Chereads / Istoria De Eclaite / Chapter 55 - Memaksa dia untuk menjadi temanku

Chapter 55 - Memaksa dia untuk menjadi temanku

"Ugh~ kepala saya sakit"

Berbaring di kasur lemah tidak berdaya. Itu adalah kondisi yang aku alami saat ini. Dan hal ini membuat aku menyadari satu hal.

Toleransi alkohol milikku berkurang.

Aku tidak tahu apakah hal itu terjadi karena aku menjadi seorang wanita atau karena aku adalah seorang Beastkin. Dua gelas bir sudah membuat aku mabuk berat.

Jujur, aku tidak ingin mempercayai ini, namun. Kenyataan tidak bisa dirubah. Aku tidak akan bisa lagi menikmati bir seperti saat aku masih menjadi seorang pria. Ini sangat disayangkan. Aku menyukai minuman beralkohol namun saat mengetahui kenyataan ini, aku harus menahan diri.

Aku tidak ingin merusak tubuhku karena tubuh ini tidak sekuat tubuhku yang dulu. Dan aku merasa takut karena saat ini, aku sama sekali tidak ingin apa-apa saat mabuk.

Hal terakhir yang aku ingat di pesta kemarin, aku menyanyikan sebuah lagu opening game. Setelah itu, aku sama sekali tidak ingat apa-apa.

Tidak mengingat apapun setelah mabuk adalah hal yang sangat menakutkan untuk. Mengucapkan rahasia yang aku simpan tanpa sadar. Membayangkan situasi seperti itu benar-benar terjadi membuat aku bergetar ketakutan.

Tadi, aku bertanya pada Ruciel 'apa yang aku lakukan saat aku mabuk' dan dia menjawab 'master menyanyi, menari, lalu kembali ke penginapan'. Meski aku tidak ingin meragukan ucapan Ruciel, aku tetap tidak bisa menghilangkan perasaan jika Ruciel masih menyembunyikan sesuatu dariku. Aku ingin tahu apa yang dia sembunyikan, dan aku tidak ingin memaksa dia mengungkapkannya.

Aku berada dalam dilema.

Krettt...!

Pintu kamar terbuka dengan pelan. Seorang gadis cantik mendekat aku dengan perlahan, dan aku. Masih terbaring lemas di kasur merasakan sakit kepala yang serius.

"Ini segelas air yang anda minta Master"

Ucap gadis cantik itu saat dia berjongkok di sampingku. Kedua tangannya mengulurkan sebuah gelas kayu.

Aku ingin meraih gelas yang dia ulurkan, namun aku tidak bisa. Tubuhku terlalu lemas. Aku tidak bisa menggerakkan tanganku seperti yang aku inginkan.

"Ruciel... tolong beri saya sebuah ciuman"

"Tolong berhenti bercanda, dan segeralah minum air ini"

Balasnya dengan nada agak tinggi sebelum memalingkan wajah.

"Maaf saya salah ucap, tolong suapi saya"

"Haa… saya terkejut anda masih memiliki tenaga untuk bercanda di kondisi seperti itu"

Ruciel menempelkan gelas kayu itu ke mulutku. Tidak menunggu lama, tenggorokanku yang kering kembali basah. Rasa dingin menyegarkan aku.

"Beristirahatlah agar anda segera baikan. Dengan begitu, anda mungkin bisa mengunjungi Adventure Guild nanti siang"

"Okay"

Setelah memberi balasan, aku kembali memejamkan mata. Aku tertidur memeluk ekorku yang lembut.

Kemudian, saat aku bangun untuk kedua kalinya di hari ini, aku merasa segar bugar. Ha ha. Tentu saja tidak. Aku masih sedikit pusing dan tubuhku masih kaku.

Mabuk berat bukanlah ide yang baik.

Meninggalkan penginapan, aku harus merasakan siksaan panas sinar matahari di tengah kerumunan orang sebelum sampai di Adventure Guild. Hari ini, dengan resmi, kami akan membagi harta terpendam yang kami temukan.

Rose, Clemantis, Marigold, Sakura, Hacquetia, Priestess Acardia, Dan Priest Pluion. Ketujuh orang itu kini berada di depanku.

Harta yang kami temukan berupa 4 Magic Weapon, 17 senjata biasa, 21 Accessories, 30 permata berbagai jenis, dan 1527 koin emas.

