Happy reading😘
Sorry for typo and sorry if the story gets weird.
•
•
•
Malam itu Jungkook segera kembali ke Seoul setelah mendapat telepon dari hyung nya Jeon Wonwoo siang tadi, mengatakan pada nya bahwa ayahnya menyuruhnya segera kembali dari London. Entah mengapa ia merasa gelisah kali ini namun, ia tak ingin memikirkannya dan Jungkook segera mengikuti perintah ayahnya untuk kembali ke Korea.
Pukul 1 malam Jungkook sampai di depan gedung rumah sakit dimana Jimin di rawat saat ini. Dengan perasaan gelisahnya yang semakin tak tertahankan ia segera mempercepat langkahnya untuk segera sampai di ruangan Jimin.
"Hah... Ada apa ini? Kenapa perasaan ku tidak enak?" Gumamnya sembari berjalan keruangan Jimin.
𝗖𝗲𝗸𝗹𝗲𝗸
Jungkook pun membuka pintu ruangan itu setelah mencoba menenangkan hatinya beberapa menit yang lalu sebelum memasuki ruangan itu. Dapat ia lihat di dalam sana, ayahnya duduk di sofa di ruangan itu bersama hyung nya yang berada di sebelah ayahnya dengan kepala menunduk dan meremat ponsel di tangannya. Sedangkan sang ibu berada di samping ranjang Jimin dengan memeluk tubuh pemuda mungil itu.
Jungkook pun perlahan melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam dan berjalan ke arah ranjang Jimin.
"Jim..."
"Berhenti di sana! Jangan berani kau melangkahkan kakimu mendekatinya lagi." Ucap Woo-bin dingin membuat Jungkook seketika menghentikan langkahnya dan segera menoleh pada sang ayah dengan raut terkejutnya.
"Appa?"
"Appa sangat kecewa padamu Jungkook, Appa tak pernah mengajarimu berbuat hal buruk bahkan SEKARANG KAU MENJADI PRIA KURANG AJAR! PERUSAK RUMAH TANGGA ORANG BAHKAN KAU MENGAMBIL ISTRI DARI SAHABATMU SENDIRI, JEON JUNGKOOK!" ucap Woo-bin dengan bentakannya yang menggelegar di ruangan itu.
"A-Appa bagaimana..."
"Kau terkejut karena ayah tahu perbuatan mu huh?" Woo-bin berjalan mendekat ke arah Jungkook dan segera memberikan pukulan keras pada rahang kiri Jungkook.
𝗕𝘂𝗴𝗵
"Kookie!!!"
"Yeobo!!"
Pekikan terdengar dari Jimin dan Min-yeong saat Jungkook tersungkur ke lantai. Wonwoo tampak terkejut dengan apa yang di lakukan ayahnya. Kemudia ia melangkah cepat ke arah Woo-bin dan memegangi tubuh besar ayahnya.
"Anak tak tahu di untung! Sebegitu terobsesinya kau pada seseorang yang mirip dengan gadis itu hingga kau tak memperdulikan statusnya yang sudah menikah dan kau malah menghancurkan pernikahan itu hah!!"
"Mereka dua orang yang berbeda kau tahu itu! Dan sekarang kau membuat Appa sangat kecewa Jungkook, kau menyembunyikan Jimin dari keluarganya di saat ia hamil dengan suaminya dan kau mengakuinya sebagai anakmu! Kau benar-benar tak waras Jungkook!"
"Ya aku sudah gila karena obsesiku! Aku sudah gila karena mencintainya.. Aku mencintai Jimin Appa.. Aku mencintainya!!" Ucap Jungkook frustasi karena semua perbuatannya telah terbongkar dan di ketahui kedua orang tuanya.
"Tetap saja kau salah dengan melakukan ini! -Woo-bin mengusap wajahnya kasar- Appa tak ingin mendengar apapun lagi, sebentar lagi Jimin akan kembali pada keluarganya. Suaminya akan menjemputnya." Jungkook menoleh pada ayahnya terkejut karena ucapannya.
