"JUNGKOOOOOOKKKK"
Pagi hari yang cerah ini diawali dengan teriakan dari pria tampan yang berstatus sebagai hyung kandung dari pria bernama Jeon jungkook yaitu Jeon wonwoo.
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
"Yak! Kau tak mau bangun! Rabbiiit!!"
Jungkook tak terusik sama sekali dengan panggilan dan gedoran di pintunya dan semakin menaikkan selimutnya sampai menutupi kepalanya.
"Hei, Yak!! Apa kau mati hah!!"
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠𝙠
dengan sekali tendangan keras dari wonwoo pintu itu pun terbuka lebar dan membentur dinding dengan keras.
Setelah pintu itu terbuka, Wonwoo lantas melihat gundukan yang tertutupi kain tebal berwarna putih di atas ranjang.
"Sialan!" Wonwoo dengan nafas memburu akibat emosi yang sedari tadi sudah tertahan karena adiknya yang tak menghiraukan teriakannya, berjalan tergesa menuju ranjang king size adiknya.
Setelah di samping ranjang itu, wonwoo menyingkap selimut yang menutupi seluruh tubuh jungkook dan terpampang lah wujud sang adik yang masih terlelap dengan memeluk guling.
"Fuck!" Wonwoo yang sudah tak tahan lagi menarik kaki sang adik dan terjadilah tragedi jungkook yang terjatuh dengan tak elitnya dari ranjang ke lantai kamarnya.
𝙂𝙪𝙗𝙧𝙖𝙖𝙖𝙠𝙠
"Aw.. Aw.. Aw.. Pantatku.." Jungkook pun meringis sambil mengusap pantatnya yang ngilu.
"Sakit hum?" Ucap wonwoo yang menatap nyalang pada jungkook sambil melipat tangannya di dada.
"Eh? Hyung hehe.." Jungkook meringis saat melihat hyung nya berdiri di sampingnya.
"He..he.. —wonwoo menirukan tawa kikuk jungkook dengan nada mengejek—... Dasar Rabbit sialan! jam berapa sekarang huh?! Kau mau kepalamu lepas dari tubuhmu karena samurai kesayangan appa huh?!"
"Astaga! Aku lupa ada pertemuan siang ini!" Jungkook pun beranjak berdiri dan berlari ke dalam kamar mandi.
"Ya ya, berangkatlah. Kalau pemakaman mu di gelar aku pasti akan datang." Dan di akhiri tawa keras dari wonwoo.
"Sialan kau hyung!" Umpat Jungkook yang mendengar ucapan wonwoo dari kamar mandi.
Setelah 20 menit jungkook bersiap dengan setelan formalnya jungkook bergegas turun dan segera meraih sepotong sandwich dan menggigitnya.
"Hei, makanlah dengan tenang. Kenapa kau terburu-buru?!" Ucap wonwoo santai sambil mengunyah menikmati sandwich yang di pegangnya.
"Tak bisa hyung, aku harus cepat kekantor." Ucap jungkook dan berlari kecil keluar dari ruang makan.
"Ok, I hope you go home with life still in your body." Ejek wonwoo.
"Be quiet hyung!" Jungkook memutar bola matanya dan kemudian keluar dari apartemen mewahnya dan wonwoo. Wonwoo hanya terkekeh melihat adiknya keluar dari apartemen. Wonwoo pun beranjak dari ruang makan menuju kamar.
"Ah, aku juga harus bersiap."
.
.
.
.
Kini jungkook sudah berada di kantor perusahaannya Jeon Corp. Ia memasuki gedung perusahaannya terburu-buru karena ia sudah hampir terlambat untuk melakukan pertemuan.
"Aish.. Hidupku akan berakhir sebentar lagi." Gerutunya pada keterlambatan yang di perbuatnya.
"Tuan Jungkook!" Seorang wanita memanggilnya dari arah ruangan pertemuan. Dia terlihat panik akan sesuatu.
