Chereads / Pesona Bidadari / Chapter 14 - 14. Perjamuan

Chapter 14 - 14. Perjamuan

Setelah meresmikan ikatan pernikahan mereka di depan seluruh kaum Devan, maka acara di lanjutkan dengan perjamuan. Banyak kerabat Devan datang dari jauh hanya untuk melihat Ratu baru mereka yang nota Bene asli manusia itu. Apalagi dengan darah sucinya yang membuat klan Devan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.

Tiba-tiba Mark datang mendekati Devan dan berbisik, memberitahu bahwa Alpha dari klan werewolf datang untuk memberi selamat. Wajah bahagia Devan berubah drastis saat mendengar nama Louis disebut. Genggaman tangan Devan semakin erat

Arumi yang merasakan tangannya di remas kuat segera menatap wajah sang pemilik. Aura dingin menyelimuti saat seorang lelaki tampan dan berwibawa masuk ke dalam ruangan itu. Semua mata memandang lelaki itu dalam diam, begitu pula para tetua yang hadir. Mereka merasakan aura kekuatan yang melingkupi.

Arumi menatap sosok Louis tanpa berkedip saat lelaki itu menghampirinya. Tanpa sungkan Louis meraih tangan Arumi dan menciumnya lembut sambil matanya menatap wajah gadis itu, "Selamat atas pernikahan mu. Tapi bagiku itu belum seberapa, karena Aku yakin suatu saat nanti Kau jadi milikku."

Geraman Devan sampai ke telingaku. Remasan tangannya begitu kencang dan tangannya lalu berpindah memeluk pinggangku posesif.

"Tidak semudah itu Kau merebut Mate, ku Alpha. Dia milikku, hari ini dan selamanya," kata Devan seraya mencium bibirku di depannya. Mataku mengerjap kaget menerima perlakuan Devan yang tiba-tiba.

Ciumannya yang lembut lama kelamaan menjadi agresif. Tapi aku sadar, ini masih dalam acara perjamuan yang didatangi banyak tamu penting dari berbagai kalangan. Sikap Devan yang posesif membuat para tamu yang hadir berdecak kagum. Sebagian wanita yang hadir melihat iri kemesraan kami.

Perlahan aku menjauhkan diri agar Devan sadar dengan keberadaan kami. Louis dengan wajah tegang dan badan yang kaku masih berdiri di hadapan kami, kemudian keluar dari ruangan yang di ikuti oleh Beta nya. Devan menghela nafas panjang, seakan-akan bebannya berkurang bersamaan perginya Louis.

"Devan, kenapa Kau melakukan itu? Tidak sopan rasanya bermesraan di hadapan para tamu yang datang di perjamuan ini," kataku sambil menatap wajahnya yang terlihat tenang. Devan menggenggam jemari tanganku dan menciumnya lembut. Dapat kurasakan aliran listrik yang mengalir ke dalam tubuh ku. Sengatan yang membuat tubuhku menginginkannya.

"Aku harus menunjukkan kepemilikan ku, Mate. Agar Dia tidak mengganggumu lagi," suara mindlink Devan masuk ke dalam kepalaku. Aku tersenyum, merasakan kebahagiaan yang menyusup dalam hati ku. Ternyata begini rasanya di cintai, batinku.

------------------

Sementara itu di dalam mobil yang melaju kencang, Louis dengan wajahnya yang masih memerah mengepalkan tangannya. Alfer sang Betha hanya bisa diam melihat Alpha nya yang menegang dari kaca spion.

"Kau tidak apa-apa Alpha?" tanya sang Betha.

"Kita pulang Alfer. Aku perlu menenangkan diri. Rasanya kepalaku ingin meledak," kata Louis sbil menggeram rendah. Alfer mengangguk dan melajukan mobilnya menuju mansion Louis yang ada di atas bukit.

Tak berapa lama mereka pun tiba, Alfer segera membukakan pintu untuk Alpha nya yang sedang marah. Langkah kaki Alfer yang panjang segera memasuki mansion, dan langkahnya menuju ke kamar pribadinya.

Sesampainya dikamar, Louis membanting semua benda yang ada disana. Kamarnya yang rapi menjadi berantakan tak berbentuk. Suara Auman terdengar dari kamarnya. Perlahan tubuhnya berubah bentuk menjadi serigala berbulu putih dengan warna hitam di tengah kepalanya. Matanya yang berwarna hazel bersinar dalam kegelapan. Tiba-tiba serigala itu melompat dan menghilangkan di kegelapan malam.

Alfer yang melihat Alphanya demikian hanya bisa menghela napas. Perlahan tubuhnya berubah menjadi serigala berbulu hitam dan melompat menerjang gelapnya malam mengejar tuannya.

--------------------

Sementara itu di mansion Devan setelah perjamuan malam itu. Devan yang sedang memeluk matenya, Arumi, tersenyum teringat dengan ekspresi Louis.

"Kenapa Kau tersenyum, Dev? Apanya yang lucu?" tanya Arumi sambil membelai wajah tampan Devan, suaminya itu.

"Aku puas melihat wajah Louis yang marah melihat kemesraan kita tadi. Aku harap Dia tahu diri dan tidak mengganggumu lagi, Mate. Kau bidadariku, sekarang dan selamanya," sahut Devan sambil mencium bibir istrinya lembut. Mereka menghabiskan malam pengantin malam itu dengan percintaan yang lembut.