"T-tidak.. Tidak! Aku tak akan membiarkan Jimin pergi!" Jungkook beranjak dari duduknya yang masih di lantai kemudian berjalan cepat dan menarik tubuh Jimin dari ibunya.
"Jungkook.."
"Tidak Eomma, aku tak akan membiarkan Jimin pergi. Jimin tetap bersamaku tak perduli jika kalian menghalangi ku. Aku tak akan pernah melepaskannya!" Ucap Jungkook sambil mendekap erat tubuh Jimin di dalam pelukannya.
𝗖𝗲𝗸𝗹𝗲𝗸
"Jimin?" Seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu membuat perhatian semua yang ada di sana seketika tertuju pada orang itu.
Jimin tampak sangat terkejut dengan datangnya seseorang itu. Ada rasa rindu yang seketika membuncah dan perasaan senang di dalam hatinya. Ia sangat ingin bertemu dengannya, memeluknya dengan erat untuk menyalurkan rasa rindu yang selama ini terpendam.
"T-taetae..." Lirih Jimin dengan air mata yang kini menetes, mengalir ke pipi Chubby nya.
Jungkook yang menatap tajam pada orang yang ternyata adalah Kim Taehyung, seketika menoleh ke arah Jimin yang berada di dalam pelukannya. Menatap wajah Jimin yang menyiratkan rasa bahagia dan rindu pada pria itu. Jungkook menggelengkan kepalanya kemudian membawa kedua tangannya menangkup wajah Jimin agar menatapnya.
"Tidak.. Tidak ... Jimin kau tidak boleh pergi. Aku sangat mencintaimu dan kau juga mencintaiku. Iya kan? Ku mohon tetap bersamaku." Ucapnya untuk meyakinkan Jimin agar tak pergi darinya
"J-jungkook.. Aku..."
"Ku mohon, tetap bersamaku.."
Woo-bin yang mulai jengah dengan sikap Jungkook yang terlihat menekan Jimin, segera menarik Putra bungsunya menjauh dari Jimin dan meminta putra sulung nya untuk memegangi tubuh Jungkook yang mencoba memberontak dan meraih Jimin kembali.
"Yak! Lepas! Hyung lepaskan aku!"
"Nak Taehyung, bawa istrimu segera dan aku memohon maaf atas nama putra ku karena telah melakukan semua ini." Ucap Woo-bin dengan membungkukkan tubuhnya untuk meminta maaf. Taehyung yang melihat itu segera meminta Woo-bin untuk menegakkan tubuhnya.
"Paman, tidak. Jangan seperti ini. Saya sudah memaafkannya. Yang terpenting saya sudah mendapatkan Jimin dan calon anak saya." Ucap Taehyung.
"Segera bawa Jimin kembali, aku akan mengurus Jungkook setelah ini." Taehyung pun tersenyum kemudian menoleh ke arah Jimin yang kini sudah berada di dalam dekapan ibu Jungkook. Ia pun perlahan melangkah ke arah Jimin yang kini menangis.
"Sayang.." Jimin pun mendongak, Min-yeong pun memberi ruang pada Taehyung untuk mendekat ke arah Jimin.
𝗦𝗿𝗲𝘁
Taehyung membawa Jimin ke dalam dekapannya dan sesekali memberikan kecupan di kepala dan keningnya. Jimin pun menangis haru, akhirnya ia dapat bertemu dan memeluk pria yang ia cintai. Namun entah mengapa ada perasaan yang mengganjal di hati Jimin. ia merasa merasakan ada yang berbeda saat mendekap pria itu namun rasa rindu mengalahkan semuanya dan merasa yakin jika ia ingin bersama Taehyung.
"Bogosipeoyo.."
"Neomu bogosipeo.."
"Kita pergi sekarang hum?" Jimin mengangguk ragu, entah mengapa ia kembali merasa tak yakin dengan keputusannya kembali pada Taehyung. Jimin berpikir mungkin ini perasaan asing karena sudah lama terpisah dari Taehyung sehingga ia merasa asing pada pria itu.
