"Temen-temen mu udah pulang?" tanya Reza yang baru saja tiba di rumah. Ayumi menyambut kedatangan suaminya. Reza tiba dirumah sekitar pukul tujuh malam karena jalanan macet.
"Udah. Untung mereka ngga lama disini. Kalo ngga bisa berabe nanti aku jelasin ke mereka kenapa Mas datang ke rumah ku."
"Ya tinggal jelasin aja kalau kita udah nikah. Kalau mereka bisa dipercaya berarti rahasia pernikahan kita aman. Itu cara ngetes persahabatan diantara kalian."
"Kok Mas malah ngomong gitu? Mas meragukan persahabatan aku dan temen-temen ku ya."
"Bukan ragu tapi cuma pengen tahu seberapa rapat mereka menyimpan rahasia diantara kalian. Kalau sampai bocor ya ngga perlu tuduh orang lain lagi kan."
"Ck... Tahu ah!!"
Ayumi memilih pergi ke dapur mengambil segelas air putih hangat untuk suaminya. Reza bersantai sejenak di sofa sambil menonton acara televisi.
"Makasih. Oh ya Papa Mama kemana?" Tanya Reza sambil meminum air yang dibawa isterinya. Ayumi duduk di sampingnya.
"Ngga tahu pergi kemana. Tadi pas aku datang di rumah ngga ada siapa-siapa. Lagi pada pergi kali."
Reza manggut-manggut. "Mas mandi dulu gih habis itu kita makan malam. Bibi udah masakin tadi."
"Oke."
Reza naik ke lantai dua kamar sementara Ayumi menghangatkan masakan yang di masak oleh asisten rumah tangga. Sebelumnya ia telah menyiapkan pakaian ganti yang akan dikenakan oleh suaminya nanti di atas ranjang. Setengah jam kemudian Reza sudah duduk manis di meja makan menyantap makan malam bersama isterinya.
"Mau tambah lagi Mas?"
Reza menggelengkan kepala. "Ngga. Udah cukup."
"Gimana di kampus?"
"Gimana apanya?"
"Ya suasana kampus Mas. Mau dua minggu nih aku ngga ke kampus. Kangen banget suasana kampus. Hiruk pikuknya kampus dan sebagainya."
"Biasa aja. Ngga ada yang istimewa," jawab Reza singkat. Ayumi tak kuasa menahan senyumnya. "Iyalah ngga ada yang istimewa, karena orangnya lagi di kurumg di rumah karena sakit."
Dahi Reza mengerut. "Maksud kamu?!"
"Udah deh jangan pura-pura ngga ngerti. Kata anak-anak Mas ngajar makin galak. Sensitif banget kayak cewek yang lagi PMS. Senggol bacok."
Tawa Ayumi pecah membayangkan betapa menderitanya teman-teman kampusnya tiap kali diajari oleh suaminya.
"Siapa yang bilang? Saya kasih nilai jeblok baru tahu rasa!"
"Ngga usah bohong deh Mas. Kenapa sih harus jutek & galak segala. Jadi dosen itu ngga perlu galak-galak. Mau gitu disumpahin sama mahasiswa mahasiswinya? Aku sih ogah."
"Jangan jangan kamu suka nyumpahin aku ya."
"Woiya jelas." Ayumi tertawa, dan itu makin membuat suaminya kesal. "Itu dulu sebelum nikah sama Mas Eza. Sekarang ngga berani. Takut kualat."
"Yang bener?!"
"Kalo lupa sih masih suka nyumpahin," jawabnya sembari cengengesan. Reza mendelik. Setelah mencuci piring kotor, Ayumi memilih masuk ke kamarnya.
Bekas operasinya kembali berdenyut dan membuat gerakkannya tidak nyaman. Reza memintanya untuk beristirahat terlebih dahulu karena ia masih ada pekerjaan untuk besok.
•••
Keesokan paginya, Shandy terkejut melihat menantunya sedang duduk di meja makan menikmati sarapannya sembari menatap gadget ditangan.
"Loh Reza. Kok ada disini?" Shandy menghampiri menantunya.
"Mama. Baru bangun Ma. Papa mana?"
"Papa masih di kamar. Kapan kamu datang? Ayu mana?"
"Kemarin kita menginap disini. Ayu ingin beberapa hari tinggal disini sepulangnya dari rumah sakit. Tapi pas kita datang rumah lagi kosong."
"Ya ampun. Maaf ya. Mama temenin Papa ke acara kantor seharian. Pulang ke tengah malem dan langsung masuk ke kamar. Makanya mama kaget kok pagi pagi ada kamu disini."
