Cafe Kenangan.
Reza terlihat santai berhadapan dengan Tika dan Fitri yang sudah menatapnya dengan penuh selidik. Lain halnya dengan Ayumi yang tampak gugup dan memainkan jari jari tangannya yang ia sembunyikan di bawah meja.
"Ngga ada yang mau elo omongin, Yu." Tika membuka obrolan.
"Heh?!" ucapnya kaget. "Ngomongin apa, Tik?" Ayumi balik bertanya.
Tika melipat kedua tangannya di depan dada, diikuti Fitri. Reza masih diam menyimak pembicaraan para ketiga gadis itu dengan seksama.
"Kalo ngga ada yang mau elo omongin oke gpp. Kalau gitu gue aja yang tanya dan elo wajib jawab dengan jujur." Tika menekankan kata wajib dan itu terdengar mengerikan di telinga Ayu.
"Apa hubungan elo sama Pak Reza?" Tika to the point. "Kenapa Pak Reza yang angkat telepon lo? Elo ngga lagi kencan kan sama Pak Reza?"
Ayumi menoleh ke arah Reza. Pria itu mengangguk. Ayumi mengangkat kepalanya menatap kedua sahabatnya. Sebelum datang ke cafe keduanya sudah berjanji untuk mengakui status pernikahan mereka.
"Satu satu dong tanyanya. Gue kan keder jadinya di berondong pertanyaan sebanyak itu." Ayumi beralasan untuk mengurangi kegugupan hatinya.
"Jangan banyak alasan. Jelasin sekarang juga sebelum kita berdua makin kesel!"
Ayumi merutuki dirinya karena kesusahan mengakui hubungannya dengan Reza. Reza menggenggam tangan Ayumi dan menaruhnya di atas meja. Ayumi panik.
"Ayumi adalah isteri saya. Beberapa bulan yang lalu kami telah resmi jadi suami isteri. Kalian puas dengan jawabannya?!"
Mata Fitru dan Tika membulat. "APA?! MENIKAH!!" Seru keduanya membuat pengunjung cafe langsung menengok ke arah mereka.
"Sstt!! Ih norak banget sih elo elo pada."
Fitri menutup mulutnya dengan tangannya sendiri. "Elo seriusan udah nikah sama Pak Reza, Yu? Jangan boong lu." Tika tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Terserah kalian mau percaya atau tidak, yang pasti saya dan Ayumi sudah sah sebagai suami isteri di mata hukum, agama dan negara."
Fitri dan Tika menatap Ayumi. Gadis itu perlahan menganggukkan kepalanya. "Iya guys. Gue udah nikah sama Pak Reza karena perjodohan. Maaf gue ngga jujur sama kalian."
Ayumi dan Reza bergantian menjelaskan perihal pernikahan mereka yang di tutup-tutupi dari pihak kampus.
"Karena kalian sahabat baik gue, gue mohon jangan menyebarkan apapun tentang apa yang kita ceritain hari ini. Gue cuma mau kuliah dengan tenang sampai tamat. Setelah itu baru deh kami sendiri yang mengumumkannya ke publik."
Fitri dan Tika terdiam sejenak. Keduanya beranjak dari kursi lalu menarik Ayumi dan memeluknya.
"Ya ampun gue ngga nyangka diem diem elo dah jadi bini orang aja Yu."
"Tenang Yu. Kita berdua akan keep silent kok. Tapi beneran kita berdua itu ngga nyangka loh. Gue kirain elo bakalan jadian sama Rafael eh ngga tahunya ama Pak Reza."
Ayumi hanya bisa cengar cengir. Pertemuan hari itu cukup lancar. Setelah dua jam disana, mereka pun berpisah. Ayu dan Reza kembali ke rumah untuk beristirahat.
•••
Di kampus.
"Stop! Stooop!" Seru Ayumi menghentikan mobil suaminya secara tiba-tiba.
Reza reflek menginjak rem dan mobil berhenti mendadak di pinggir jalan. Kepala Ayumi nyaris membentur dashboard mobil jika saja tangan Reza tidak menahannya.
