Sinar matahari yang lembut menerpa wajah gadis cantik yang masih terlelap di atas pembaringan itu. Di sampingnya lelaki rupawan yang sama-sama terbaring mendekap erat tubuhnya. Saat mata lelaki itu terbuka, di lihatlah wajah sang gadis yang telah menghabiskan malam bersamanya. Seulas senyum mengembang di wajahnya yang rupawan. Sinar matanya memancarkan kebahagiaan dan kepuasan.
"Akhirnya aku bisa memilikimu, Mate. Kita bersama, selamanya. Tidak ada yang dapat memisahkan Kita," bisik Devan sambil mencium ceruk leher Arumi. Gadis yang di ciumnya mendesah pelan saat merasakan tubuhnya di belai dengan lembut. Sesaat kemudian Arumi membuka matanya yang lentik dan didepannya terlihat wajah tampan Devan yang sedang memandang wajahnya dengan lembut. Senyum manis menghias wajah mereka. Dan entah siapa yang memulai, mereka kembali menghabiskan pagi itu dengan penyatuan yang dalam.
--------------
Hari menjelang senja saat pintu kamar di ketuk oleh seseorang.
Tok
Tok
Tok
"Tuan, semua sudah siap. Hanya menunggu Tuan dan Nyonya hadir," kata Mark menyampaikan informasi kepada tuannya. Mark menyampaikan pesan apabila seluruh kaum sudah datang untuk menyaksikan peresmiannya. Hal itu membuat Devan teringat peristiwa penting yang akan mereka jalani nanti.
"Ok, thanks Mark. Satu jam lagi Kami siap," jawab Devan sambil mencium bibir Arumi lembut.
"Ayo Sayang, Kita harus segera bersiap. Tamu-tamu Kita sudah menunggu. Ini adalah momen yang sudah lama mereka nantikan," ucap Devan sambil memegang tangan Arumi dan mengajaknya bangun untuk membersihkan diri. Arumi hanya bisa menuruti perintah Devan.
Segera Devan membawa Arumi ala bridal style ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mereka mandi bersama dan saling membersihkan tubuh. Arumi yang masih belum terbiasa dengan hal itu menunduk malu. Pipinya memerah tak kuasa untuk memandang wajah Devan. Dengan sentuhan Devan yang menuntut, akhirnya Arumi terbawa dan lupa. Mereka kembali bercinta.
-----------------
Satu jam berikutnya Arumi dan Devan telah siap dan mereka berdua menuju ruang dimana seluruh kaum Devan sudah berkumpul. Kepala mereka serentak menoleh mengikuti harum lavender yang sangat menyejukkan merasuk dalam rongga hidung mereka. Arumi merasa jantungnya berdetak lebih kencang dan keringat dingin mengalir pada wajahnya yang cantik. Badannya bergetar melihat seluruh kaum Devan memandangnya dengan tatapan ingin tahu, tetapi ada pula yang memandangnya sinis. Ada juga yang menampakkan taringnya yang tajam seakan-akan ingin melahap Arumi saat otu. Arumi tak mengerti harus bersikap bagaimana. Tangannya semakin erat menggenggam telapak tangan Devan. Devan yang tahu matenya resah, mengirimkan mindlinknya untuk menenangkan.
"Jangan takut Sayang, tenanglah. Mereka harus tunduk padamu karena Kau Mateku, Ratu ku. Tidak ada yang boleh menyakiti Ratu mereka. Kalau itu sampai terjadi, Aku, dengan tanganku sendiri akan menghabisinya."
"Terima kasih, Kau membuatku tenang," jawab Arumi melalui mindlink nya. Dengan wajah tersenyum, Arumi menatap Devan dan rona merah menghias pipinya. Devan merengkuh pinggang Arumi agar mereka berjalan beriringan.
Para dewan segera berdiri melihat pemimpin mereka datang bersama dengan matenya. Mereka tersenyum bahagia dan menangkupkan kedua tangan mereka di depan dada seraya agak membungkukkan badan. Melihat itu semua Arumi semakin heran, sebenarnya Devan itu siapa?
Setelah mereka berdua dipersilakan duduk di singgananya, seorang yang sudah terlihat berumur mendekati Devan dan Arumi. Setelah membungkukkan badannya berkata, "Yang di-Pertuan Agung, hamba Azkar akan memimpin upacara pernikahan dan penerimaan Ratu dalam kaum Kita." Devan mengangguk dan mempersilahkan orang itu yang ternyata bernama Azkar memimpin upacara.
Suara dentang gong berbunyi tiga kali, dan terlihatlah rombongan gadis berpakaian putih masuk ke dalam aula. Gadis yang terdepan membawa dua cawan dan gadis di belakangnya membawa sebilah belati bertangkai emas dengan ukiran rumit yang diletakkan di atas piring emas. Setelah mereka sampai di depan Azkar, maka mulailah upacara itu. Devan dan Arumi dipersilakan untuk berdiri dan mengulurkan tangan kanan mereka. Seraya membaca doa, Azkar menorehkan ujung belati pada kedua telapak tangan Devan dan Arumi. Darah yang mengucur dari kedua telapak tangan mereka di masukkan dalam cawan. Kemudian mereka berdua meminum cawan yang berisi darah keduanya sambil berpegang tangan. Rasa anyir dalam mulut membuat Arumi mual dan mau memuntahkannya. Devan yang melihat itu segera memegang tengkuk Arumi agar darah itu tertelan. Setelah isi cawan itu habis, Devan segera menancapkan taringnya perlahan ke ceruk leher Arumi untuk mengambil darah suci Arumi agar bersatu dengan miliknya, Rasa kejutan seperti aliran listrik yang lemah masuk ke dalam tubuh Arumi yg secara perlahan rasa itu berubah menjadi rasa yang menyenangkan seperti candu. Arumi merasa tubuhnya kembali segar dan seluruh indranya lebih tajam.
Kulitnya terlihat bercahaya dan tubuhnya mengeluarkan sinar terang yang menyilaukan. Seluruh kaum Devan segera bersujud menunduk dan berucap, " Yang Mulia Ratu, semoga hidup bahagia, abadi selamanya."
Arumi terkejut dan memandang Devan seolah meminta penjelasan. Devan hanya tersenyum, rona bahagia terpancar dari mata dan wajahnya yang tampan.
"Selamat datang Sayang, selamat datang di Kaumku," kata Devan sambil mencium tangan Arumi dengan lembut.