Chereads / Psycopath CEO / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Seorang wanita menghembuskan nafasnya berulang-ulang dengan pandangan lurus kedepan, menatap nanar jalan yang begitu ramai dengan mobil yang berlalu lalang tanpa henti.

Lagi-lagi ia menyeka air matanya yang jatuh dari pelupuk matanya.

"Pria brengs*k," umpatnya kesal yang ditujukan pada pria itu, pria yang sudah mengisi hidupnya selama lebih dari 2 tahun dan hari ini, ia melihat hal yang sangat-sangat menusuk relung hatinya yang paling dalam.

Ia menghentikan salah satu taksi yang berlalu lalang dihadapannya dan dengan cepat masuk kedalam taksi itu.

"Jalan xxx, pak," ucapnya dan sopir taksi itu pun melajukan kealamat yang dikatakan wanita itu.

Di tengah perjalan hanya ada air mata, ia menangis mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.

* * *

Clara Crowens anak dari Thomas Crowens pengusaha yang cukup disegani dan dihormati dikotanya maupun dinegara tetangga.

Clara adalah wanita cantik dengan rambut yang tidak terlalu panjang, hanya sepunggung saja, dengan warna sedikit coklat.

Ada yang bilang jika Clara mewarnai rambutnya disalin ternama hingga bisa seindah itu, tapi dugaan mereka salah! rambut Clara memang sudah seperti itu sejak lahir, turunan dari sang ibu.

Clara memiliki body bak model, tapi sayangnya ia bukan model, ia hanya seorang desainer dibutik kecil miliknya yang ia bangun dengan hasil jerit payahnya sendiri, tanpa bantuan sang ayah.

Meskipun terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan bergelimang harta, tapi Clara tidak manja pada sang ayah, sedang ibunya sudah meninggal saat melahirkannya dan sampai sekarang, ayahnya itu belum juga menikah.

Clara adalah wanita simpel dan ia sangat menyayangi ayahnya, sangat sayang.

Hari ini Clara akan berkunjung ke apartemen kekasihnya, Delon Terios anak tunggal dari seorang pengusaha yang tidak jauh berbeda dengan ayah Clara, tapi tentu saja kedudukan ayah Clara masih diatas dari ayah Delon.

Ia berniat untuk memberi kejutan pada pacarnya itu, jadi ia sama sekali tidak memberitahukan pada Delon jika ia akan berkunjung ke apartemen.

Clara berjalan menuruni anak tangga untuk segera pergi ke apartemen kekasihnya itu.

"Kau ingin ke mana, Clara?" tanya seorang pria parubaya yang tengah duduk diruang tamu pada Clara yang berlari kecil menuruni anak tangga.

"Aku akan pergi ke apartemen Delon, Dad. Aku pamit dulu ya," ucap Clara pada sang ayah lalu mengecup singkat pipi ayahnya itu dan berlalu pergi.

Sang ayah hanya mampu mengelengkan kepalanya melihat tingkah laku putrinya itu yang begitu bersemangat itu keapartemen sang kekasih.

Dua puluh menit kemudian.

Clara tiba di apartemen kekasihnya itu, ia pun segera masuk kedalam lift dan memencet tombol lift kelantai 5.

Ting!

Lift terbuka, Clara melangkahkan kakinya keluar dari lift dan mendekat kepintu apartemen kekasihnya itu.

Clara kini berdiri didepan pintu apartemen Delon, kekasihnya. Clara memutar knock pintu apartemen Delon dan membukanya perlahan.

Clara mengernyitkan alisnya saat membuka pintu apartemen Delon dan terdengar suara aneh yang membuat Clara menelan salivanya dengan susah payah.

Clara bukannya gadis polos yang tidak tahu suara apa yang ia dengar itu, ia sangat tahu jika suara itu adalah suara desahan wanita yang tengah bercinta.

Dengan langkah yang berat, Clara berjalan mendekat kearah pintu didalam kamar itu, lebih tepatnya kamar Delon.