Reza tersenyum kecil. "Oh iya, Ayu mana? Kok suaminya di biarin sarapan sendiri sih."
"Saya biarin Ayu tidur lebih lama Ma. Semalam dia kesakitan lagi dan baru bisa tidur menjelang subuh."
"Apa harus di bawa ke rumah sakit lagi, Za?"
"Tadi saya udah bilang gitu tapi Ayunya yang ngga mau. Katanya mau istirahat dan minum obat pereda nyeri nanti juga ilang sakitnya."
"Itu anak ya belaga sok kuat." Shandy gemas. "Ya sudah kamu habiskan sarapannya. Mama mau lihat Ayu dulu." Reza mengangguk.
Setelah menghabiskan sarapannya, Reza pun segera berangkat ke kampus. Hari ini ia harus mengawasi mahasiswa Tehnik Sipil ujian semester.
•••
"Mas kapan aku boleh masuk kuliah lagi? Bosen tahu ngga di rumah terus."
"Kalo bosen ya belajar, bukannya nonton drama Korea seharian. Ya gimana ngga bosen," jawab Reza tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptop.
"Itu karena aku bosen makanya nonton drakor. Coba kalo aku di kampus kan ada banyak temen. Jadi ngga akan bosen."
Reza melirik isterinya sekilas lalu kembali menatap layar laptopnya.
"Itu alasan kamu aja biar bisa deket sama si Rafa atau siapapun itu namanya."
"Dih kok bawa bawa Kak Rafa sih. Emang kalo ke kampus cuma ketemu Kak Rafa doang?! Ya ngga lah. Aku kangen jajan di warung Bi Ema sama Tika & Fitri. Aku kangen hangout sama temen-temen. Kangen ngegibah bareng. Intinya aku bosan dirumah terus Mas. Kepengen keluar rumah gitu menghirup udara segar."
Reza tidak bergeming. Ia tetap fokus dengan pekerjaannya dan itu membuat Ayumi semakin kesal. Ia menarik-narik kaos suaminya berharap suaminya memberikan ijin untuknya bersenang-senang sedikit.
"Udah ngocehnya?"
"Ish nyebelin." Ayumi merajuk. Ia memilih naik ke atas ranjang. Karena tak kunjung mendapatkan ijin, Ayumi melampiaskan kekesalannya ke bantal.
Reza tersenyum kecil melihat tingkah gemas isterinya.
"Kasihan amat bantalnya kamu gebukin padahal ngga bikin salah apa-apa." Ayumi mendelik sebal.
"Lagian kamu mau pergi kemana sih? Kamu ngga sadar kalau kamu masih sakit?"
"Emangnya orang sakit ngga boleh kemana-mana? Harus di rumah aja gitu? Orang sakit juga bisa bosan! Orang sakit juga butuh refreshing, Mas!"
Ayumi kembali melampiaskan amarahnya dengan memukuli bantal. Reza menghela nafas.
"Besok kita pergi jalan."
Ayumi membalikkan tubuhnya dengan cepat. "Apa?"
"Katanya mau jalan-jalan. Besok kita jalan-jalan."
"Yang bener Mas?! Mas ajak aku jalan-jalan?!"
Senyum Ayumi merekah. Wajahnya berbinar-binar. Reza menahan tawanya melihat ekspresi isterinya yang kegirangan. Ia harus tetap terlihat cool di depan isterinya.
"Ngga mau? Ya udah..."
"Mau mau mau!!" Seru Ayumi.
Tanpa sadar Ayumi loncat dari ranjang demi menghampiri suaminya. Reza nyaris mengumpat melihat isterinya melakukan hal yang mungkin akan mencelakakannya kembali.
Ayu memeluk tubuh suaminya dan memeluknya erat. "Makasih Mas. Makasih udah mau ajak aku jalan. Akhirnya aku ngga mati bosan."
"Kamu ya berani lompat kayak gitu lagi, acara jalan-jalannya batal!"
"Jangan dong... Oke oke aku ngga akan loncat loncat lagi kayak tadi. Tadi itu reflek Mas saking senengnya."
Reza ingin sekali meneloyor kepala isterinya tapi urung ia lakukan. Reza membalas pelukan isterinya. Untuk kali pertama keduanya melakukan skinship lebih lama seperti ini.
•••
Seperti janjinya kemarin, Reza mengajak isterinya jalan-jalan. Sejak semalam Ayumi merengek minta bermain ke sebuah wahana permainan di daerah Ancol. Setelah solat subuh keduanya berangkat menuju Jakarta.