"Ada apa Nayeon-ssi?" Tanya jungkook yang juga ikut panik saat melihat wanita bernama Nayeon yang bekerja sebagai sekertaris nya.
"Tuan, Tuan besar menunggu anda."
"B-benarkah? Apa rapat sudah di mulai?"
"Belum tuan, tuan besar telah memundurkan waktunya 10 menit akibat keterlambatan anda dan beliau sekarang menunggu di ruangan anda."
"Aish.. Matilah aku." Jungkook pun berjalan ke arah ruangannya dengan jantung yang berdebar kencang bukan karena jatuh cinta melainkan malaikat maut akan menjemputnya beberapa menit lagi.
Setelah sampai di depan ruangannya jungkook tak langsung masuk namun mengatur nafasnya untuk mempersiapkan diri untuk bertemu malaikat maut yang ada di dalam sana.
"Ok calm down jungkook." Jungkook pun mulai membuka pintu ruangannya sendiri dengan perlahan. Setelah berhasil masuk dan menutup pintunya, jungkook pun membalikkan tubuhnya dan....
𝘿𝙪𝙠𝙠
Sebuah buku telepon tepat mengenai wajahnya bahkan ujung buku yang tebalnya sampai 500 halaman itu mengenai keningnya dan meninggalkan bekas merah di sana.
"Aw! Yak! Eh.. Hehe..." Jungkook yang awalnya ingin mengumpat pun urung dilakukan dan berakhir meringis saat menatap wajah seorang pria paruh baya yang menatap tajam padanya.
"Bagaimana?" Kata pertama yang keluar dari pria paruh baya di depan jungkook.
"Apanya?" Jungkook pun tak mengerti dengan apa yang do bicarakan oleh orang di depannya itu. Pria itu pun beranjak mendekat ke arah jungkook dengan kesan berwibawa dan berkarisma tak lepas dari pria itu.
"Y-ya..ya.. Mau apa kau.. Yak! Ekkk!!!" Tangan pria itu pun terulur mencekik leher jungkook.
"Kau anak sialan! Kau tau hari ini ada pertemuan penting! kau masih saja enak-enakan tidur hum..?!"
"Ekk.. Pa.. Ap-pa.."
"Lihatlah dua pria dewasa yang tak pernah sadar umur." Sebuah kalimat dari seorang wanita yang sedang duduk dengan santai di atas sofa dengan menikmati teh pagi harinya yang sudah kesiangan membuat keduanya berhenti melakukan hal kekanakan.
"Eomma!!" Jungkook pun berlari mendekati ibunya dengan merengek setelah Appa nya lengah sesaat mendengar ucapan dari istrinya.
"Ish! Menjijikan!" Jungkook yang tadinya merengek menjadi diam setelah mendengar kata yang menohok hatinya.
"Pffftt" Pria paruh baya yang berstatus ayah dari jungkook hampir tak bisa menahan geli dari apa yang dia lihat.
"Apa yang kau tertawakan tuan Jeon?" Ucap nyonya Jeon pada tuan Jeon yang kini langsung bungkam.
"Pergi kalian! Kalian sudah membuat waktu bersantai ku terbuang sia-sia." Ucap Min-yeong kembali menyeruput teh hangatnya.
"Baiklah nyonya Jeon! —jungkook memberikan penghormatan dengan membungkukkan tubuhnya dan beralih ke ayahnya— hei tuan Jeon, kita keluar sekarang." Ucap jungkook yang kini menarik ayahnya yang diam membeku dan memandang kagum istri cantiknya keluar dari ruangannya.
"Aish! Pak tua gunakan kakimu untuk bejalan. Bucin nya nanti saja kalau sudah di rumah." Seru jungkook sambil menarik lengan ayahnya yang tak mau bergerak.
"Aish! Kau mengganggu saja!" Jungkook membelalakkan matanya menatap tak percaya pada ayahnya.
"Yah.., tadi siapa yang terburu-buru untuk pertemuan pentingnya." Gerutu jungkook yang kini berjalan menarik ayahnya menuju ruangan pertemuan.
𝙏𝘽𝘾