Jimin saat ini masih berada di butiknya menyelesaikan salah satu rancangannya. Jimin masih sibuk membenarkan beberapa jahitan yang berkerut meski tak begitu terlihat namun jimin adalah seorang perfectionis saat bekerja, maka dari itu jimin selalu memeriksa dengan teliti setiap inci hasil kerjanya tidak ingin seinci pun kesalahan terlewati karena jimin benar-benar selalu mengutamakan kepuasan para pelanggannya pada hasil kerja yang ia buat.
𝙂𝙧𝙚𝙥
Jimin tersentak saat sepasang tangan melingkar di perut datarnya. "Aish.. Hyung kau ingin membuat ku jantungan eoh?" Pelaku pemelukan pun terkekeh melihat respon yang di hasilkan dari perbuatannya.
"Makanya sayang, jangan terlalu fokus seperti itu sampai tak tau seseorang masuk ke dalam ruangan mu. Bahkan aku tadi sudah mengetuk pintu sebelum masuk." Jelas taehyung sambil menciumi ceruk leher istrinya.
"Benarkah? Ah.. Maafkan aku kalau begitu. Aku memang fokus untuk kembali memeriksa hasil rancangan ku karena ada beberapa bagian yang harus di perbaiki. Hyung tau kan aku tak ingin membuat pelanggan kecewa." Ucap jimin yang kini sudah berbalik melingkarkan tangannya ke leher suaminya dan taehyung kini melingkar di pinggang ramping jimin.
"Aku tau sayang, aku tau semua tentang dirimu. 'CUP' karena itulah yang ku sukai darimu 'CUP' perfect. everything about you is perfection, baby." Taehyung mengecup berkali kali bibir plum istri cantiknya. Seakan candu dengan segala yang ada pada sosok jimin, taehyung mulai memberikan beberapa kecupan pada wajah jimin dan kemudian turun ke lehernya sambil menghirup aroma vanilla yang menguar dari tubuh jimin.
"Emm.. Aroma tubuhmu membuatku candu baby.." Saat sebelah tangan taehyung mulai melepas kancing kemeja jimin, tangannya ditahan oleh jimin sambil tersenyum manis pada taehyung.
"Not now my dear, I have to finish my work in just ten minutes. Okay.." Ujar jimin sambil melepas tangan taehyung dari pinggangnya. Jimin kembali melangkah ke arah manekin di mana terdapat gaun rancangannya yang sebentar lagi akan selesai.
"Baby..."
"Hum?" Gumam jimin menjawab panggilan taehyung yang kini tengah duduk di sofa sambil memperhatikan jimin yang mulai membenahi beberapa jahitan yang tidak rapi.
"Besok aku akan ke Cina untuk perjalanan bisnis."
"Berapa hari?" Jimin menjawab dengan tangan yang masih sibuk dengan beberapa manik yang ia pasang pada gaun itu.
"Mungkin dua minggu? paling cepat sepuluh hari. Aku akan usahakan untuk menyelesaikannya secepat mungkin." Kini jimin menoleh pada suaminya dengan alis yang bertautan.
"Selama itu?" Taehyung pun beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah jimin dan meletakkan ke dua tangannya ke atas bahu sempit jimin.
"Iya sayang, ada beberapa masalah yang harus ku urus pada cabang perusahaan di Cina. Juga aku akan bertemu klien ku di sana." Ucap taehyung dengan nada menyesal saat melihat raut wajah jimin yang berubah murung. Taehyung pun menangkup wajah jimin dengan kedua tangannya yang besar mengapit ke dua sisi wajah jimin.
"Sayang dengar, aku akan usahakan pulang secepatnya,oke. Jangan sedih, —taehyung membawa tubuh jimin ke dalam pelukannya— aku janji akan pulang secepatnya. Em.. Kau mau ku bawakan apa saat aku kembali dari sana?" Jimin menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada tubuh suaminya.