"Apa-apaan sih kamu?! Tiba-tiba bilang stop. Bikin orang kaget aja. Kalo kecelakaan gimana!" sembur Reza kesal.
Ayu bergidik ngeri mendengar amukan suaminya. "Maaf Mas."
Reza mendengkus. "Kenapa minta berhenti?!"
"Itu... Aku turun disini aja. Kampus udah deket jadi aku mau jalan kaki aja dari sini," cicit Ayumi tanpa menatap wajah suaminya.
"Aku antar ke kampus dan jangan menolak."
"Tapi Mas nanti kalo ada yang lihat gimana?"
Reza mengacuhkan isterinya. Ia kembali menjalankan mobilnya menuju kampus. Semakin mendekati kampus Ayumi terlihat semakin panik. Ingin rasanya ia tenggelam ke dasar lautan tiap melewati mahasiswa mahasiswi di sekitar area kampus.
Reza menahan tawanya karena geli melihat isterinya yang kelabakan menutupi wajahnya dengan jaket. Tak tega Reza parkir di area parkir khusus untuk dosen yang cukup sepi.
"Sudah aman. Turunlah."
Ayumi masih celingak celinguk memantau area sekitar. Ia mencium tangan suaminya lalu kabur dari sana sebelum ada orang yang memergokinya turun dari mobil Reza.
"Ayumi. Tunggu!" Seru Rafael yang berlari ke arahnya. Langkahnya sontak terhenti. Seniornya yang tampan kini sudah berdiri tepat di hadapannya dengan wajahnya yang rupawan dan tak lupa senyum memikatnya.
"Morning Ayumi."
"Morning too Kak Rafa."
Jantung gue ajeb ajeb disenyumin kak Rafa kayak gini, ucapnya dalam hati.
"Kata temen mu kamu udah keluar rumah sakit. Gimana sakitnya udah baikan?"
"Eh... em udah mendingan kak. Cuma tinggal recovery aja di bantu latihan sama Fisioterapis."
"Syukurlah kalo gitu. Tadinya aku mau jenguk lagi eh ngga tahunya kamu udah pulang."
Ayumi tersenyum kikuk sambil menggaruk kulit kepalanya karena gugup.
"Iya Kak. Dokternya bilang pemulihan ku pasca operasi udah ngga ada yang harus di khawatirkan lagi makanya udah di bolehin pulang untuk berobat jalan."
Keduanya berjalan beriringan menuju kelas. "Oh iya Kak Rafa dari mana?"
"Aku tadinya mau ke kelas seni. Pak Yonas minta aku jadi model mereka hari ini karena model hari ini berhalangan hadir. Tapi aku ngga sengaja lihat kamu lari lari makanya aku kejar."
"Ya ampun kenapa nyamperin aku kak. Ya udah kakak balik lagi aja ke kelas seni. Mereka pasti udah nungguin kakak deh."
"Aku udah bilang ada perlu sebentar. Aku anter kamu ke kelas dulu baru nanti aku balik lagi."
"Ngga usah kak. Aku bisa sendiri kok."
"Kalau aku bilang mau anter kamu ya aku bakalan anter kamu. Yuk bentar lagi kuliah kamu dimulai."
Rafael menggandeng tangan Ayumi sambil berlari menuju kelas. Pemandangan itu disaksikan oleh seluruh mahasiswa mahasiswi yang berpapasan dengan keduanya.
Oh em ji! Oh em ji! Oh em jiiiii!! Kak Rafa gandeng tangan gue. Demi apa dia gandeng tangan gue. Ayumi berteriak-teriak kegirangan dalam hati.
Sesampainya di kelas banyak orang yang menyahuti mereka. Rafael mendudukkam Ayumi di kursinya disamping Tika dan Fitri yang terbengong-bengong. Pria jangkung itu berjongkok di hadapannya dengan nafas terengah. Bulir bulur keringat yang menetes di dahinya membuat Ayumi ingin mengelapnya.
"Ya allah, aku lupa. Kenapa tadi aku ajak kamu lari sih?! Ck... kamu kan baru kelar operasi ngga boleh lari lari. Maafin aku ya Yu."
Ayumi hanya menggelengkan kepalanya. "Gpp kak ngga sakit kok."
