Setelah membersihkan diri sekedarnya, aku menuju ke tempat wawancara berlangsung. Semua orang melihatku seperti melihat hantu. Mereka saling berbisik sambil sesekali melihat tampang dan penampilan ku yang ya lumayan kacau karena kejadian tadi pagi.
Sambil menunggu giliranku di panggil, aku membuka hp. Mengecek siapa tahu ada informasi terbaru. Ternyata tidak ada satupun informasi yang masuk. Lalu kulihat pendaftar yang di panggil dari awal aku datang mulai masuk ke ruang wawancara. Tetapi tidak lama kemudian, wanita itu keluar dengan Isak tangis yang memilukan.
Begitu pula dengan pendaftar berikutnya. Mereka keluar dari ruangan itu dengan berurai air mata. Ada apa gerangan? Mengapa mereka menangis?
"Arumi Nada Syifa," panggil wanita yang keluar dari ruangan itu.
"Ya, Saya disini," jawabku.
Wanita yang berdandan rapi dan anggun itu melihatku dari atas hingga ke bawah. Memastikan kalau dia tidak salah memanggil. Mungkin dalam pandangannya, aku ini tidak pantas untuk mendaftar menjadi sekretaris di perusahaan ini. Kemudian dengan sikapnya yang angkuh menyuruhku masuk ke dalam ruangan itu.
Sebelum ku langkahkan kakiku memasuki ruangan itu, aku berdoa dalam hati agar mendapatkan pekerjaan ini. Aku membuka pintu setelah ketukanku di jawab dari dalam. Ku buka pintu perlahan dan ku langkahkan kakiku menuju kursi yang sudah di siapkan.
Di depanku ada seorang lelaki yang berdiri memunggungi ku. Sosoknya yang tinggi besar di balut jas yang terjahit rapi, sangat pas di pakai. Saat dia berbalik pandangan mata kami beradu. Aku sangat terkejut, ternyata lelaki itu yang ku tabrak tadi pagi. Merah padam mukaku. Aku menunduk dalam, menyembunyikan rona merah di wajahku karena malu. Ini pertemuan kedua kami.
Devan POV
Aku mencium bau yang memabukkan ku lagi. Ya, bau yang sama seperti tadi pagi. Harum lavender. Ingatanku kembali pada kejadian tadi pagi. Seorang wanita cantik menabrakku dan jatuh dalam pelukanku. Harum tubuhnya memabukkan ku. Apakah dia mate ku? Mate yang sudah sekian lama ku cari?
Apakah wanita itu ada disini? Mengapa harum tubuhnya sangat dekat? Aku membalikkan badanku. Ku lihat kembali wajah itu. Apakah ini ilusi? Atau sekedar lamunanku?
Author POV
"Pak, Bapak tidak apa-apa? Atau Bapak sakit?" tanyaku sambil mendekatinya. ku ulurkan tanganku, ku raba dahinya, sedingin es. Segera ku tarik tanganku kembali.
"Aku tidak apa-apa," jawabnya.
"Mengapa badannya sedingin es? Apakah dia kedinginan? Tapi kulihat dia baik-baik saja" batinku sambil melihatnya. Kemudian aku kembali duduk di kursiku saat dia mempersilahkan ku kembali.
"Siapa namamu?"
"Nama saya Arumi. Arumi Nada Syifa. Bapak bisa memanggil saya Arumi atau Nada," jawabku menerangkan padanya.
"CV mu sudah ku baca. Bagus. Saya senang. Kamu sudah bisa bekerja di perusahaan ini mulai besok pagi. Masuk jam 08.00 dan kembali jam 17.00. Akan tetapi karena kau adalah sekretaris, maka kamu harus datang lebih awal 1 jam sebelum masuk untuk menyiapkan berkas-berkas yang harus di tangani."
"Jangan lupa siapkan kopi setiap pagi untuk CEO. Taruh di atas meja agar cepat dingin dan bisa di minum," terangnya dengan nada dingin.
"Siap Pak. Semoga Saya bermanfaat," jawabku bersemangat.
"Jangan lupa juga, ganti pakaianmu yang sesuai dengan jabatanmu sebagai sekretaris," tambahnya sambil melihat penampilanku. Aku menunduk dan melihat betapa kacaunya aku.
"Ok, selamat siang Arumi. Jangan lupa besok kamu mulai bekerja," tambahnya untuk mengingatkanku.
"Ok Pak," jawabku sambil tersenyum. Kemudian aku keluar dari ruangan itu dengan hati lega. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana nantinya aku bekerja disini.
"Hm, wangi itu. Aku tidak akan melepaskannya," tekad Devan dalam hati saat memandang kepergian Arumi.