Chereads / Pesona Bidadari / Chapter 12 - 12. Kau Milikku 2 (17++)

Chapter 12 - 12. Kau Milikku 2 (17++)

Ciuman mereka begitu dalam. Entah siapa yang memulai, ciuman itu mengobarkan nafsu dalam diri Devan. Sambil tidak menghentikan ciuman mereka, Devan membawa Arumi ala bridal style ke kamarnya dan menutup pintu di belakangnya segera.

Di baringkannya tubuh Arumi perlahan di atas kasur king sizenya itu. Di cumbunya kembali Arumi hingga gadis itu tergeletak pasrah. Desahan nafas Arumi yang seksi semakin membuat Devan tak berdaya. Di bukanya baju Arumi perlahan hingga seluruhnya tersingkap. Terpampang lah tubuh yang halus dan lembut di hadapannya.

"Indah sekali. Kau sangat sempurna, Mate," kata Devan yang sudah melepas seluruh pakaiannya dan menjulang di atas tubuh Arumi. Arumi terpesona melihat tubuh Devan yang sempurna itu. Arumi hanya bisa menelan salivanya saat melihat milik Devan sambil menutupi dada dan bagian tubuhnya dengan kedua tangannya.

"Jangan Kau tutupi, Mate. Kau begitu indah. Kau milikku, Mate," kata Devan kembali mencumbu Arumi agar gadis itu tidak memikirkan hal yang lain. Arumi yang baru pertama kali merasakan dicumbu oleh lelaki, tidak bisa berpikir lagi. Hanya ada keinginan ingin melepaskan hasrat yang sudah tak terbendung.

"Jangan Kau tahan, Mate. Menjeritlah, tidak ada yang akan mendengar jeritan mu," ucap Devan masih mencumbu Arumi hingga gadis itu melepaskan hasratnya disertai jeritan. Devan merasa bahagia melihat matenya terpiaskan, tetapi itu tak menghentikan Devan untuk terus mencumbunya. Hingga saat Arumi akan kembali meraih puncaknya, Devan perlahan memasukkan kedua taringnya dalam ceruk leher Arumi dan menandainya.

"Ahh.." jeritan Arumi merasakan sensasi yang sangat memabukkan. Dia merasakan dirinya melayang dan merasakan euforia. Jantung dan deru nafasnya memburu, seolah-olah akan lepas dari tubuhnya. Pada saat itu Devan menancapkan miliknya untuk menyempurnakan kepemilikannya atas Arumi.

Mereka berdua mencapai puncak kenikmatan bersama. Jeritan mereka pun terdengar memecah keheningan mansion. Para pengikut Devan dan maid yang mendengar penyatuan tuan dan nyonya mereka pun tersenyum bahagia. Akhirnya nyonya sudah di tandai pemimpin mereka. Hal itu akan memperkuat kedudukan Devan sebagai penguasa dan tidak akan ada yang berani lagi mengusik kepimpinannya.

Deru napas mereka berdua perlahan mereda dengan tubuh yang masih saling memeluk satu sama lain. Devan tersenyum bahagia, akhirnya selesai sudah tugasnya menandai kepemilikannya. Besok dia sudah bisa mengenalkan matenya kepada kaumnya.

Ditatapnya wajah cantik matenya. Matanya yang terpejam di hias bulu mata yang lentik, bibir merah yang membengkak akibat ciumannya tadi kembali membuat senyum Devan merekah. Di ciumnya kembali bibir merah yang sudah menjadi candu baginya. Rasanya belum puas ia mencumbu matenya.

Arumi mengerjakan mata lentiknya, melihat wajah tampan dan sempurna milik Devan sedang menatapnya. Arumi melihat cinta yang dalam pada mata Devan. Oh inikah rasanya di cintai? Sangat indah dan memabukkan. Senyum terukir di bibir Arumi saat menatap Devan yang hendak menciumnya kembali.

"Apakah Kau tak lelah, Tuan?" tanya Arumi.

"Jangan lagi Kau panggil Aku Tuan. Aku adalah milikmu dan Kau adalah milikku. Kita sudah melalui prosesi ini dengan baik. Dan esok Kita akan menikah di depan kaumku," ucap Devan sambil mencium kening Arumi.

"Panggil Aku, Devan, atau lebih baik lagi Kau panggil Aku dengan sebutan Sayang, honey atau dear. Bagaimana Sayangku?" kata Devan membuat pipi Arumi memerah karena malu.

"Bagaimana bisa Aku menikah denganmu, Dev. Sedangkan Aku bukan termasuk kaummu," tanya Arumi pelan

"Kau sudah menjadi bagian dari kaumku saat darahku mengalir dalam tubuhmu. Dan tanda kepemilikan ku sudah tercetak jelas pada tubuhmu," jelas Devan dengan menunjukkan tanda kepemilikannya berupa ukiran bunga matahari yang cantik tercetak jelas pada pundak kirinya.

Arumi terperangah melihat tato itu tercetak jelas pada tubuhnya. Kapan Devan menandaiku? batin Arumi pada diri sendiri.

"Aku menandaimu saat Kita bercinta tadi," jawab Devan lewat mindlinknya. Arumi bingung, dia menengok ke kanan dan ke kiri mencari asal suara itu karena sedari tadi Devan diam tidak membuka mulutnya untuk berbicara. Siapa yang berbicara tadi, seperti suara Devan. Tapi tadi dia hanya di saja, pikir Arumi lagi dalam hati.

"Ini suara ku, Mate. Aku berbicara melalui mindlink kita. Karena Kau sudah menjadi mateku yang sah, maka dimanapun Kau berada mindlink Kita yang akan mendekatkan Kita," jelas Devan masih menggunakan mindlinknya untuk berkomunikasi dengan matenya. Agar Arumi terbiasa dan tidak terkejut lagi.

Tanpa peringatan apapun, Devan kembali mencumbu matenya. Dengan perlahan namun pasti mereka menikmati percintaan hari ini.

================================

from author

Hai readers

maaf baru bisa upload

ingin tahu kelanjutan Devan dan Arumi?

Yuk ikuti terus kisahnya

jgn lupa masukannya yaa

power stonenya juga, biar author semangat up nya

☺️