Chereads / Psycopath CEO / Chapter 6 - BAB 6

Chapter 6 - BAB 6

Clara mulai menceritakan semuanya pada sang ayah, yang membuat pria parubaya itu terkejut, begitu pun dengan Leon.

"Clara ... apa semua yang kau katakan itu benar-benar terjadi? bukankah kau dan Delon saling mencintai," ucap Thomas tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Tapi itulah yang terjadi, dad. Dia penghianat dan juga Delia,mereka berdua penghianat, bahkan melakukan hubungan seperti itu dibelakangku," ucap Clara menundukkan kepalanya dengan air mata yang mulai menetes di pelupuk matanya.

Thomas segera memeluk tubuh mungil putrinya itu, dengan mengusap punggung Clara penuh kasih sayang.

Leon yang mendengar cerita Clara mengepalkan tangannya, ia sangat marah dengan apa yang terjadi pada wanitanya.

'Akan kubuat kau menyesal karena membuat wanitaku menangis,' ucap Leon dalam hati dengan seringaian kecil di bibirnya.

Sepertinya malam nanti, ia akan memuaskan hasrat psycopatnya dengan dua orang sekaligus dan sepertinya teman-temannya akan ikut bermain.

"Jadi Tuan ... em, maksudku ayah mertua, kau merestui hubungan kami 'kan?" tanya Leon membuat kedua orang itu menoleh padanya.

Thomas menatap pria itu dengan penuh tanda tanya, sedang Clara berusaha untuk menghentikan tangisnya, padahal ia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi, terutama untuk pria tidak berguna seperti Delon.

"Kalian menikah karena dasar tidak sengaja, tapi saya percaya jika anda akan menjaga putri saya dengan baik," ucap Thomas yang dibalas senyuman oleh Leon.

"Ayah mertua tidak perlu terlalu formal denganku, cukup memanggilku dengan nama saja, karena sekarang aku adalah suami Clara," ucap Leon masih dengan senyum diwajahnya.

"Baiklah, aku berharap kau menepati janjimu, Leon," ucap Thomas menatap tajam pada Leon.

"Aku selalu menepati janjiku, ayah mertua," ucap Leon santai, sedang Clara masih terdiam dengan menatap Leon.

Leon melihat arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, di mana jam sudah menunjukkan pukul 09:40 pagi.

"Sepertinya aku harus pergi. Sayang, jaga dirimu, aku akan menjemputmu nanti sore," ucap Leon berdiri dari duduknya dan menghampiri Clara, kemudian mengecup singkat kening Clara.

Clara yang diperlakukan seperti itu, terdiam sejenak, kemudian mengerjapkan matanya berulang-ulang.

"Aku pergi dulu, ayah mertua," ucap Leon dan segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah setelah mendapat anggukan kepala oleh Thomas.

"Masuklah kedalam kamarmu, untuk istirahat," ucap Thomas penuh kasih sayang.

Clara mengangguk kemudian beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menaiki tangga, menuju lantai dua.

'Aku berharap pria itu tidak melakukan hal yang tidak-tidak padamu,' ucap Thomas dalam hati dengan menatap nanar Clara yang berjalan kearah kamarnya.

* * *

Dua puluh menit kemudian.

Leon menghentikan mobil sportnya dibasemant perusahaan dan segera membuka pintu mobil dan berjalan keluar dengan disambut oleh Danil.

Mereka berjalan memasuki lobi perusahaan yang cukup sepi, dikarenakan para karyawan yang sudah berada ditempat masing-masing.

Leon memasuki lift diikuti oleh Danil dan dengan cepat, Danil memencet tombol lift ke lantai 60, ruangan bosnya itu.

Pintu lift terbuka dan dengan segera Leon melangkahkan kakinya keluar diikuti oleh Danil.

Danil membukakan Leon pintu ruangan kebesaran Leon dengan sedikit membungkukkan tubuhnya.

Setelah Leon masuk kedalam ruangannya, Danil segera masuk dan mengunci pintu karena hal yang akan ia bahas dengan bosnya itu, merupakan hal rahasia.

Setelah Leon mendudukkan diri dikursi kebesarannya, Danil membuka suara.

