Chereads / Psycopath CEO / Chapter 7 - BAB 7

Chapter 7 - BAB 7

Leon, Rafael dan Daniel yang mendengar hal itu terkikik geli.

"Haha, apa benar akan seperti itu?" tanya Daniel melangkahkan kakinya mendekat pada dua orang yang terikat itu.

"Tentu saja! Kau fikir keluargaku tidak bisa membunuh kalian?!" gertak Delon dengan berteriak.

Delia masih terdiam, sedang ketiga pria itu tertawa keras, mendengar ucapan Delon yang begitu lucu ditelinga mereka.

"Sia**n! Apa yang kau tertawakan, Hah!" teriak Delon kesal pada ketiga orang yang tertawa keras, seperti menghinanya.

"Kau yakin?" tanya Daniel tepat didepan wajah Delon kemudian merogoh saku celana kainnya dan membuka situs berita online.

"Hari ini terjadi penurunan saham pada perusahaan FL Group milik keluarga Terios, sehingga membuat mereka terlilit utang di mana-mana, hingga mengakibatkan mereka mengakhiri hidup mereka sekeluarga, tapi mayat putranya belum ditemukan, sekian untuk berita hari ini,"

Delon gemetar mendengar suara penyiar berita dari ponsel Daniel. Ia tidak percaya kedua orang tuanya akan melakukan hal seperti itu, terlebih lagi penurunan harga saham pada perusahaannya, sungguh tidak bisa dipercaya.

"Si ... siapa kalian?!" ucap Delon yang mulai ketakutan sedang Delia, jangan ditanya lagi, ia mulai berkeringat dingin dengan sesekali menelan salivanya dengan susah payah.

"Seseorang yang akan mengakhiri hidupmu malam ini," ucap Danile santai dengan seringaian dibibirnya, seolah Delon melihat hal itu.

Daniel mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu ....

"Akh," pekik Delon saat sesuatu yang tajam menusuk perutnya.

'Sial*n, dia menusuk perutku dengan pisau dan ....,' ucap Delon dalam hati yang terhenti kala Daniel kembali menusuk perutnya ditempat yang sama.

"AKH, SIAL*N! Apa yang kau inginkan," ucap Delon dengan menahan rasa sakit diperutnya yang kini mengeluarkan darah segar.

"Mendengar suara teriakanmu," ucap Daniel seketika membuat Delon dan Delia semakin gemetar.

'Psycopat,' ucap Delon dan Delia dalam hati dengan tubuh yang gemetar.

"Jangan bersenang-senang sendiri, Daniel. Kau jahat sekali memulainya lebih dulu," ucap Rafael dengan seringaian dibibirnya.

"Harusnya aku yang memulainya, kenapa harus kau," ucap Leon sedikit kesal, karena tidak melakukannya lebih dulu.

"Tidak apa-apa 'kan? Lagi pula ini pertama kalinya aku menjadi orang yang membuka kesenangan ini," ucap Daniel dengan santainya, tidak memedulikan kedua orang yang sudah gemetar dengan keringat dingin ditubuh mereka.

"Baiklah, mari mulai!" ucap Leon dan mulai melakukan hal yang sedari tadi ingin ia lakukan, menyebabkan suara jeritan kesakitan terdengar diruangan itu.

Sepuluh menit kemudian.

Leon, Rafael dan Daniel mulai membersihkan tangan mereka dari darah yang tidak sengaja terkena tangan.

"Ternyata benar, jika melakukannya bersama akan semenyenangkan ini," ucap Rafael dengan seringai dibibirnya, membuat beberapa orang diruangan itu menelan salivanya dengan susah payah.

"Kau benar, tapi aku rasa Leon tidak akan membaginya lain kali," ucap Daniel yang hanya dibalas tatapan datar oleh Leon.

"Tidak akan ada lain kali," ucap Leon santai kemudian berjalan keluar dari ruangan itu, setelah memberi isyarat pada bawahannya untuk membersihkan dua mayat yang masih terikat dikursi dengan tusukan di mana-mana ditubuh mereka.

"Leon, ada yang ingin ku tanyakan padamu," ucap Rafael pada Leon ketika mereka tiba didepan mobil masing-masing.

"Apa?" ucap Leon yang penasaran.

"Dengan siapa kau semalam?" tanyanya membuat Rafael terdiam, kemudian menatap Leon.