"Seperti yang sudah di sepakati, Party Flower Garden akan mengambil tiga Magic Weapon, lima Accessories, lima permata, beserta empat ratus tiga puluh enam koin emas"

Ucap Rose yang menyerahkan selembar kertas padaku. Kertas itu berisi daftar Magic Weapon dan Accessories yang di inginkan Party Flower Garden.

"Church of Light berterimakasih atas donasi dua ratus lima puluh koin emas yang anda berikan"

Priestess Acardia bersama Pluion sedikit membukukan tubuh mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka.

Kenapa imabalan mereka sedikit?.

Sebenarnya, aku ingin membagi harta terpendam yang kami temukan secara merata, namun. Tanpa aku sadari, saat aku membuat poster perekrutan Party, aku sudah menetapkan pembagian harta menggunakan aturan standar Adventure Guild.

Peraturan ini menyatakan jika aku berhak menerima 60% harta yang kami temukan. Sementara 40% sisanya akan di bagikan secara merata pada anggota penjelajahan yang direkrut.

Mengetahui semua itu aku ingin membagi harta secara merata, namun Ruciel menghentikan aku. Dia memberi peringatan keras jika aku tidak boleh secara sembarangan melanggar kontrak yang sudah disetujui. Aku bisa mendapat masalah, dia bilang.

Pada akhirnya aku memberi mereka bonus. Dengan begitu, aku bisa memberi uang lebih tanpa melanggar kontrak.

"Apa kalian yakin sudah puas dengan pembagian ini?. Saya bisa memberi kalian lebih"

"Eclaite, ini sudah cukup. Jika kamu memberi kami harta lagi, kami malah akan merasa canggung"

"Saya mendukung perkataan nona Rose. Terlalu dermawan terkadang tidak membuahkan kebaikan. Nona Eclaite harus belajar menahan diri"

"Tapi-"

"Tidak ada tapi Master"

Ucap Ruciel dengan tegas.

Mendengar ucapan mereka kemudian terdiam sejenak, membuat aku merasa seperti anak kecil nakal yang dinasehati.

"Saya bukan anak kecil!"

Protes yang aku ucapkan membuat mereka tertawa kecil.

Pembagian harta selesai dan kami berpisah. Kepergian mereka membuat aku kembali berdua dengan Ruciel. Kami memandang harta yang tersisa.

Dengan ini aku bisa melunasi hutangku pada Aztaroth. Sebagai gantinya, aku tidak memiliki cukup uang untuk membeli Flying Ship dengan kualitas bagus.

Jika aku menjual Magic Weapon, Accessories, dan permata, aku mungkin bisa mendapat beberapa puluh koin emas. Saat digabungkan dengan koin emas yang tersisa setelah pembagian, mungkin aku bisa mendapat total sembilan ratus koin emas.

Itu jumlah yang banyak, namun semua koin itu belum cukup untuk membeli Flying Ship yang aku inginkan. Terlebih saat uang itu dikurangi untuk melunasi hutang.

Sepertinya aku harus menelusuri Hidden Area lainnya agar keinginanku terwujud.

Namun, sebelum aku kembali menjelajah, ada baiknya aku menaikkan Level-ku terlebih dahulu. Aku juga menginginkan Rank Adventure naik. Aku membutuhkannya agar bisa menjelajahi lantai dua Foltian Great Dungeon.

Aku mengambil empat ratus koin emas setelah menetapkan tujuanku.

"Ini gaji Ruciel dan sedikit bonus"

Ucapku saat memberi Ruciel sepuluh koin emas.

"Saya harap Master masih ingat jika sepuluh koin emas adalah jumlah yang sangat banyak"

"Tolong jangan mengucapkan kalimat sindiran seperti itu. Ambillah tanpa protes. Saya tidak ingin memberi Ruciel sebuah perintah hanya untuk menerima beberapa koin"

"...saya mengerti"

Ucap Ruciel yang menerima sepuluh koin emas dariku.

Kenapa Ruci-.

Karena dia seorang Slave. Dia tidak mendapat bagian harta dalam penjelahan kali ini. Semua tentang Ruciel, seolah seperti ini. Apa yang dia miliki menjadi milikku, sedangkan apa yang aku miliki adalah milikku, bukan milik Ruciel.

Ngomong-ngomong, gaji standar Ruciel adalah dua koin perak. Akan membutuhkan waktu yang lama agar Ruciel bisa bebas.

