Leon terdiam saat wanita itu membentaknya, ia merasa sedikit ibah pada wanita itu.
Ibah? sudah lama ia tidak merasakan hal seperti itu, tapi kenapa saat ia melihat wanita itu, ia merasa simpatik seperti ini.
"Sudahlah berhenti menangis, aku tidak suka mendengar suara menyebalkan seperti itu," ucap Leon tanpa sadar, dan seketika membuatnya terdiam.
'Aku mengatakan apa tadi?' tanya Leon dalam hati pada dirinya sendiri.
"Siapa namamu?" ucap Leon berusaha melupakan apa yang ia katakan tadi.
"Clara Crowens," ucap wanita itu yang tidak lain adalah Clara.
Leon mengernyitkan alisnya mendengar nama Clara, sedang Clara mengusap air matanya yang membasahi pipinya.
'Crowens? terdengar familiar,' ucap Leon dalam hati dan menatap lekat wajah Clara.
"Apa lihat-lihat kayak gitu," ucap Clara membuat Leon tersentak.
"Kau mau kemana?" tanya Leon yang melihat Clara berusaha turun dari tempat tidur.
"Mau mandi!" ucapnya ketus, membuat Leon menatap bingung padanya.
'Ini pertama kalinya ada wanita yang berani berkata seperti itu padaku, tapi kenapa aku tidak suka mendengar suara tangisnya, padahal 'kan aku sangat terhibur mendengar suara seperti itu,' ucap Leon dalam hati, bingung pada dirinya sendiri.
Leon menatap Clara yang berjalan tertatih kearah pintu kamar mandi, ia ingin membantu wanita itu, tapi sayangnya ia tidak ingin mendapat bentakan lagi.
Dua puluh menit kemudian.
Kini Leon dan Clara duduk berhadapan diruang tamu, dengan Clara yang memakai kemeja putih kebesaran milik Leon, yang membuat pria itu harus menelan salivanya berkali-kali dengan susah payah.
"Apa yang kau lihat?" ucap Clara ketus dengan raut wajah marahnya.
"Kau menatapku seperti itu, membuatku semakin bernafsu padamu," ucap Leon dengan seringaian dibibir ya.
'Dasar pria mesum,' umpat Clara dalam hati dengan menatap Leon.
Clara menarik nafasnya secara perlahan dan melakukan berulang-ulang membuat Leon mengernyit bingung.
"Soal kejadian tadi malam dan ... pagi tadi, lupakan saja. Anggap saja kita tidak pernah melakukan hal itu, dan aku berharap kau juga melupakan hal itu, aku tidak ingin terlalu berurusan dengan pria sepertimu," ucap Clara dan bangkit dari duduknya berjalan mendekat kearah pintu keluar apartemen itu.
"Kalau aku tidak masalah, aku bisa melupakan semua itu, tapi ....," ucap Leon menggantung ucapannya membuat Clara yang sudah memutar knock pintu, menghentikan tangannya dan menoleh pada Leon.
"Aku melakukan hal itu denganmu sebanyak dua kali, dan aku juga membuangnya didalam lebih dari 10 kali, apa menurutmu itu tidak akan menghasilkan bayi mungil," ucap Leon dengan senyum diwajahnya.
Clara mematung ditempatnya, ia tidak mampur berkata-kata lagi. Apa yang harus ia lakukan jika perkataan pria itu terjadi, ia tidak ingin anaknya lahir tanpa ayah.
Clara menatap Leon dengan mengepalkan tangannya, dengan cepat Clara berjalan mendekat kearah Leon dan kini berdiri dihadapan pria itu.
"Ke kantor catatan sipil!" ucap Clara yang terdengar seperti perintah ditelinga Leon.
"Kau memerintah?" tanyanya pada Clara yang hanya berwajah kesal.
"Kau fikir aku berbicara pada siapa? apa disini ada orang lain selain kamu?" tanya Clara dengan nada ketusnya.
"Baiklah, kau yang minta," ucap Leon dengan seringaian dibibir ya.
'Sial*n, kalau bukan karena aku takut jika ada anak didalam perutku, aku tidak akan mendengarkan ucapan konyol pria sombong sepertimu,' umpat kesal Clara dalam hati.