"Aku tak ingin apapun. Aku hanya ingin kau pulang dengan keadaan baik-baik saja. Itu sudah cukup untuk ku hyung." Jimin ingin sekali menangis, ia sebenarnya tak ingin jauh dari taehyung. Karena selama ini taehyung tak penah meninggalkannya dan ini pertama kalinya taehyung akan melakukan perjalanan bisnisnya dan mengunjungi cabang perusahaannya setelah menikah.
"Baiklah sekarang selesaikan pekerjaanmu, setelah itu kita segera pulang. Ah.. Tidak, aku ingin mengajakmu makan malam di luar. Bagaimana?" Ucapnya setelah melonggarkan pelukannya pada jimin.
"Um." Jawab jimin dengan senyum bulan sabitnya.
.
.
𝙎𝙠𝙞𝙥
.
.
Hari ini dimana taehyung akan melakukan perjalanan bisnisnya ke Cina. Saat ini jimin sedang membantu taehyung memasukkan beberapa pakaian dan perlengkapan juga kebutuhan suaminya di sana nantinya.
"Hyung, beberapa pakaian dalamnya ada di dalam tas kecil nanti akan ku masukkan ke dalam koper yang besar. Dan untuk perlengkapan mandinya ada di sini. Oh ya..'CUP'. Taehyung mengecup bibir jimin untuk menghentikan ocehannya yang tak berhenti.
"Kenapa cerewet sekali? Aku sudah paham semua sayang aku pasti bisa mengurus diri. Jangan khawatir ne.." Ucap taehyung sambil menatap wajah cantik istrinya.
"Hiks.." Taehyung membelalakkan matanya saat jimin mulai menangis.
"Y-ya yak! Kenapa menangis? Aish.." Jimin pun memeluk taehyung dengan erat, seakan tak ingin melepaskannya.
"Hiks.. A-aku akan merindukan mu h-hyung.. Hiks.. Hiks.. I-ini pertama k-kalinya.. Hiks.. Kau p-pergi jauh.. Hiks.." Taehyung tersenyum kemudian mendekap tubuh bergetar istrinya.
"Ssttt.. Jangan seperti ini, aku jadi tak tega meninggalkanmu." Mendengar taehyung mengatakan rasa ragu nya, jimin dengan cepat menghapus air matanya. Dia tak ingin menjadi egois dan membuat suaminya berakhir mengabaikan pekerjaannya. Jimin tak ingin menyusahkan suaminya nanti. Dia harus bisa mengerti dan memahami kesibukan suami tercintanya toh pada akhirnya setelah suaminya kembali dari perjalanan bisnisnya ia bisa menghabiskan waktu dengannya lagi.
"T-tidak hyung, a-aku tidak apa-apa. Oh ya, pukul berapa pesawatnya take off?" Taehyung pun melihat jam tangannya dan tersenyum pada jimin.
"Satu setengah jam lagi."
"Kalau begitu segera kita selesaikan ini. hyung, tolong periksa kembali koper yang itu —jimin menunjuk kearah koper besar yang ada di samping sofa kamar— takutnya ada yang belum masuk dan bisa di masukkan ke koper yang ini."
Taehyung tersenyum kagum melihat jimin yang begitu perhatian padanya. selalu memperhatikan apapun yang ia butuhkan dan apa yang ia suka juga tidak. Istrinya sangat memahami itu.
Jimin tak pernah sekali pun membuatnya kecewa. Istrinya selalu berhasil membuat dirinya senang meski kadang jika sifat jahilnya datang, jimin tak pernah sekali pun membuat taehyung benar-benar marah dan berakhir jimin yang berada di bawah kungkungan nya. Ah.. Mengingat itu taehyung pasti merindukan lubang hangat dan nikmat milik istrinya. Dia harus menekan keinginan hasratnya selama berada jauh dari jimin nya.
.
.
𝙎𝙠𝙞𝙥
.
.
"Sayang, aku akan usahakan untuk pulang lebih cepat. Agar tak terlalu lama jauh darimu." Ucap taehyung sambil melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping istrinya.