"Tuan, soal penyeludupan itu, semuanya berjalan dengan lancar, dan sesuai dengan perintah anda, para penganggu sudah disingkirkan. Apa masih ada lagi yang anda inginkan?" tanya Danil tau jika bosnya itu, memiliki sesuatu yang akan melibatkannya.

"Apa kamu tau Delon Terios?" ucap Leon bertanya pada Danil.

"Bukankah dia putra tunggal keluarga Terios, apa ia membuat anda kesal?" tanya Danil yang penasaran.

"Sangat dan aku ingin kau membawanya ketempat biasa. Soal keluarganya, segera hancurkan tanpa sisa," ucap Leon penuh penekanan.

Danil yang mendengar hal itu hanya menganggukkan kepalanya, tanda mengerti dengan perintah atasannya itu.

'Entah masalah apa yang mereka lakukan hingga membuat tuan semarah ini,' ucap Danil dalam hati, bertanya pada diri sendiri.

"Oh, dan satu lagi ....," ucap Leon membuat Danil tersadar dari lamunannya.

"Bawa wanita yang bernama Delia Frincen padaku," titah Leon dan dengan cepat diangguki oleh Danil.

Danil segera keluar dari ruangan Leon dan bersiap untuk melakukan perintah yang sudah diberikan oleh sang atasan.

"Aku tidak sabar, ingin bersenang-senang dengan dua orang sekaligus," ucap Leon dengan seringaian dibibir seksinya.

* * *

Pukul 7 malam.

Saat ini Leon berada diclub bersama dengan kedua sahabatnya, setelah tadi mengantar Clara keapartemennya dan berkata akan pulang tengah malam nanti.

""Jadi apa yang ingin kau bicarakan pada kami?" tanya Daniel to the point, setelah beberapa saat yang lalu hanya ada keheningan.

"Kita akan bersenang-senang, dengan sesuatu yang menyenangkan," ucap Leon dengan seringaian dibibirnya.

Rafael dan Daniel bertukar pandang satu sama lain, seolah bertahya kesenangan apa yang sahabat gilanya itu katakan.

"Maksudnya?" tanya Rafael mencoba memperjelas.

"Maksudku, kita akan menikmati tubuh dua orang yang akan menjadi pelampiasan yang sempat tertahan," ucap Leon santai yang langsung dimengerti oleh kedua orang itu.

"Bukannya kau tidak ingin diganggu atau dibantu untuk menyelesaikan kesengan seperti itu? tumben kau mengajak kami?" tanya Daniel heran dengan sahabat gilanya itu, meski sebenarnya ia juga gila.

"Karena kali ini spesial," ucap Leon membuat kedua orang itu tersenyum, lebih tepatnya menyeringai.

* * *

Pukul 09:30 malam.

Tiga mobil sport terparkir didepan bangunan tua dipinggir kota, jika hanya dilihat dari luar, memang hanya akan melihat bangunan usang yang tidak terurus, tapi jika sudah masuk kedalamnya, kau akan berfikir puluhan kali untuk mengucapkan hal yang sama.

"Selamat datang, Bos," sapa beberapa orang yang berjejer menyambut kedatangan tiga pria itu, yang tidak lain adalah Leon, Rafael dan Daniel.

Mereka bertiga hanya menganggukkan kepalanya dengan langkah mendekati sebuah ruangan dengan pintu bercorak merah darah.

Seseorang membuka pintu itu untuk mereka dan dengan cepat ketiga pria itu masuk kedalam dan menatap dua orang yang terikat dikursi dengan mata yang tertutup dengan kain.

Tidak ada yang mengeluarkan suara, semua hanya diam dengan mata yang fokus dan tubuh yang berdiri tegap bak seorang tentara militer terlatih.

"Kenapa ada laki-laki?" bisik Rafael ditelinga Leon.

"Anggap saja bonus," bisik Leon membuat Rafael mengangguk mengerti.

"Kerja bagus, kau selalu mengerjakan sesuatu dengan sempurna, Danil," puji Leon pada asistennya itu.

"Sudah menjadi kewajiban saya, Tuan," ucap Danil penuh rasa hormat.

"Siapa kalian? apa yang kalian inginkan dari kami? apa kalian tidak tau jika keluarga kami pasti akan membuat kalian menyesal seumur hidup kalian!" ucap Delon dengan nada suara mengertak.