"Kenapa harus berangkat nyubuh sih? Dufan kan bukanya siang."
"Iya tahu."
"Terus?"
"Terus terus entar nabrak tembok. Ya ngga gpp kali. Kan kita bisa eksplore dulu sekitaran Ancol sebelum masuk ke dufan. Lagian kalau berangkat subuh siapa tahu nanti pas Dufannya buka kita ngga desak-desakan sama pengunjung lain. Lumayan tuh kalo masih kosong. Bisa main banyak permainan."
Reza menggelengkan kepalanya. "Terserah kamu saja lah."
"Tirsirih kimi iji lih!" Ayu menirukan ucapan suaminya.
"Mas ngga capek gitu ngomong bahasa baku kayak gitu."
"Maksud kamu?!"
"Itu loh. Mas selalu pake saya-kamu mulu. Baku banget tahu ngga. Mas itu kan dosen Tehnik bukan dosen Bahasa Indonesia. Jadi, ngga usah sekaku itu kali ngomongnya. Geli tahu ngga."
"Berasa lagi nonton drama Korea Kerajaan Joseon tahu denger Mas ngomongnya kaku."
"Saya sudah..."
"Nah kan. Baru aja di bilangin. Aku Mas aku. Ngga usah pake saya. Kalau perlu elo gue boleh tuh."
"Yang sopan ya kalau bicara sama suami."
"Iya Maaf. Pokoknya aku ngga suka Mas ngomong kaku kayak gitu. Kalo masih ngomong kaku, jangan marah kalo nanti aku manggilnya elo gue. Kagak sopan kagak sopan deh."
"Oke... Saya eh aku akan coba."
"Nah gitu dong."
Ayumi menyalakan radio. Sebuah lagu mengalun sangat indah menemani perjalanan keduanya ke Ibu Kota Jakarta. Ayumi sempat tertidur setelah kelelahan karaoke di dalam mobil. Reza baru mengetahui kalau suara isterinya sangat enak di dengar.
Reza membangunkan isterinya setibanya di tempat tujuan. Ayumi langsung berlari keluar dari mobil saat menatap Pantai Ancol yang masih sepi pengunjung.
"Woaaah... Daebak!"
Reza tersenyum menimpali. "Mas ayo turun!"
Ayumi melepas sepatunya dan berjalan-jalan di pinggir pantai. Ia bersorak riang saat ombak menerpa kedua kakinya.
"Jangan jauh jauh. Kalo jatoh aku yang susah."
"Ck!!"
Ayumi memeletkan lidahnya. Ia sangat asik bermain di pantai. Entah kapan terakhir kalinya dia bermain di pantai. Yang jelas hari ini dia datang lagi ke Pantai.
Setelah puas bermain di tepi pantai, keduanya mencari tempat makan untuk sarapan. Ayumi memilih memesan ketoprak yang tak sengaja lewat di depan mobil. Alhasil keduanya menikmati ketoprak di dalam mobil.
Tepat pukul 10.00, keduanya sudah antri di depan pintu gerbang Dufan. Benar saja belum banyak orang yang antri untuk masuk ke dalam wahana itu. Mereka pun mulai menjajal berbagai macam wahana disana.
"Makasih ya Mas udah ajak aku jalan-jalan. Aku happy banget."
Saat ini keduanya sedang berada di dalam wahana Bianglala, bersantai sejenak setelah menikmati permainan seru dan menengangkan.
"Sama-sama. Istri happy suami happy." Ayumi tersipu malu mendengar ucapan suaminya.
"Apaan sih. Tumben banget ngomong sweet kayak gitu."
"Loh kamu ini gimana sih. Aku galak salah, aku sweet salah juga."
"Cowok kan emang selalu salah. Jadi, terima aja."
"Teori dari mana itu?!"
"Teori wanita lah."
"Teori yang aneh."
"Biarin aja. Yang penting wanita selalu benar." Ayumi tersenyum lebar. Reza mengacak-acak rambutnya.
Keduanya kembali bermain wahana yang belum sempat di kunjungi. Ayumi melipir sejenak ke toilet. Ia menitipkan tasnya kepada Reza. Tak lama ponselnya berdering beberapa kali.
Awalnya ia tidak menghiraukannya. Lama-lama ia angkat juga tanpa melihat siapa yang menelpon. Tubuhnya membeku saat mendengar suara yang ia kenal.
"Pak Reza?! Kok Pak Reza angkat teleponnya Ayu?"
Mati aku!