Sinar mentari masuk ke celah-celah jendela besar di kamar itu. Lelaki berparas rupawan duduk di tepi tempat tidur king size yg di atasnya terdapat gadis berparas cantik yang tertidur lelap. Ya, lelaki itu Devan. Raut wajahnya menandakan gurat kecemasan. Sudah dua hari ini Devan menunggu gadis cantik terbangun dari tidurnya.
"Mengapa Kau tak juga bangun, mate" ujarnya sambil mengelus rambut hitam Arumi. Ya, gadis yang tertidur itu Arumi. Dia pingsan dua hari yang lalu saat tangannya bersentuhan dengan tangan Devan.
"Kau harus bersabar, Devan. Aku yakin matemu sebentar lagi bangun. Lebih baik Kau menyiapkan jawaban yang bisa membuat matemu yakin akan dirimu," mindlingku mengingatkanku. Ya, benar. Aku harus menyiapkan jawaban untuk mateku, agar dia percaya dan mau bersamaku.
Ku cium lembut tangannya, harum semerbak lavender yang menguar dari tubuhnya membuatku bahagia dan nyaman. Nyaman dan bahagia berada di samping nya. Ku lihat mata yang terpejam itu mulai bergerak. Perlahan mata itu terbuka, mengerjap beberapa kali. Akhirnya mata itu menatapku dan terbeliak kaget.
"Pak Devan, me-mengapa Saya ada disini? I-ini kamar siapa?" tanyanya kemudian sambil menatapku. Dia heran karena baju yang di pakainya sudah berganti. Dia mengangkat selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"Ini kamarku, Arumi. Kau sekarang ada di rumahku. Kemarin Kau pingsan. Aku tidak tahu apartemen mu. Jadi Kau ku bawa ke rumah ku. Jangan takut, yang mengganti bajumu bukan Aku. Dan Aku tak melakukan apapun padamu," jawabku menjelaskan.
"Kemarin? Memang ini hari apa, Pak? Sepertinya Saya baru saja tidur," tanya Arumi lagi.
"Ini hari Sabtu. Dan setiap hari Sabtu perusahaan libur. Jadi sekarang Kau istirahat dulu untuk memulihkan tenaga mu. Ini harus Kau makan, agar tubuhmu kembali segar," kataku sambil memberikan sarapan dan vitamin padanya. Arumi menerima sarapannya dan mulai memakannya. Ku tatap wajahnya yang berangsur-angsur pulih, tidak terlihat pucat seperti tadi. Dia memakan makanan nya dalam diam, sambil sesekali melirikku.
"Ada apa, Arumi? Mengapa Kau menatapku seperti itu?" tanyaku sambil mendekat padanya.
"Ti-tidak ada, Pak. Ha-hanya heran, kenapa Bapak begitu perhatian pada Saya. Bapak sudah makan?" tanyanya padaku.
"Sudah. Aku sudah makan tadi, lalu menunggumu disini. Agar saat kau bangun Kau tidak takut dan bingung," kataku kemudian.
Arumi hanya mengangguk, dan kembali meneruskan makan. Sesekali ku lihat, dia masih mencuri pandang padaku. Wajahnya yang malu-malu mbuatku gemas. Ingin rasanya memeluk dan mencium mateku. Tapi aku takut, nanti dia lari meninggalkanku. Aku harus pelan-pelan memberitahukan padanya kalau dia itu mateku.
"Kalau sudah selesai makan, Kau bisa membersihkan diri. Di sebelah sana ada kamar mandi. Semua keperluan mu sudah di siapkan disana. Aku tunggu Kau di bawah," kataku sambil berjalan keluar dari kamar. Meninggalkannya untuk bersiap menemui ku.
Arumi POV
Aku bangun dengan agak linglung karena kulihat semua yang ada di ruangan ini bukanlah tempatku tinggal selama ini. Lalu aku melihat Devan yang duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya yang rupawan diterangi cahaya matahari pagi begitu mempesonaku. "Lho kok ada Devan. Sebenarnya Aku dimana?" batinku berkata.
"Ini kamarku, Arumi. Kau sekarang ada di rumah ku. Kemarin Kau pingsan. Aku tidak tahu apartemen mu. Jadi ku bawa Kau kemari. Jangan takut yang mengganti bajumu bukan Aku. Dan Aku tak melakukan apapun padamu," kata Devan menjelaskan padaku.
Aku sangat terkejut tetapi lega. "Ah.. kenapa kau manis sekali, Pak Devan," batinku.
Sekarang aku sedang bersiap. Semua yang aku butuhkan sudah disiapkan di kamar mandi. Begitu juga baju ganti yang sangat pas dengan tubuhku. Kenapa Devan tahu ukuran bajuku dan yang lainnya. Ah sudahlah. Jangan di pikirkan lagi. Yang penting sekarang aku sudah rapi dan harus menemui Devan.
Ku langkahkan kaki menuruni tangga. Ada wanita cantik yang menyapaku dan menunduk hormat, "Selamat siang Nyonya. Tuan sudah menunggu Nyonya di ruang baca. Mari Saya antar Nyonya menemui Tuan," katanya mempersilahkan ku untuk mengikutinya.
Ku ketuk pintu itu perlahan, dan ada suara orang dari dalam mempersilahkan ku masuk. Ku buka pintu perlahan, ku lihat Devan Sedang berdiri memunggungi ku. Dengan segelas air yang ku yakini adalah kopi, dia terlihat sangat menikmatinya.
"Saya sudah disini, Pak," kataku sambil berjalan mendekatinya. Dia membalikkan badannya dan kami pun berhadapan. Ada rasa yang aneh dalam hatiku. Degup jantungku mulai tak beraturan saat pandangan mata kami bertemu. Ya ampun, wajah tampan itu..
Devan POV
Aku merasakan harum lavender yang semakin mendekat. Aku mendengar suara pintu yang di ketuk.
"Masuklah, pintu tidak terkunci," kataku menyuruhnya masuk. Harum lavender semakin mendekat ke arahku. Aku membalikkan badanku dan kami pun berhadapan, saling menatap satu sama lain. Aku merasakan degup jantungnya yang berdetak kencang saat dia menatapku. Perlahan ku usap pipinya, matanya terpejam seolah menikmati belaian ku.
"Kau cantik sekali Arumi, dan harum tubuhmu sangat membuatku bahagia," kataku sambil membelai wajahnya. Aku mendekatkan wajahku dan mencium bibirnya. Tetapi tak ku sangka dia menjauh dariku. Aku melihat rona merah pada wajahnya yang halus itu.
"Ma-maaf Pak. Bukan maksud Saya menggoda Bapak," katanya sambil berjalan mundur menjauhiku. Aku berjalan menuju sofa di tengah ruangan ini. Lalu aku menyuruhnya duduk agar kami bisa berbicara dengan baik.
"Arumi, Aku ingin mulai hari ini Kau tinggal disini. Sebagai sekretaris dan asisten pribadiku yang setiap saat harus selalu berada di samping ku. Setelah ini Kau akan di antar Mark ke apartemen mu untuk mengambil barang-barang yang Kau butuhkan. Tidak usah membawa baju, karena semua sudah ku siapkan. Aku tunggu jam 5 sore Kau sudah berada kembali di ruangan ini," pintaku pada Arumi.
Dia terkejut mendengar permintaanku yang mendadak ini. Tapi aku tidak mau kehilangan mateku. Jadi apapun akan ku lakukan agar mateku selalu berada di samping ku.
Wah babang Devan makin ketat aja sama matenya, ya.
Hai readers
kirim masukan, kritikan, serta sarannya ya..
jangan lupa vote dan power stonenya
♥️