Ayumi benar-benar di buat speechless oleh tingkah Rafa. Ia tidak menyangka Rafa akan melakukan hal sesweet ini di depan banyak orang.
"Beneran gpp? Ngga ada yang sakit?" Ayumi kembali mengangguk. Otaknya sedang tidak singkron dan merasa blank.
"Kamu yakin gpp?"
"Its ok Kak."
"Aku janji ngga akan lari lagi sambil narik narik tangan kamu. I'm promise." Ayumi tersenyum. "Ya udah aku pamit ke kelas seni ya. Nanti jam istirahat aku jemput buat makan bareng oke."
Ayumi mengangguk. Rafael beranjak dari kelasnya dengan gemuruh kehebohan yang semakin membahana.
"Elo hutang penjelasan sama kita Yu," bisik Fitri sesaat sebelum mata kuliah pertama dimulai.
Fokus Yu fokus!!
"Gila ya Kak Rafa bikin satu kampus heboh!"
"Iya bener. Gue hampir pingsan tadi lihat elo digandeng dia masuk ke kelas. Gimana bisa sih Yu?" Cecar Tika dan Fitri saat selesai mata kuliah pertama.
"Jangan tanya gue karena gue juga ngga tahu. Gue syok tahu ngga."
"Ah ngga asik lo Yu. Masa elo ngga tahu sih. Ngga mungkin dong elu tiba-tiba di gandeng Kak Rafa tadi kalo ngga ada apa apanya."
"Seriusan gue ngga bohong. Gue ketemu dia pas mau masuk kelas terus kita ngobrol bentar dan ujug-ujug gue udah lari aja. Pas dilihat tangan gue di tarik sama Kak Rafa terus orang-orang pada heboh."
"Parah ya lu. Saking terseponanya sama Rafa elu ampe ngga ngeh itu tangan di pegang-pegang Rafa." Tika tertawa.
"Terpesona cumi."
"Nah itu elo ngarti!"
"Gila lu ya. Untung hari ini ngga ada mata kuliah Pak Reza. Kalo ada elu mampus Yu."
"Aduh gue ngga bisa bayangin deh nanti dirumah kaya apa. Ngga mungkin kan dia ngga punya grup antar dosen. Gue cuma bisa berdoa aja kalo ngga ada dosen yang sebarin foto or video gue yang lagi di tarik-tarik sama Kak Rafa. Kelar hidup gue!" Erang Ayumi ngeri.
"Tenang yu. Pak Reza kasih hukuman special buat lo di kamar." Fitri menggerakkan alisnya bersamaan. Butuh waktu beberapa saat bagi Tika dan Ayumi memahami maksud ucapan Fitri.
"Ih Fitri. Mesum ya lo!!" Seru keduanya seraya memukuli tubuh sahabatnya dengan buku.
"Hai Ay. Maaf bikin kamu tunggu lama."
Kemunculan Rafael membuat Ayumi menghentikan kegiatan menyiksa Fitri. Mendadak Ayumi bertingkah lemah lembut di hadapan Rafa.
"Maaf ya aku baru kelar tadi. Kamu udah nunggu lama?"
"Gak kok kak tenang aja. Kita juga baru kelar kelas. Tadi Pak Bimo banyak iklan padahal jamnya udah habis." Fitri menimpali.
"Oh syukur deh. Aku kira aku bikin kamu nunggu." Rafael mengelus rambut Ayumi, membuat sang empunya tersipu malu. Fitri dan Tika saling sikut menyikut melihat keuwuan itu.
"Temenin aku ke kantin yuk. Soalnya siang nanti mata kuliah ku padat."
"Boleh." Rafael menatap Fitri dan Tika. "Loh kok malah diem. Ayo kalian temenin makan di kantin juga."
"Ngga Kak makasih. Kakak di temenin Ayumi aja. Kita masih ada urusan."
Ayumi menggerutu dalam hati melihat kedua temannya meninggalkannya untuk berduaan saja dengan Rafael. Mau tak mau Ayumi menemani Rafael makan mie ayam di kantin kampus.
"Maaf ya cuma ajak makan di kantin. Kalo aja ada jam kuliah yang batal, aku mau ajak kamu makan di luar."