"Bagus. Sekarang, kita akan menemui Aztaroth"

Aku menyimpan sisa harta di bank milik Adventure Guild kemudian pergi mencari Aztaroth. Ellis memberitahu aku jika Aztaroth tidak mengambil Quest hari ini. Karena itu, aku pergi ke Vixie Inn untuk mencari pria itu.

Sebuah ide cemerlang muncul saat kami menelusuri jalan ditengah keramaian.

"Hei Ruciel, setelah kita menemui Aztaroth, bagaimana kalau kita berkeliling kota. Saya ingin melihat distrik pariwisata kota Rishtonbell"

"Saya siap melayani anda, dimanapun anda berada"

Aku mengerutkan keningku saat mendengar jawaban itu.

Aku berhenti melangkah kemudian berbalik, aku menatap dia. Gadis yang berdiri di trotoar. Bayangan pohon memayungi sosoknya, angin berhembus membelai rambut hitam yang di ikat pony tail, mata berpupil emas yang bagai permata menatapku. Dia sempurna, namun kesempurnaan itu dirusak oleh cincin besi hitam yang menghiasi lehernya. Tidak hanya kebebasan miliknya direnggut, cincin itu juga merubah sifatnya. Sekali lagi aku ingat betapa aku membenci benda itu.

"Kamu tahu, kamu bisa saja memberi saya sebuah pendapat. Tidak adakah tempat yang ingin kamu kunjungi?"

"Sebagai seorang Sla-"

"Silakan lanjutkan"

Selaku sambil memberi dia senyuman untuk menyembunyikan amarah didalam hatiku.

"...saya tidak layak memberi anda sebuah pendapat"

Balas gadis itu sebelum menundukkan kepala melihat trotoar.

Cukup, aku tidak suka dengan dia yang seperti ini.

Aku tahu aku egois. Aku tahu dia seperti itu karena dia memiliki kewajiban untuk melakukannya. Aku mencoba menghormati dia dengan cara, aku tidak pernah memberi dia sebuah perintah, namun cukup. Aku tidak lagi tahan dengan semua ini.

Kenapa aku tidak tahan?. Lihat saja dia. Dia selalu mengikuti aku dengan jarak tiga langkah di belakangku dengan alasan dia harus bersikap layaknya seorang Slave. Kenapa dia harus meniru sikap seorang istri di jaman dahulu. Apa dia tidak sadar, jika seorang istri mengikuti suaminya tiga langkah dibelakang. Sang istri bisa di culik tanpa sepengetahuan si suami. Itu akan sangat menggelikan jika benar-benar terjadi.

Aku tidak ingin hal ini terus berlanjut. Meski aku membenci apa yang akan aku lakukan, aku harus melakukannya. Untuk pertama kalinya, aku akan menggunakan status Ruciel yang merupakan seorang Slave dan memberi dia sebuah perintah.

"Kamu tahu betapa saya membenci perihal Slave ini"

Kalimat yang aku ucapkan dengan tegas membuat gadis itu kembali melihatku.

"Ini adalah perintah pertama saya. Ruciel, saya perintahkan kamu untuk memperlakukan saya layaknya seorang teman, panggil saya Eclaite, dan melangkahlah disampingku!"

"Master tidak bis-agh!"

Sebelum Ruciel sempat menyelesaikan kalimat protesnya, lingkaran sihir di cincin besi memancarkan cahaya merah. Secara bersamaan Ruciel memasang raut wajah kesakitan.

Apa yang terjadi berlangsung untuk beberapa lama. Kemudian, Ruciel melihatku dengan mata berkaca.

"Master tolo-agh!"

Ruciel kembali mengulangi kesalahannya. Dan sekali lagi, dia mendapat hukuman atas kesalahan yang dia lakukan.

"Kenapa kamu melakukan hal ini Eclaite!?"

Ucapnya setelah sekian lama waktu berlalu. Cara bicara yang dia gunakan sekarang membuat aku tersenyum.

"Itu dia, kamu kembali seperti semula dan saya menyukainya"

"Kamu…"

"Apa?"

Tanyaku menatap tajam gadis itu. Jujur, aku masih sedikit marah padanya.

"...tidak ada"

Jawab Ruciel dengan suara lembut tidak lagi memiliki keinginan untuk melawan.

"Sekarang, melangkah disampingku. Kita akan menemui Aztaroth"

"...baik"

Thus, our journey to Vixie Inn continued.