebun belakang.
"Bukan Reza ngga mau bu, tapi bagaimana kalau ada yang melihat kami sedang berduaan."
"Loh memangnya kenapa? Kalian sudah menikah. Udah sah mau jalan bersama atau pun lebih dari itu." Dewi membuang rumput rumput liar ke dalam tong sampah.
"Lagipula menjalin keharmonisan rumah tangga itu wajib hukumnya. Apalagi untuk kalian yang menikah karena perjodohan. Kamu ngga lihat kemarin isteri mu mengekori mu kemana-mana? Itu tandanya isteri mu ingin terus bersama kamu. Ajak sesekali jalan jalan. Wanita itu ngga harus minta dibeliin barang barang mewah. Cukup ajak jalan berdua keluar rumah udah bahagia."
"Iya bu. Rencananya hari ini Reza mau ajak Ayu pergi."
"Nah gitu dong. Kamu sebagai laki laki yang harus gercep duluan. Ya sudah sana ajak Ayu kencan."
"Iya bu Reza pasti ajak Ayu jalan tapi setelah selesai beresin kebun dulu ya."
"Udah biar ibu saja yang beresin. Nanti kalau ngga kuat bisa panggil Mang Jaja buat bantu beresin. Kamu mandi dulu habis itu ajak Ayu jalan."
"Tapi bu..."
"Sudah jangan banyak tapi. Kasihan Ayu diem terus dirumah."
Reza pun pergi ke kamarnya setelah diusir Dewi. Ia melihat isterinya tengah asik tiduran di atas karpet di tengah kamar sambil mengerjakan tugas kampusnya.
"Udah bantuin ibu beresin halamannya Mas?" tanya Ayu melihat kedatangan suaminya.
"Udah. Tugasnya udah beres belum?"
"Tinggal print aja abis itu bisa rebahan." Ayumi menstretching tubuhnya yang lelah setelah mengerjakan tugas.
"Good wife. Abis ini kita jalan ya."
"Jalan?! Kemana?"
"Kemana saja yang penting berdua. Kita belum pernah jalan berduaan kan selama menikah."
Senyum Ayumi mengembang. "Tumben banget Paksu ngajak jalan. Ada apa nih?" olok Ayu.
"Ngajak isteri jalan harus ada maunya ya?"
"Meneketehe. Cuma Mas dan Allah yang tahu." Ayumi memeletkan lidahnya. "Ya udah tunggu ya. Aku ganti baju dulu."
Gadis itu berlari menuju wardrobe mengganti bajunya dengan sebuah dress cantik. Tak lupa ia berdandan untuk membuat suaminya senang.
Sementara itu, Reza memegangi dahinya sambil menatap layar ponselnya yang sedari tadi terus bergetar. Audrey Queensha. Mantan kekasihnya itu terus menghubungi dan mengiriminya pesan.
+628193xxxxx
Aku kangen Kakak. Aku mau ketemu kakak.
Please... Ijinin aku ketemu kakak lagi. Aku janji kali ini aku ngga akan egois. Aku mau kita bareng bareng lagi.
Kak... Aku tahu kakak masih sayang sama aku. Meski kakak marah kakak tetap sayang aku kan.
Reza segera menyimpan ponsel di saku celananya saat Ayumi sudah selesai berganti baju. Reza mengabaikan semua panggilan dan pesan Audrey lalu mengajak isterinya berkencan.
***
Di sebuah unit Apartemen di Kota Bandung.
"Mau sampai kapan kamu terus kayak gini, Audrey?" tanya sang Manager Dian melihat Audrey yang seperti orang gila karena menanti telpon dan pesan dari Reza.
Audrey menoleh ke arah managernya. Wajahnya memerah dan basah karena menangis.
"Mba kak Reza ngga angkat telepon aku. Dia juga ngga balas chat aku. Aku harus gimana kak?" ucapnya terisak.
"Audrey lupakan Reza. Kamu harusnya fokus sama karir kamu yang lagi meroket saat ini. Tahu kamu bersikap bodoh kayak gini, mba nyesel terima tawaran pekerjaan di Indonesia!"
"Aku ngga peduli mba. Aku ngga peduli karir aku hancur. Aku ngga peduli!" Jerit Audrey. "Yang aku peduliin saat ini adalah kak Reza balik lagi sama aku!"
"Kamu udah gila Audrey!" Dia pergi meninggalkan Audrey yang sedang tidak sehat pikirannya.
Audrey tidak memikirkan bagaimana upayanya untuk membayar pinalti atas batalnya kerja sama yang harus Audrey jalani selama di Indonesia. Kepalanya nyaris pecah karena Audrey tidak bisa di ajak kerja sama. Semua itu gara gara Reza. Mantan kekasih talentnya itu sudah merusak semua rencana kerja yang sudah tersusun rapi.
Dian menghubungi seseorang. Ia berharap orang tersebut bisa membantu menyadarkan Audrey kalau Reza bukan lagi miliknya. Reza adalah masa lalu yang harus dilupakan.
"Halo. Iya ini saya Dian. Manager Audrey. Bisa kita ketemu? Ada yang mau saya bicarakan mengenai Audrey."
***