"Hah.. jam 5 sore, Pak? Ini saja sudah hampir jam 1," sungutku sambil mengambil tas tanganku dan menuju keluar.
"Di luar Mark sudah menunggumu. Dia akan mengantarkanmu kemana pun Kau pergi," kata Devan lembut padaku .
Aku menghentikan langkahku dan berbalik menatapnya.
"Ah sungguh orang yang aneh. Tadi baru saja menyuruhku pulang, tapi sekarang mengatakan akan di antar," batinku sambil kembali berjalan keluar dari rumah itu.
Mark sudah menungguku di depan mobil, dan membukakan pintu untukku.
"Silakan Nyonya," kata Mark padaku.
"Terima kasih, Pak Mark," jawabku sambil masuk ke dalam mobil. Kemudian mobil melaju perlahan keluar meninggalkan rumah. Kulihat dari kaca mobil rumah Devan ternyata besar sekali. Taman bunga yang indah dengan air mancur di dalamnya tampak menghias depan rumah megah itu. Rumah yang bergaya Eropa dengan cat putih pada dindingnya dan warna emas pada tiang-tiang penyangganya.
"Ah, ternyata bos kaya sekali. Pantas saja banyak perempuan yang berusaha mendekatinya," pikirku lagi.
"Nyonya, jangan sungkan pada Saya. Apabila ada keperluan apapun ataupun ingin menanyakan apapun, Nyonya bisa mencari Saya," kata Mark.
"Baik, Pak Mark. Tapi bisakah Anda tidak memanggil Saya dengan sebutan Nyonya? Karena Saya bukan istri Pak Devan. Saya hanya asisten pribadinya saja," pintaku kemudian pada Mark.
"Maaf Nyonya, Saya tidak bisa mengabulkan permintaan Anda. Nyonya adalah mate Tuan Devan, yang juga berarti Nyonya Kami. Tidak pantas dan tidak sepatutnya bila Saya hanya memanggil Anda dengan nama saja," jawab Mark menjelaskan.
"Apa itu mate? Saya tidak mengerti," tanyaku.
"Mate itu pasangan hidup, Nyonya. Apabila seseorang telah menemukan matenya, maka mereka sudah di takdirkan bersama. Tetapi apabila salah satu meninggal atau pergi meninggalkan pasangannya, maka orang itu akan mati," jelas Mark panjang lebar.
"Aku bukan mate Pak Devan, juga bukan istrinya. Bagaimana Dia tahu kalau Aku adalah matenya?" tanyaku semakin penasaran.
"Maaf Nyonya. Dalam hal ini lebih baik Nyonya menanyakan langsung pada Tuan Devan," jawab Mark yang membuatku terdiam. Ah apalagi ini? Mate?
"Ahhh.. " jeritku sambil menghentakkan kaki. Ku lihat dari kaca spion Mark tersenyum. Aku jadi semakin curiga ada yang mereka sembunyikan dariku.
Tak terasa kami sudah sampai di apartemen ku. Ya walaupun kecil, tetapi nyaman dan membuatku bisa melupakan hal-hal yang terjadi di hidupku. Aku mempersilahkan Mark masuk dan duduk di ruang tamu. Sambil membuat air minum untuknya, aku juga mulai mengemas barang-barang penting yang harus ku bawa.
Ternyata tidak banyak barang yang bisa ku bawa. Hanya satu koper kecil. Sekali lagi aku melihat ke sekeliling kamarku, memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah puas, aku pun keluar menemui Mark. Sekali lagi aku melihat isi apartemenku. Rasanya enggan untuk meninggalkannya.
Koper yang ku pegang sudah berpindah tangan. Mark membawanya seolah itu hanya bantal mungil. Kami kembali menuju rumah Devan saat itu juga karena waktu sudah menunjukkan jam 4. Waktu yang di berikan Devan hanya sampai jam 5 sore ini. Mobil melaju kencang di jalanan yang lengang ini. Mungkin karena akhir pekan sehingga sedikit orang yang keluar rumah.
Aku kembali termenung. Peristiwa yang ku hadapi begitu cepat terjadi hingga hari ini. Semuanya seperti mimpi. Kemarin aku masih pengangguran, tapi sekarang sudah menjadi sekretaris CEO perusahaan besar. Ku tarik nafas dalam-dalam. Semua gerak-gerikku hanya di jawab senyuman oleh Mark.
Akhirnya kami sampai kembali ke rumah Devan. Mark segera membukakan pintu mobil dan mempersilakan aku masuk. Para maid berdiri berjajar di depan pintu menyambutku. "Kok kayak ratu aja nih, pake dayangnya nyambut segala," batinku sambil menengok kiri dan kanan mencari Devan.
"Selamat datang kembali Nyonya," sambut para maid padaku. Aku tersenyum menatap mereka. Hm, banyak sekali maid disini, sampai lupa tidak menghitungnya.
"Kau sudah datang, Arumi?" kata Devan menyambutku datang. Sore ini Devan nampak sempurna. Senyum manisnya membingkai wajahnya yang rupawan. Sambil berjalan mendekat dan membawaku dalam pelukannya.
"Selamat datang kembali, mate. Akhirnya kita bisa bersama dan Kau akan selalu di sisiku," kata Devan sambil memeluk ku. Aku terkesiap, saat Devan memelukku erat. Kejutan itu datang lagi, dan semuanya gelap kembali.
Yaa Arumi pingsan lagi..
Hai readers, jangan lupa saran, masukkan, dan kritikannya ya. Jangan lupa pula vote dan power stonenya.
Biar author semangat melanjutkan critanya
š