"Gpp Kak santai aja. Aku juga ngga bisa nemenin kakak lama-lama soalnya habis ini ada jam kuliah lagi."
Rafael tersenyum. Keduanya tampak menikmati makan mie ayam bersama, mengabaikan tatapan iri dan isu isu yang menerpa keduanya.
"Ngga usah di dengerin dan di tanggapin Yu. Aku tahu kamu ngga nyaman. Aku minta maaf tapi aku bener bener seneng banget bisa lihat kami lagi di kampus."
Rafael mengeluarkan senyuman memikatnya. "Oh iya kamu mau lihat ngga tadi pas aku jadi model lukisan anak kelas seni?"
"Boleh kak. Aku baru tahu loh kakak suka jadi model."
"Dari SMA aku udah sering ikutan casting atau modeling gitu. Sejak kuliah dan padat jadwal aku mulai mengurangi aktifitas ku di dunia modelling. Aku cuma mau fokus dulu sama kuliah. Tapi tadi ada senior di kelas seni yang rekan kerja ku juga minta aku buat bantuin kelasnya dia. Ya udah sih sesekali coba jadi model lukisan."
Rafa terkekeh geli. Jari jemarinya menscroll mencari foto-foto yang di kirim seniornya. Rafa menarik kursinya untuk lebih dekat dengan Ayumi.
Ia memperlihatkan beberapa fotonya yang terpampang di majalah-majalah ternama di Indonesia. Tidak hanya itu beberapa scene singkat pun pernah ia jalani. Hingga yang terakhir foto-foto candid saat ia menjadi model lukisan anak kelas seni.
Ayumi di buat takjub dengan Rafa. Ia tidak menyangka Rafael ternyata tidak hanya mahasiswa biasa. Ia seorang artis.
"Keren keren loh kak. Ekspresi kakak mantap banget ini." Rafa tersenyum bangga mendengar pujian demi pujian yang terlontar dari mulut Ayumi.
"Lain kalo kita foto bareng ya ala ala model."
"Apa?! Ngga ah. Aku ngga bisa begaya kak. Malu maluin fotografernya nanti." Rafa tertawa. "Ya ngga lah. Kalau fotografernya abal-abal ya kamu pasti hasilnya ngga bagus karena ngga bisa mengarahkan gaya. Nanti aku minta tolong temen ku buat fotoin kita berdua. Dijamin bagus hasilnya. Gimana?"
"Aduh ngga deh kak. Aku ngga pede. Lain kali aja."
"Ya udah deh. Tapi nanti mau kan temenin aku pas ada jadwal pemotretan?"
Ayumi terdiam. "Memangnya kapan kak?"
"Kayaknya bulan depan ada jadwal pemotretan. Aku mau kamu datang dan semangatin aku. Ya sekalian lihat-lihat proses aku pemotretan. Mau kan?"
"Insya allah ya kak. Aku ngga janji."
"Oke deh. Nanti aku kabari lagi kalau udah mendekati hari H nya." Ayumi mengangguk.
"Oh... Jadi kalian membolos ya!"
Tubuh Ayumi menegang mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Saat menolehkan kepalanya ke belakang, ia melihat Reza berdiri tepat di belakang tubuhnya dengan tatapan mengerikan.
"Apa yang kalian berdua lakukan di kantin sementara semua orang tengah belajar di kelas masing-masing!"
Ayumi dan Rafael celingak celinguk mencari keberadaan mahasiswa yang lain. Ternyata kantin sudah kosong dan hanya tinggal mereka berdua.
Ayu dan Rafa segera bangkit dari duduknya dan berlari ke kelas.
"Ayumi Larasati. Kamu ikut saya!" Langkahnya terhenti mendengar namanya disebut.
Ampun DJ!! Kena semprot lagi nih gue. Nasib nasib, ucap Ayu dalam hati.
Dengan langkah gontai ia berjalan mengikuti suaminya ke ruangan kerjanya. Ayumi menarik dan menghela nafasnya selama berjalan menuju ruangan Reza. Sudah dipastikan ia bakalan di cecar habis-habisan oleh sang suami.