Leon terdiam kemudian kenaikan sebelah alisnya, sedikit bingung dengan ucapan sahabatnya itu.

"Maksudnya?" ucap Leon yang tidak mengerti sama sekali, kemana arah pembicaraan sahabatnya itu.

"Jangan pura-pura tidak tau, semalam kau bersama wanita 'kan?" ucap Daniel dengan tatapan intimidasi, sedang Rafael memasanga mimik wajah terkejut mendengar hal itu, meski sebenarnya ia sudah tau, jika semalam Leon bersama dengan seorang wanita.

Leon yang mendengar hal itu tersenyum kecil.

"Dengan istriku," ucapnya santai kemudian membuka pintu mobilnya dan masuk, lalu pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang terdiam, mematung ditempatnya.

"HAH!" teriak mereka berdua, terkejut.

* * *

Pukul 22:00.

Leon menghentikan mobilnya dibasemant apartemennya, kemudian keluar dari mobil dan berjalan menuju lift.

Ting!

Pintu lift terbuka saat tiba dilantai lima bangunan apartemen itu, Leon melangkahkan kakinya keluar dari lift dan mendekat pada pintu bercorak coklat yang tidak lain adalah pintu apartemennya.

Leon membuka pintu apartemennya, setelah memasukkan kata sandi. Leon melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemennya dan segera berjalan mendekat kearah pintu kamarnya.

Leon membuka perlahan pintu kamarnya dan melangkah masuk kedalam, Leon terdiam melihat Clara yang tertidur pulas diatas tempat tidur dengan hanya mengenakan kemeja berwarna putih yang sedikit terlihat, meski ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Leon mendekat kearah Clara kemudian mendudukkan diri ditepi tempat tidur dan membelai rambut wanita yang sudah menyandang status sebagai istrinya.

'Entah mengapa, aku merasa nyaman berada di dekatmu, dan juga seperti tidak ingin melakukan hal yang mengerikan seperti tadi, entah itu apa, aku tidak tau. Tapi sepertinya kau dapat membuatku nyaman,' ucap Leon dalam hati dengan tangan yang membelai pipi Clara.

Leon beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kamar mandi untuk segera membersihkan diri, karena merasakan jika tubuhnya sedikit berbau amis.

Sebelas menit kemudian.

Leon keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya, Leon terkejut ketika keluar dari kamar mandi dan sudah disuguhkan dengan pemandangan yang mengundang hasrat.

Leon menelan salivanya dengan susah payah melihat paha putih mulus Clara yang terekspose karena selimut yang ia pakai jatuh kelantai.

Leon berjalan perlahan mendekat ke tempat tidur dan sedikit membungkukkan badannya untik mengambil selimut yang terjatuh kelantai, berniat untuk menutupi tubuh Clara.

Ia terus menelan salivanya dengan susah payah dan dengan tangan yang sedikit gemetar, ia mencoba menyelimuti tubuh Clara, tapi sia-sia, karena Clara seperti menolak hal itu, dan menendang selimut yang sudah menutupi tubuhnya.

Leon sudah lelah dengan cepat ia menarik handuknya dan menindih tubu mungil Clara dan menciuminya dengan nafsu.

Clara melenguh dan berusaha membuka kelopak matanya, ia terkejut mendapati Leon yang menciuminya dengan nafsu yang menggebu.

"Ap ... apa yang kau lakukan?" tanya Clara membuat Leon menghentikan ciumannya dan menatap lekat mata Clara, dengan matanya yang sudah berkabut.

"Menurutmu apa?" tanya Leon dengan nafas yang begitu berat.

"Dasar gila! Turun dari tubuhku sial*n! Aku tidak akan memberikannya lagi padamu," ucap Clara mencoba mendorong tubuh kekar Leon, tapi sama sekali tidak berpengaruh pada Leon.

"Aku hanya menginginkan hakku, lagi pula kita sudah sah, jadi tidak masalah jika aku menginginkan sekarang ini, karena itu sudah kewajiban suami istri melakukan hubungan badan, agar memiliki keturunan," ucap Leon panjang lebar dan memulai aksinya, membuat Clara tidak mampu berkata-kata dan memilih menikmatinya.

Mereka melakukannya hingga beberapa ronde, entah berapa kali Leon dan Clara mencapai kenikmatan mereka.