Clara menghentikan langkahnya tepat didepan pintu kamar Delon. Dengan tangan yang gemetar, Clara memutar knock pintu kamar Delon dan membukanya secara perlahan.

Clara membulatkan matanya dengan sempurna seolah ingin keluar dari tempatnya. Clara menutup kembali pintu kamar itu dengan pelahan agar seseorang didalam kamar tidak menyadari kedatangannya.

Dengan tubuh yang gemetar, Clara berjalan perlahan keluar dari apartemen itu dan menutup pintu apartemen dengan perlahan dan segera berlari kelift untuk segera pulang kerumahnya.

Ting!

Pintu lift terbuka dengan cepat Clara berlari keluar dari lift dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya, ia tidak mampu lagi menahan air mata itu, ia marah, kecewa, dan benci Delon sangat benci, seolah ia ingin sekali membunuh pria itu.

'Brengs*k,' umpat Clara dalam hati, dengan terus berlari entah kemana.

Ia tidak percaya jika Delon akan melakukan hal seperti itu dibelakangnya, itupun dengan sahabat baiknya.

'Penghianat, aku benci kalian berdua!' ucap Clara dalam hati berteriak keras dibawah langit malam yang penuh dengan bintang.

* * *

Saat ini, Clara dalam perjalan pulang kerumahnya, ia sudah tidak menangis lagi, kini ia hanya menatap kosong keluar dari jendela taksi itu.

Tidak lama kemudian, ia pun tiba didepan gerbang rumahnya. Clara segera turun dan membayar taksi itu, karena saat pergi tadi, ia hanya meminta sopir untuk mengantarnya.

Clara berjalan perlahan memasuki gerbang rumahnya dengan wajah sembab akibat menangis tadi.

Clara membuka pintu utama rumahnya dan berjalan masuk tanpa menoleh pada sang ayah yang masih setia duduk disofa ruang tamu, dengan meminum kopi.

"Clara? kau sudah pulang? cepat sekali," tanya Thomas pada putri semata wayangnya itu, yang bersiap untuk melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

"Iya, Dad. Delon tidak ada diapartemennya, aku capek, Dad. Mau istirahat, Daddy jangan lupa untuk tidur cepat, jangan begadang," ucap Clara kemudian melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

Thomas hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan putrinya itu, tapi didalam hati, terus menerus bertanya tentang apa yang terjadi hingga wajah putrinya itu terlihat sembab, seperti habis menangis.

Clara segera menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam, ia segera menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidurnya dan menutup kepalanya dengan bantal kemudian menangis keras.

'Dasar pria brengs*k, kenapa kau tega melakukan ini padaku? aku fikir kau berbeda dengan pria lain, tapi ternyata sama saja, kau juga brengs*k, playboy sial*n,' umpat Clara dalam hati yang ditujukan untuk Delon.

'Ini terakhir kalinya aku menangis untuk pria bajing*n sepertimu, kau pria brengsek! aku berharap kau mendapat ganjaran atas semua yang kau lakukan di belakangku!' sumpah Clara dalam hati.

Cukup lama Clara menangis, akhirnya ia pun tertidur tanpa menyelimuti tubuhnya.

* * *

Ditempat lain, seorang wanita yang terikat dikaki dan juga tangannya dengan keadaan polos tanpa busana diatas tempat tidur dengan sprei berwarna merah darah.

Wanita itu menatap takut pada seorang pria yang tengah duduk santai di sofa tidak jauh darinya dan menatap kearahnya, bagai singa yang siap menerkam mangsanya.

"Jangan menatapku seperti itu, kau membuatku semakin bernafsu untuk segera melakukannya," ucap pria itu dengan nafas berat menahan hasrat, bukan hasrat untuk melakukan aktifitas yang membuat tubuh berkeringat dengan kenikmatan, tapi hasrat untuk segera menikmati jeritan kesakitan yang terdengar seperti jeritan kenikmatan baginya.

Tubuh wanita itu gemetar ketakutan saat pria itu berjalan mendekat kearahnya dengan belati ditangannya.

Pria itu menyeringai saat tiba didekat wanita itu dan tiba-tiba ....