Dengan segera Taehyung mengangkat tubuh Jimin bridal style dan menulikan telinganya mengabaikan teriakan Jungkook yang melarang Taehyung untuk membawa Jimin pergi.
Setelah Jimin dan Taehyung pergi dari sana, Woo-bin menolehkan kepalanya ke arah Jungkook.
"Appa.. Kenapa kau membiarkannya pergi?!"
"Cukup! Wonwoo bawa Jungkook pulang kurung dia di kamarnya. Awasi dan beri penjagaan ketat jangan sampai dia kabur dan membuat ulah lagi. Sudah cukup dia membuat keluarga kita malu." Ucap Woo-bin sambil menahan geram ingin memukul putra bungsunya itu.
"Baik Appa." Ucap Wonwoo kemudian menyeret adiknya untuk segera melaksanakan perintah ayahnya.
***
Kini Taehyung dan Jimin sudah tiba di rumah lama mereka. Di mana tempat itu menyimpan kisah suka duka mereka sebelum hal itu terjadi. Jimin mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan itu. Ia sangat merindukan tempat itu bahkan merindukan memori indah yang telah terekam di setiap ruangan apartemen itu.
𝗚𝗿𝗲𝗽
Taehyung memeluk Jimin dari belakang, menggelamkan wajahnya pada leher jenjang Jimin.
"Kenapa kau berbohong?" Ucap Taehyung sambil mengusap Perut Jimin yang membuncit.
"Huh?"
"Kenapa kau berbohong jika anak yang sedang kau kandung bukan anak ku?"
"I-itu... M-maaf hyung, saat itu aku masih sakit hati karena mengingat kau tak mempercayai ku. Kau tahu.. Hiks.. A-aku sangat kecewa hyung.." Pelukan pada tubuhnya mengerat Taehyung memejamkan matanya ikut merasakan perasaan Jimin saat ini. Ia sadar telah melukai Jimin nya. Hingga tangisan Jimin terdengar pilu dan seketika menyayat hatinya. Tanpa sadar air matanya mengalir, ikut menangis bersama pemuda mungil yang sangat ia cintai itu.
"Mianhe baby, jeongmal mianhe."
"N-ne hyung, gwenchana.. Semuanya sudah berlalu, gwenchanayo." Ucap Jimin sambil mengusap pipi Taehyung dengan lembut. Taehyung menangkup tangan Jimin yang ada di pipinya, membawanya kembali ke depan perut Jimin dan menyatu dengan tangannya untuk mendekap tubuh mungil itu. Kemudian Taehyung perlahan membalik tubuh Jimin untuk menghadap ke arahnya.
"Sayang, aku ingin memperbaiki semua ini. Kita akan kembali bersama seperti dulu. Maaf aku tak bisa nenahannya lagi, karena sudah ku putuskan selama ini. Bagaimana baby? Apa kau mau kembali bersama ku? Aku janji padamu tak akan pernah lagi mengecewakanmu sayang. Kita akan memulainya dari awal lagi, bagaimana sayang?" Ucap Taehyung sambil menggenggam kedua tangan mungil Jimin dan menatap mata sipit yang basah oleh air mata.
"Hyung.. A-aku..."
"Ku mohon, aku janji padamu akan memperbaiki semua dan tidak akan pernah membuatmu kecewa lagi." Ucap Taehyung penuh harap.
"Hyung.."
"Ku mohon sayang, tidak hanya untuk ku tapi, untuk calon anak kita. Apa kau tega membuat anak itu tak punya ayah saat ia lahir nanti hum? Ah.. Maafkan aku. Bukan maksudku menekan mu menggunakan anak kita. Hanya saja aku tak ingin kehilanganmu lagi."
"Hyung bisakah tidak memotong ucapan ku?"
"Ah.. N-ne maaf sayang. Jadi bagaimana?"
'𝘏𝘶𝘧𝘵𝘵'
Helaan nafas Jimin membuat Taehyung gelisah. Namun, ia harus bisa pasrah dan menerima apapun keputusan dari Jimin.
"Hyung aku....
𝙏𝘽𝘾