Akhirnya sampai juga di apartemen mungil ku. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ternyata lama juga perjalanan dari kantor kesini. Apa sebaiknya aku mencari apartemen yang lebih dekat sehingga tidak banyak membuang waktu dan tenagaku, pikirku kemudian.
Setelah membersihkan diri dan makan malam seadanya, aku merebahkan diri. Ku tatap langit-langit kamarku sambil memikirkan kejadian hari ini. Aku sungguh beruntung bisa bekerja di perusahaan besar itu. Tidak semua orang bisa masuk dan bergabung di dalamnya. Tuhan memang baik, mengabulkan semua doa ku.
Tiba-tiba aku teringat wajah lelaki itu. Ya, lelaki yang tak sengaja ku tabrak ternyata bekerja di perusahaan besar itu. Wajah tampan dengan garis sempurna itu sungguh membuat jantungku berdetak kencang. Rengkuhannya yang hangat membuatku nyaman dan terlindungi. "Ahh.. apa yang ku pikirkan," teriakku.
Ku tarik selimut menutupi wajahku. Ku coba memejamkan mata dan menghapus ingatanku hari ini. Angin yang berhembus dari sela-sela jendela kamar menyejukkan ku hingga tak terasa membawaku ke alam mimpi.
Devan POV
Di kejauhan terhampar bunga lavender yang menyejukkan Indra penciumanku. Seorang gadis cantik mengenakan gaun putih yang menjuntai hingga tumitnya. Rambut hitam panjangnya terurai, berkibar tertiup angin. Gadis itu berlari di antara rimbunnya bunga lavender menuju ke arahku.
Senyum manisnya merekah, bagai matahari yang menghangatkan jiwaku. Tangannya yang halus dan lembut itu terulur padaku. Ku sambut uluran tangannya, hingga tubuh kami saling mendekat. Kurengkuh dirinya dalam pelukanku. Harum semerbak lavender yang menguar dari tubuhnya memabukkan ku. Kami saling menatap dan tersenyum. Kupegang kedua pipinya agar dia hanya menatapku seorang. Kemudian...
Tok... tok... tok...
"Tuan, hidangan sudah siap. Apakah Anda akan makan pagi di bawah atau saya bawakan ke kamar Tuan?" tanya Mark di luar sana.
"Aku akan turun sebentar lagi," jawabku.
"Baik Tuan," jawab Mark seraya meninggalkan pintu kamar tuannya.
Siapa yang tak kenal dengan Mark. Mark adalah orang kepercayaan Devan August Liden. Dia sudah mengabdikan dirinya pada keluarga Liden untuk waktu yang lama. Mark pula yang kini mendampingi Devan untuk mengelola perusahaan raksasanya itu. Di manapun Devan berada, disitu pula ada Mark mendampinginya.
Devan seorang CEO muda yang cakap dan cerdas, hingga bisa membawa perusahaan nya menjadi nomer 1 di Asia. Usianya yang masih terlihat muda dengan wajah yang sungguh rupawan dan masih sendiri, membuatnya menjadi lelaki yang paling di idamkan saat ini. Banyak sudah wanita-wanita cantik, kaya, dan terkenal berusaha mendekatinya. Akan tetapi tidak satupun yang berhasil menaklukkan si gunung es ini. Ya, Devan. Si gunung es. Begitu julukan para gadis padanya.
Sambil menghela nafas panjang, Devan merutuki Mark, "sial. Mengapa kau membuyarkan mimpi indah ku, Mark!!" Kemudian Devan beranjak turun dari peraduannya dan menuju kamar mandi untuk mbersihkan diri. Dia teringat kalau hari ini akan bertemu kembali dengan Arumi. Sekretaris barunya yang membuat dirinya bermimpi dan merindukannya.
Apakah seperti ini rasanya bertemu dengan mate? Rasa rindu yang begitu membuncah dalam hati ku harus segera di obati. Sebaiknya aku segera bersiap agar bisa segera bisa bertemu dengannya, dan harum tubuhnya yang sudah menjadi candu bagiku.
Arumi, aku datang