"Um, aku pasti akan merindukanmu. Jaga kesehatanmu di sana ne.. Karena aku tak ada di sampingmu aku takut jika kau sakit nantinya." Kini jimin mengusap lembut rahang taehyung.
"Ya pasti, baiklah aku pergi sekarang sebentar lagi pesawatnya take off. Jaga dirimu baik-baik ne.. Jika kau butuh sesuatu hubungi asistenku jaehyun."
"Em.. Baiklah sayang." Taehyung pun mengecup lama bibir jimin dan melepaskan bibir tebal jimin saat suara sekertaris nya terdengar
"Tuan Kim, pesawat akan segera berangkat." Ucap sekertaris taehyung yang bernama Kim Mingyu.
"Baiklah kita akan pergi.—ucapnya pada mingyu dan kini beralih kembali pada sang istri— baiklah sayang jaga dirimu dan kesehatan mu. Aku pergi dulu." Ucap taehyung sambil mengecup kening jimin.
"Kami permisi Tuan Jimin." Ucap Mingyu sambil membungkuk hormat pada istri atasannya.
"Ne Mingyu-ssi, tolong jaga suamiku." Ucap jimin sambil tersenyum pada Mingyu.
"Ne tuan." Taehyung dan sekertaris nya pun pergi memasuki pesawat dan tak berapa lama pesawat pun take off dan jimin melihat keberangkatan suaminya dari dalam bandara itu.
Jimin pun menghela nafasnya setelah melihat keberangkatan suaminya. Ia berharap semuanya akan baik-baik saja.
Kini jimin melangkahkan kakinya keluar bandara menuju ke tempat parkir dimana mobilnya berada. Saat sedang merogoh kantong celananya untuk mencari kunci mobilnya, seseorang menyenggol lengan jimin. Mengakibatkan kunci mobil yang ia bawa terjatuh.
"Ah.. Maafkan aku, aku tidak sengaja." Orang yang menabrak jimin pun meminta maaf sambil memungut kunci mobil jimin yang terjatuh.
"Tidak apa-apa." Ucap jimin sambil tersenyum. "Ini." Orang itu pun memberikan kunci jimin yang terjatuh sambil terkagum melihat sosok cantik di depannya sampai tak berkedip.
"Baiklah aku pergi dulu. Hati-hati saat berjalan." Setelah mengatakan itu jimin pun segera masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya beranjak pergi dari area bandara itu meninggalkan seseorang yang masih menatap kepergiannya.
"Wah.. Dia sangat cantik. Aku harap kita akan bertemu lagi." Gumamnya saat mobil jimin sudah menghilang dari pandangannya.
"Jungkook, kau kenapa?" Seorang prua paruh baya menyadarkan putranya dari lamunannya.
"Eoh, appa? Aku tidak apa-apa." Ya, orang itu adalah jungkook kini tengah mengalihkan perhatiannya pada ayahnya.
"Ayo kita segera masuk ke bandara sebentar lagi rekan bisnis kita akan segera tiba."
"Iya appa, ah.. Tunggu sebentar aku akan membenarkan tali sepatuku. appa masuk saja lebih dulu."
"Baiklah." Tuan Jeon pun bergegas masuk dan jungkook saat ini sedang membenarkan tali sepatu dan saat itu pula ia melihat sebuah kartu nama dan sebuah gelang berwarna silver yang terdapat huruf inisial 'KJ' dan 'KT' berukuran kecil dengan beberapa hiasan lainnya.
"Milik siapa ini? Tunggu.. dari nama yang tertera di kartu nama ini aku yakin huruf pada gelang dengan inisial KJ itu pasti kim jimin. Kasihan sekali orang yang kehilangan gelang ini pasti ini sangat berharga. Baiklah nanti kalau tak sibuk aku akan mengembalikannya." Jungkook pun memasukkan gelang dan kartu nama itu ke dalam kantong coat nya dan segera menyusul ke dalam bandara itu.
Tanpa ia tau gelang dan kartu nama itu akan membawanya masuk kedalam kehidupan seseorang yang entah membawa bahagia atau kesedihan pada jungkook nantinya
𝙏𝘽𝘾