Chereads / Pesona Bidadari / Chapter 10 - 10. Pertemuan

Chapter 10 - 10. Pertemuan

Kami akhirnya sampai di tempat tujuan. Saat aku akan turun, tiba-tiba Devan sudah membukakan pintu untukku. John hanya berdiri mematung di sampingnya dengan tatapan heran.

"Terima kasih, Tuan," ucapku setelah turun. Kami berdua lalu berjalan memasuki hotel. Saat aku bertanya kepada resepsionis, langsung mereka menunjukkan tempatnya. Dengan mengikuti petugas, kami di antar menuju tempat pertemuan kami.

Di depan kami terhampar pemandangan yang indah, dengan view menghadap ke arah laut. Dalam ruangan itu sudah menunggu beberapa orang. Empat orang lelaki berpakaian hitam berdiri, satu lelaki tampan berpakaian jas Armani duduk di sofa coklat, dan satu perempuan cantik dengan rambut panjang keemasan duduk di samping lelaki itu. Melihat kedatangan kami, mereka berdua berdiri. Sesaat ku lihat ada gurat ketegangan di wajah Devan saat berjabat tangan dengan lelaki itu.

"Selamat datang Tuan Devan, perkenalkan Saya Louis. CEO PT Nirwana. Dan ini sekretaris Saya, Lisa," kata lelaki itu mengenalkan diri dan gadis itu. Hm.. namanya Louis. Sepertinya aku pernah melihat wajah orang ini, tapi dimana ya, kataku dalam hati.

"Devan. Dan ini asisten pribadiku, Arumi," kata Devan mengenalkan kami. Kami pun berjabat tangan. Saat Louis berjabatan tangan denganku, dia membawa tanganku ke arahnya dan menciumnya dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Kau cantik sekali, dan harum lavender mu sangat menyejukkanku," kata Louis padaku dengan senyum manis menghias wajah tampannya.

Devan dengan wajah masamnya melihat hal itu segera merenggut tanganku dan memposisikan diri ku di belakangnya.

"Jangan coba-coba Kau mendekati asistenku," ancamnya pada Louis.

Louis hanya tertawa sambil berjalan menuju sofa di ruangan itu. Sambil tangannya mempersilahkan kami duduk di seberangnya.

"Sebetulnya apa yang Kau inginkan, Alpha?" tanya Devan pada Louis setelah kami semua duduk. Louis yang di tanya hanya tertawa mendengar perkataan Devan.

"Mengapa Kau tertawa? Apakah pertanyaanku menurutmu lucu?" tanya Devan dengan wajah dinginnya.

"Hm.. Ternyata Kau sangat jeli, Tuan Devan," sahut Louis dengan senyum yang masih menghias di wajahnya. Aku semakin tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Sebetulnya ada apa dengan mereka, batinku.

"Kalau Kau tidak mengatakan yang sebenarnya Alpha Louis, lebih baik Kami pulang," kata Devan sambil berdiri dan menggandeng tanganku beranjak keluar dari ruangan itu.

"Aku ingin Mate mu, Tuan Devan," kata Louis di belakang kami. Langkah kami pun terhenti, kemudian Devan membalikkan badan dan menutupi ku dengan tubuh tegapnya sambil tetap memegang tanganku.

"Tidak semudah itu, Alpha. Mateku adalah milikku. Kau harus langkahi mayatku terlebih dahulu," sahut Devan dengan ketus dan membawaku pergi.

"Kau belum menandai Matemu, Devan. Jadi Dia bukan milikmu! Dia berhak untuk menjadi mate siapapun. Akan ku ambil Dia darimu," kata Louis dengan suara mengancam.

Devan segera beranjak pergi sambil membawa Arumi bersamanya. Setelah melihat mobilnya, Devan langsung membuka pintu dan menyuruh Arumi masuk.

"Cepat jalan, John. Kita pulang ke mansion," pinta Devan. Selama perjalanan Devan tidak melepaskan kaitan tangannya dengan Arumi. Devan takut apabila ancaman Alpha Louis di buktikannya.

"Sebenarnya ada apa, Tuan? Siapa yang Tuan dan Tuan Louis bicarakan tadi?" tanya Arumi sambil memandang wajah Devan yang masam.

"Diamlah Arumi. Lebih baik Kau istirahat saja," kata Devan kemudian memelukku. Dan bisa kalian tebak, aku tak sadarkan diri lagi seperti sebelumnya.