* * *
Saat ini Clara dan Leon berada diluar kantor catatan sipil, setelah mereka masuk dan menandatangi surat nikah yang kini berada ditangan keduanya.
'Ya ampun, baru saja kemarin aku melihat pria bajing*n dan sahabat sial*n melakukan hal seperti itu hingga membuat aku sakit hati, dan sekarang aku menikah dengan seorang pria mesum, ya ampun! sialnya nasibku,' rintih Clara dalam hati.
"Kau kenapa?" tanya Leon pada wanita yang sedari tadi termenung disampingnya.
"Tidak apa-apa," ucap Clara datar membuat Leon menatap datar padanya.
"Ya sudah, kita pulang," ucap Leon kemudian berjalan kearah mobilnya.
"Aku ingin pergi ke rumahku," ucap Clara penuh penekanan.
"Baiklah, aku juga ingin bertemu dengan ayah mertuaku," ucap Leon dengan tersenyum mesum.
Clara yang mendengar hal itu memutar bola matanya malas.
* * *
Tiga puluh menit kemudian.
Mobil sport berwarna biru berhenti didepan rumah mewah kediaman Crowens.
Clara segera membuka pintu mobil diikuti oleh Leon yang menatap datar pada bangunan didepannya.
Clara menghembuskan nafasnya perlahan sebelum membuka pintu bercorak putih itu, Clara berjalan masuk kedalam rumah, diikuti oleh Leon yang berjalan disampingnya.
"Daddy," ucap Clara lirih membuat pria parubaya yang tengah duduk disofa ruang tamu menoleh padanya.
"Eh, Clara sayang, kau sudah ....," Thomas menggantung ucapannya melihat seseorang yang berdiri disamping putrinya itu.
"Tuan Leon," ucapnya yang dibalas senyuman manis oleh Leon.
Clara yang melihat hal itu, hanya mengernyit bingung sekaligus heran.
"Selamat pagi menjelang siang, Tuan Crowens," ucap Leon formal dengan senyum diwajahnya.
Thomas yang melihat hal itu tersenyum manis dan mempersilahkan Leon duduknya.
Kini Leon duduk berhadapan dengan Thomas sedang Clara duduk disamping sang ayah.
"Clara, kenapa kau baru pulang? Semalam ayah menelfon nomormu, tapi yang menjawabnya Delon, dia berkata kau pergi ketoilet, apa semua baik-baik saja?" tanya Thomas dengan raut wajah khawatir.
Leon yang mendengar hal itu, mengernyit bingung. Ia merasa kesal mendadak saat mendengar nama Delon keluar dari bibir pria parubaya dihadapannya yang sudah menyandang status sebagai mertuanya, meski masih belum mengetahuinya.
"Delon? Siapa dia?" tanya Leon dengan raut wajah penuh tanda tanya, sedang didalam hati seolah ingin menguliti pria itu.
"Oh itu, dia kekasih Clara putriku, Tuan William," ucap Thomas dengan tersenyum pada Leon, sedang Clara berusaha untuk menelan salivanya dengan susah payah, entah mengapa ia merasa seperti tertangkap basah oleh Leon.
Leon yang mendengar hal itu hanya ber oh ria tanpa suara dan ucapan yang keluar dari bibirnya membuat Thomas terkejut.
"Tapi sepertinya hanya tinggal mantan saja, karena Clara sudah menikah denganku," ucap Leon santai dengan tersenyum.
Thomas yang mendengar hal itu terdiam, kemudian menatap Clara yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Tuan William, maksud anda apa?" tanya Thomas berusaha terlihat tenang.
Leon melemparkan buku nikah miliknya diatas meja dengan santai, Clara meremas jari tangannya, bingung harus menjelaskan semua pada ayahnya.
Thomas membelalakkan matanya dengan sempurna melihat buku nikah itu, ia menatap putri kesayangannya itu dengan tatapan meminta jawaban.
"Daddy ....," ucap Clara mengigit bibir bawahnya.
"Clara, jelaskan!" ucap Thomas penuh penekanan.
Leon yang melihat hal itu, hanya diam. Ia tidak ingin ikut campur untuk saat ini, ia ingin istrinya itu yang menjelaskan sendiri pada ayah mertuanya.